ROBOT pemetik buah apel, yang merupakan hasil kolaborasi mahasiswa Jurusan D-4 Mekatronika dan Jurusan Teknik Komputer, Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) sukses mencuri perhatian dunia dengan meraih Medallion for Excellence di ajang WorldSkills Competitions (WSC), Lyon, Prancis, September lalu.
Menggabungkan sensor dan sistem navigasi yang canggih, robot yang diberi nama BADAK V7 ini mampu memetik buah apel langsung dari pohon secara otomatis.
Salah satu anggota tim, Ahmad Yogi Fernanda, berbagi cerita tentang pencapaian luar biasa ini dan peran krusial Autonomous Mobile Robot dalam proyek robot ini.
"Dengan tema Pertanian (Agriculture), kami merancang robot yang mampu mendeteksi dan mengambil objek berukuran minimal 40 mm x 40 mm x 60 mm hingga maksimal 60 mm x 60 mm x 80 mm," jelas Yogi.
Bersama Deny dari Jurusan Teknik Komputer, Yogi menambahkan BADAK V7 memiliki kerangka fleksibel yang memungkinkan beroperasi di berbagai medan dengan kemampuan menangani objek beragam bentuk.
Yogi dan tim menciptakan desain yang begitu fungsional serta menjadikan robot ini mampu melakukan proses panen hingga menanam benih.
"Robot kami bisa mengangkut keranjang hasil panen dan bahkan menanam benih. Komponen penting seperti base frame, lifter, arm, dan gripper telah kami sempurnakan dalam beberapa versi," ungkap Yogi.
Demi menjaga keseimbangan dan ketepatan navigasi, BADAK V7 dilengkapi berbagai sensor, termasuk dua sensor inframerah, dua sensor ultrasonik, kamera 3D kedalaman, dan giroskop.
"Sensor inframerah dan ultrasonik berperan penting dalam menjaga stabilitas robot, sementara algoritma Dijkstra membantu menentukan jalur pergerakan yang efisien," tambahnya.
Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Tatang Muttaqin menyatakan Autonomous Mobile Robotics (AMR) merupakan keterampilan yang sangat penting untuk industri masa depan.
"Partisipasi peserta didik vokasi di ajang internasional seperti ini membuktikan betapa relevan dan strategisnya penerapan AMR untuk masa depan industri," katanya.
Dosen Pembimbing Kompetisi AMR di PENS Adytia Darmawan juga melihat prospek besar dari keterampilan AMR di Indonesia.
"Saat ini, SDM Indonesia yang ahli di bidang ini masih terbatas. Namun, seiring perkembangan teknologi, keterampilan AMR akan sangat dibutuhkan," tutur Adytia.
Menurut Adytia, untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa di bidang ini, PENS telah mengembangkan kurikulum yang mendukung inovasi mahasiswa. Salah satunya adalah penerapan Lab Based Learning (LBL), yang menekankan riset di laboratorium.
"Di lab, mahasiswa dibiasakan melakukan eksperimen dan berpikir kritis untuk mencari solusi. Ini membantu mereka mengasah keterampilan teknis secara langsung," jelas Adytia.
Yogi berharap agar keterampilan di dunia AMR semakin diperkuat di Indonesia.
"Saya berharap ini bisa meningkatkan kompetensi saya dan juga mengantarkan Indonesia untuk bersaing di dunia global dengan SDM yang ahli di bidang AMR," tutup Yogi. (Z-1)