BHAGAVAD Gita adalah salah satu kitab suci yang mengandung ajaran spiritual, sering disebut sebagai "nyanyian suci" atau "nyanyian kebahagiaan." Kitab ini termasuk dalam kelompok Weda Sruti karena dianggap sebagai wahyu langsung dari Dewa Wisnu yang hadir dalam wujud Krisna Awatara, yaitu inkarnasi kedelapan dari Dewa Wisnu.
Bhagavad Gita diturunkan Krisna kepada Arjuna tepat sebelum dimulainya perang besar, ketika Arjuna dilanda keraguan dan kebingungan. Pada perang tersebut Arjuna akan melawan kakeknya Bisma, serta saudara-saudaranya dari pihak Kurawa. Melalui Bhagavad Gita, Krisna menuntun Arjuna untuk memahami tugas dan jalan kebenaran (Dharma) demi meraih kemenangan sejati.
Kitab ini disusun dalam bahasa sanskerta oleh Maharsi Vyasa yang mendapat gelar Krisna Dwipayana. Bhagavad Gita sering juga disebut sebagai Pancamo Veda, atau Weda kelima, yang melengkapi empat Weda utama: Rigveda, Samaveda, Yajurveda, dan Atharvaveda.
Secara keseluruhan dalam kitabnya, Bhagavad Gita terdiri dari 18 bab, yang disebut Ajna, dan memuat 700 sloka (bait). Setiap bab memiliki jumlah sloka yang berbeda-beda, Dengan jumlah 700 sloka, Bhagavad Gita menjadi pedoman penting dalam ajaran kerohanian dan etika bagi umat Hindu, sekaligus memberikan bimbingan tentang kehidupan, tugas, dan spiritualitas yang lebih mendalam.
Nilai-Nilai yang Terkandung dalam Bhagavad Gita
1. Nilai Tattwa dalam Bhagavad Gita
Dari segi asal kata, Tattwa berasal dari dua kata dalam bahasa sanskerta, yaitu Tat dan Twa. Kata Tat bermakna "itu", sementara Twa menyatakan "ke-an". Dengan demikian, Tattwa dapat diartikan sebagai "ke-itu-an" atau "tentang itu", yang merujuk pada realitas tertinggi, yaitu Tuhan itu sendiri. Dalam konteks Tri Kerangka Dasar Agama Hindu, Tattwa juga dikenal sebagai filsafat atau Sraddha.
Tatttwa ini dapat disebut juga dengan nilai ketuhanan Sebagai manusia yang mengenal Tuhan Yang Maha Esa, atau dalam pandangan Hindu dikenal sebagai Sanghyang Widhi Wasa, kita sebagai umat Hindu harus meyakini bahwa Tuhan adalah segalanya. Oleh karena itu, sebagai umat beragama, kita juga diwajibkan untuk selalu bersyukur dan memohon petunjuk dari-Nya.
Salah satu cara untuk mendekatkan diri kepada Tuhan adalah dengan berbakti kepada-Nya, melaksanakan setiap ajaran-Nya, seperti yang tercermin dalam Trisandya, serta rutin bersembahyang sebagai wujud rasa syukur dan pengabdian kita kepada-Nya. Dalam konteks Bhagavad Gita, terdapat beberapa aspek Tattwa, yaitu Widhi Tattwa, Atma Tattwa, Karma Phala Tattwa, Punarbhawa Tattwa, dan Moksa Tattwa.
Widhi Tattwa
Dikutip dari Widya aksara jurnal Agama Hindu karya Mardwiatmoko seorang guru dari SMP Negeri 1 Permata Kecubung, Kalimantan Tengah, Widhi Tattwa menggambarkan Tuhan sebagai Brahman yang tidak berwujud (nirguna) dan juga dalam wujud dengan sifat (saguna), seperti Paramatma, yang menyertai jiwa, serta Bhagavan, bentuk Tuhan Yang Maha Sempurna.
Selain itu, dalam Bhagavad Gita, dinyatakan bahwa Tuhan adalah sandaran bagi segala yang kekal dan tidak dapat dimusnahkan. Melalui pemahaman konsep-konsep ini, kita dapat mendekatkan diri kepada Tuhan, berbakti, dan melaksanakan ajaran-Nya, seperti sembahyang dan Trisandya, sebagai ungkapan syukur kita. (Bhagavad Gita bab 14 sloka 27)
Atma Tattwa (Esensi Jiwa)
Atma Tattwa adalah ilmu yang mendalami hakikat Atma (jiwa). Dalam ajaran Hindu, Atma diartikan sebagai energi kehidupan atau "nafas kehidupan." Bhagavad Gita menyebutkan bahwa hidup kita terikat pada tiga sifat alam yaitu kebaikan, nafsu, dan kebodohan yang membentuk suatu perilaku. Atma ini diyakini kekal, tidak bisa dihancurkan, dan terus belajar melalui berbagai pengalaman hidup. (Bhagavad Gita 2 sloka 24-25)
Karma Phala Tattwa (Hukum Karma)
Dalam Bhagavad Gita, konsep Karma Phala menjelaskan hubungan antara tindakan dan hasilnya. Dalam kitab tersebut dijelaskan bahwa Arjuna dinasihati oleh Krisna untuk menjalankan tugas tanpa terikat pada hasilnya atau tanpa mengharapkan imbalan. Pada ajaran Hindu, Karma Phala menekankan bahwa setiap perbuatan memiliki konsekuensinya, dan hasil yang diperoleh adalah buah dari perbuatan yang telah dilakukan. (Bhagavad Gita 2 sloka 47)
Punarbhawa Tattwa (Reinkarnasi)
Punarbhawa adalah proses reinkarnasi, yaitu kelahiran kembali setelah kematian. Bhagavad Gita menggambarkan saat roh yang telah meninggal akan menjadi seseorang yang berganti pakaian, roh akan mendapatkan tubuh baru dan meninggalkan tubuh lamanya. Reinkarnasi ini berlanjut sampai roh tersebut mencapai pencerahan. (Bhagavad Gita 2 sloka 22 dan 16 sloka 20)
Moksa Tattwa (Kebebasan Spiritual)
Moksa berarti pembebasan atau kelepasan dari siklus reinkarnasi. Pada ajaran ini menganjurkan umat Hindu untuk bisa mencapai kesatuan dengan Tuhan melalui jalan Bhakti Yoga, yaitu beribadah dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan. (Bhagavad Gita sloka 65-66)
2. Nilai Susila (Moralitas)
Pada nilai ini, Bhagavad Gita menekankan kita akan pentingnya nilai susila seperti kebersihan hati, kedermawanan, kesederhanaan, tanpa kekerasan, dan kasih sayang. Moralitas menjadi dasar untuk mencapai sukses dalam kehidupan material maupun spiritual. Dengan moral dan kesucian, setiap tujuan dapat kita diraih. (Bhagavad Gita 16 Sloka 1-3).
3. Nilai Upacara
Nilai terkahir yang terkandung dalam kitab Bhagavad Gita mengenai pentingnya upacara persembahan, dimana sejatinya tuhan telah memenuhi kebutuhan manusia dan sudah sepatutnya manusia tersebut turut mempersembahkan kembali kepada para dewa sebagai wujud syukur.
Dalam Hindu upacara persembahan makanan kepada Tuhan agar terbebas dari dosa disebut Yadnya Sesa, atau mempersembahkan sebagian makanan kepada Tuhan dalam bentuk sesajen.
Melalui nilai-nilai yang terkandung dalam kitab Bhagavad Gita diharapkan kita semua yang beragama hindu dapat memiliki banyak keberkahan serta kedamaian dalam hidup. ((Bhagavat Gita/Youtube Bali Puspa/Widya Karsa: Jurnal Agama Hindu/Z-3)