
MANTAN bangkir sentral, Mark Carney akan menjadi perdana menteri Kanada berikutnya setelah memenangkan pemilihan untuk memimpin Partai Liberal federal negara itu.
Carney, 59, mengambil alih peran ini saat Kanada tengah terjebak dalam perang dagang yang berpotensi menjadi bencana dengan AS, yang telah lama menjadi sekutu terdekat dan mitra dagang terbesarnya. Pekan lalu, Donald Trump mengumumkan pajak sebesar 25% untuk semua barang Kanada, kecuali otomotif dan energi. Tarif ini berpotensi mendorong ekonomi Kanada yang rapuh ke dalam resesi.
"Amerika bukan Kanada. Dan Kanada tidak akan pernah, dalam bentuk apa pun, menjadi bagian dari Amerika," kata Carney kepada para pendukungnya, mengungkapkan krisis eksistensial yang telah membuat rakyat Kanada marah, merusak hubungan lama dengan AS, dan diperkirakan akan menjadi tema utama dalam masa jabatannya sebagai perdana menteri.
Carney menegaskan bahwa meskipun Kanada tidak mencari pertikaian ini: "Kami akan menang."
Sebelum pengumuman tersebut, perdana menteri yang akan keluar, Justin Trudeau, menggemparkan hadirin dengan menyatakan bahwa ia "sangat bangga" dengan warisan pemerintahannya.
Namun, ia memperingatkan negara sedang menghadapi masa berbahaya. "Ini adalah momen penentu bagi bangsa. Demokrasi bukan sesuatu yang pasti. Kebebasan bukan sesuatu yang pasti. Bahkan Kanada bukan sesuatu yang pasti," katanya kepada para pendukungnya.
Trudeau juga menggunakan seruan "sikut ke atas" yang mendapat tepuk tangan meriah – sebuah frasa dari legenda hoki es Gordie Howe yang menjadi populer dalam beberapa pekan terakhir setelah ancaman Trump untuk mencaplok Kanada.
Belum jelas kapan Carney, yang menjabat sebagai Gubernur Bank Kanada dari 2008 hingga 2013 dan Gubernur Bank Inggris dari 2013 hingga 2020, akan mulai bertugas. Trudeau dan pemimpin baru Partai Liberal diharapkan akan mengadakan pembicaraan dalam beberapa hari ke depan untuk menentukan hari terakhir Trudeau menjabat sebagai perdana menteri.
Dengan perolehan suara 85,9%, Carney mengalahkan mantan menteri keuangan Chrystia Freeland, mantan pemimpin House of Commons Karina Gould, dan mantan anggota parlemen Frank Baylis.
Carney menempuh jalur yang tidak biasa menuju kekuasaan: ia akan menjadi perdana menteri kedua dalam sejarah Kanada yang tidak memiliki kursi di House of Commons. Meskipun tidak ada aturan yang melarang hal ini, konvensi politik menyarankan agar Carney segera mengumumkan rencana untuk mencalonkan diri dalam pemilihan federal.
Ia juga akan menjadi perdana menteri Liberal pertama yang berasal dari wilayah barat Kanada, sebuah identitas yang berharga di negara yang secara politik terpecah berdasarkan garis geografis.
Selama kampanyenya, Carney banyak menampilkan dirinya sebagai orang luar, meskipun ia memiliki hubungan lama dengan Partai Liberal, termasuk pernah menjadi penasihat ekonomi Trudeau.
Kemenangannya yang telak, yang sebelumnya telah diprediksi berkat kesuksesan dalam penggalangan dana dan dukungan dari para menteri senior yang memiliki jaringan organisasi luas, berpotensi menghidupkan kembali Partai Liberal yang sedang berkuasa.
Dalam beberapa pekan terakhir, partai tersebut berhasil membalikkan kemerosotan politiknya, pulih dengan tajam hingga kemungkinan mayoritas Konservatif dalam pemilu mendatang kini tampak semakin kecil.
Perubahan dalam survei opini publik begitu drastis sehingga para analis politik kesulitan menemukan preseden historis yang sebanding.
Dalam sebuah memo yang bocor, Partai Demokrat Baru (NDP) yang berhaluan kiri baru-baru ini memperingatkan para anggotanya bahwa Carney kemungkinan besar akan mengadakan pemilu cepat dalam beberapa hari setelah memenangkan kepemimpinan, memanfaatkan popularitasnya yang sedang naik dan mencegah partai oposisi mendapatkan keuntungan politik dari menjatuhkan pemerintahan Liberal melalui mosi tidak percaya untuk memaksa pemilu.
Kenaikan popularitas Carney sebagian disebabkan oleh ancaman berulang dari Trump untuk mencaplok Kanada. Dalam berbagai survei, Carney dianggap sebagai pemimpin federal yang paling dipercaya untuk menangani krisis perdagangan saat ini karena latar belakang ekonominya yang luas.
"Pemerintahan saya akan mempertahankan tarif ini sampai Amerika menunjukkan rasa hormat kepada kami," kata Carney.
Carney juga menyerang pemimpin Partai Konservatif, Pierre Poilievre, yang saat ini menjadi favorit jika pemilu digelar dalam waktu dekat, dengan menyebutnya sebagai "politisi karier" yang menjalankan kampanye yang sangat memecah belah. "Perpecahan tidak akan menang dalam perang tarif," ujar Carney.
Namun, dalam beberapa pekan terakhir, beberapa kesalahan langkah telah menyoroti tantangan yang dihadapinya dalam beralih dari dunia korporasi ke politik.
Carney sempat ragu-ragu saat menjelaskan perannya di perusahaan investasi Brookfield Asset Management, ketika perusahaan tersebut memindahkan kantor pusatnya dari Toronto ke New York – sebuah isu politik yang sensitif mengingat tekanan baru-baru ini dari AS terhadap bisnis-bisnis untuk pindah ke selatan.
Upayanya untuk mengklarifikasi masalah ini mendorong dewan editorial The Globe and Mail memujinya sebagai "pembelajar cepat dalam seni penghindaran dan permainan kata."
Ia berjanji akan segera memasukkan asetnya yang besar, yang diperkirakan bernilai lebih dari 30 juta dolar Kanada (sekitar Rp370 miliar), ke dalam dana perwalian buta (blind trust).
Berbicara sebelum pemimpin baru diumumkan, mantan perdana menteri Jean Chrétien mengatakan bahwa Trump telah menyatukan rakyat Kanada "seperti belum pernah terjadi sebelumnya" dan secara bercanda menyerukan agar Trump dianugerahi penghargaan tertinggi negara sebagai tanda terima kasih.
"Dari satu pria tua ke pria tua lainnya. Hentikan omong kosong ini. Kanada tidak akan pernah bergabung dengan Amerika Serikat," katanya disambut sorak sorai meriah.
"Tidak ada yang bisa membuat kami kelaparan hingga menyerah karena Kanada adalah dan akan tetap menjadi negara terbaik di dunia. Vive le Canada!" (The Guardian/Z-2)