BERDASARKAN hasil Riset Kesehatan Dasar 2018, jumlah dokter gigi yang tersedia untuk melayani kesehatan gigi dan mulut di Nusa Tenggara Timur (NTT) masih tergolong sangat minim, yaitu hanya 271 dokter gigi di 402 Puskemas NTT. Fakta ini juga diperkuat oleh data Profil Kesehatan Indonesia 2022 yang diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan, menunjukkan bahwa ketimpangan sebaran tenaga medis antara Pulau Jawa-Bali dan di luar dua pulau tersebut.
Ketersediaan dokter gigi lebih banyak di Pulau Jawa dan Sumatra, sedangkan di wilayah timur seperti Provinsi Papua mengalami kekurangan dokter gigi tertinggi mencapai 86,5%, diikuti Papua Barat 78,4% dan Maluku 77%. Data di atas memperlihatkan bahwa wilayah Jawa-Bali masih mendominasi ketersediaan dokter dibanding wilayah Indonesia Timur.
Untuk menjembatani kesenjangan tenaga medis di Indonesia Timur tersebut, Yayasan Kembara Nusa kembali memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut gratis bagi masyarakat Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur (NTT) . Selain memberikan layanan kesehatan gigi dan mulut gratis, kegiatan sosial yang dilaksanakan pada 23 - 27 Oktober 2024 dan diikuti oleh dokter gigi dan umum dari berbagai daerah ini juga memberikan kesempatan bagi para relawan untuk menjelajahi keindahan alam dan budaya Sumba.
"Kurangnya akses layanan kesehatan ini dapat menyebabkan penyakit gigi dan mulut tidak tertangani dengan baik. Oleh karena itu, kami di Kembara Nusa mengajak rekan-rekan tenaga medis dan non-medis untuk memberikan layanan kesehatan dan edukasi serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat, terutama kesehatan gigi dan mulut.” jelas Safira Khairina, Co-Founder Kembara Nusa.
Acara bakti sosial Kembara Nusa dihadiri oleh Penjabat Bupati Yohanes Oktovianus, Kepala Dinas Kesehatan Sumba Barat Daya, Yulianus Kaleka, Ketua Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) Sumba Margareth Selan, Koordinator Pusat Pengembangan Anak (PPA) GKS Mata Adriana Zogara dan Kepala Desa Matawai Pawali Ince Rambu Yaku.
Kegiatan ini tidak hanya berfokus pada pengobatan saja, melainkan juga menggabungkan antara aktivitas sosial dan eksplorasi keindahan alam serta budaya Sumba kepada para relawan. Bakti sosial diadakan pada Pusat Pengembangan Anak Gereja Kristen Sumba Mata di Sumba Barat Daya, kemudian dilanjutkan ke Desa Matawai Pawali di Lewa, yang terletak di Sumba Timur. Selain itu, relawan juga menikmati keindahan Danau Weekuri, Pantai Watubela, Bukit Warinding hingga mengenal budaya Kampung Adat Prai Ijing.
Koordinator PPA GKS Mata Adriana Zogara mengungkapkan rasa terima kasihnya atas inisiatif ini. "Langkah baik dari para dokter dan relawan Kembara Nusa sejalan dengan visi kami untuk turut meningkatkan kesehatan fisik anak-anak. Semoga kesempatan ini dapat menjadi berkah berkelanjutan yang dapat membantu anak-anak memperoleh akses layanan perawatan gigi dan mulut," ujar Adriana.
Senada dengan Adriana, Kepala Desa Matawai Pawali Ince Rambu Yaku, juga memberikan apresiasinya terhadap kegiatan bakti sosial. "Kami sangat bersyukur sekali atas kedatangan tim dokter dan relawan ke desa kami yang lokasinya sangat jauh dan telah memberikan pelayanan optimal kepada setiap warga baik anak-anak maupun dewasa. Acara ini merupakan salah satu mimpi kami untuk dapat merasakan pelayanan kesehatan yang baik," ungkap Ince.
Acara bakti sosial tersebut diikuti 35 dokter gigi dan dokter gigi spesialis, 2 dokter umum, dan 20 relawan non medis. Bakti Sosial diadakan di dua titik, di Sumba Barat Daya jumlah pasien yang ditangani sebanyak 341 sedangkan di Sumba Timur bersama relawan dari Sumba Volunteer dan Menyapa Sumba sebanyak 370 orang.
Sehingga total pasien yang ditangani mencapai 711 orang yang terdiri dari anak-anak, dewasa dan lansia. Kegiatan bakti sosial ini didukung oleh Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) Sumba, BRI Peduli, BRIEFER, PNM, dan Pepsodent.
Sebelumnya, sejak 2019 Kembara Nusa telah melaksanakan bakti sosial ke sejumlah daerah di Indonesia seperti Jakarta, Bantul, Sumba Barat Daya, Maumere hingga Raja Ampat.
Kembara Nusa berharap kegiatan ini bisa menjadi inspirasi untuk berpartisipasi dalam kegiatan serupa di daerah-daerah lain yang membutuhkan. "Kami percaya bahwa bakti sosial dan travelling juga dapat memberikan pengalaman sosial yang berharga bagi dokter dan relawan serta membawa manfaat berkelanjutan bagi setiap masyarakat di Indonesia.” tutup Safira. (N-2)