REALISASI kinerja ekonomi triwulan III 2024 yang lambat mengonfirmasi lemahnya daya beli masyarakat. Sebab, konsumsi rumah tangga yang menjadi mesin utama perekonomian juga melambat, bahkan berada di bawah angka pertumbuhan ekonomi.
Dalam rilis Badan Pusat Statistik (BPS) angka pertumbuhan ekonomi triwulan III 2024 berada di level 4,95%, lebih rendah dari triwulan I dan II yang masing-masing mencatatkan pertumbuhan 5,11% dan 5,05%.
Konsumsi rumah tangga masih menjadi motor utama pertumbuhan ekonomi dengan porsi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai 53,08%. Namun pertumbuhan komponen pengeluaran tersebut di triwulan III 2024 hanya 4,91%, lambat dari triwulan sebelumnya yang tercatat 4,93%.
"Ini sejalan dengan fenomena yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir, di mana kelas menengah yang dari sisi daya beli belum pulih jika dibandingkan prapandemi, kemudian tingkat penjualan barang, khususnya durable goods juga lambat, dan kinerja upah yang sangat lambat (pertumbuhannya)," kata Direktur Eksekutif Center of Reform on Economic (CoRE) Indonesia Mohammad Faisal saat dihubungi, Rabu (6/11).
Pendapatan masyarakat yang rendah menyebabkan pertumbuhan konsumsi rumah tangga tertahan. Padahal komponen ini menjadi penting untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Terhambatnya geliat konsumsi rumah tangga, diyakini Faisal, menjadi sebab utama pertumbuhan ekonomi triwulan III menyusut.
"Konsumsi rumah tangga yang lambat menjadi kontributor utama perlambatan ekonomi," tuturnya.
Kondisi tersebut dinilai masih akan terus berlangsung hingga akhir tahun. Dus, perekonomian di triwulan IV 2024 juga diperkirakan tetap akan tumbuh terbatas. Karenanya, pengambil kebijakan diharapkan bisa mendorong kenaikan pendapatan masyarakat.
Upaya tersebut tak terbatas pada jangka pendek semata, melainkan jangka panjang agar mesin utama pertumbuhan ekonomi bisa tetap bugar. "Itu tentu saja bergantung pada arah kebijakan pemerintahan yang baru. Tentu perlu ada upaya terobosan untuk bisa mempercepat perbaikan daya beli kelas menengah," kata Faisal.
Selain pendapatan masyarakat yang rendah dan berimplikasi pada pertumbuhan konsumsi rumah tangga, pemerintah juga dirasa perlu untuk terus mendorong investasi masuk ke Tanah Air. Sebab, penanaman modal merupakan komponen kedua yang berkontribusi tinggi pada pertumbuhan ekonomi.
Pada triwulan III 2024, investasi tercatat tumbuh 5,15%, berada di atas angka pertumbuhan ekonomi nasional. Hanya, realisasi itu dipandang belum cukup untuk mendapatkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi melampaui 5%.
"Investasi menjadi sangat penting karena dia kontributor kedua pertumbuhan ekonomi. Jika investasi lemah, maka dua kontributor utama berpotensi menekan pertumbuhan ekonomi di triwulan IV," pungkas Faisal. (H-3)