PERTANYAAN bagaimana awal kehidupan di bumi tentu saja bukan persoalan yang mudah dijawab. Dibutuhkan penelitian mendalam serta pemahaman terkait teori-teori yang dilakukan oleh para ahli.
Menurut Universitas Chicago, Bumi terbentuk sekitar 4,6 miliar tahun yang lalu dari kumpulan debu dan gas yang mengelilingi matahari muda. Partikel-partikel debu ini berkumpul membentuk objek yang disebut planetesimal benda berukuran puluhan hingga ratusan mil. Melalui serangkaian tabrakan, planetesimal tersebut akhirnya membentuk proto-planet seukuran Mars.
Lalu bagaimana hasil dari penelitian?
Hasil Penelitian
Berdasarkan penelitian yang dimuat dari jurnal ilmiah Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS). Sebuah meteroit berukuran raksasa pertama kali ditemukan pada 2014, hal tersebut menyebabkan tsunami terbesar dalam sejarah dan mendidihkan laut. Dari kejadian inilah terungkap titik kehidupan awal dimuka bumi terungkap.
Dikutip dari BBC News, Pemimpin penelitian, Profesor Nadja Drabon dari Universitas Harvard, menyatakan dampak asteroid raksasa ini ternyata tidak hanya membawa kehancuran, tetapi juga mendukung perkembangan kehidupan awal di bumi.
Diketahui, adanya meteorit diperkirakan memiliki ukuran 200 kali lebih besar daripada asteroid yang memusnahkan dinosaurus dan menghantam Bumi saat planet kita masih dalam tahap awal pembentukannya, sekitar tiga miliar tahun lalu.
"Kami mengetahui bahwa setelah Bumi terbentuk, masih banyak puing luar angkasa yang menabraknya. Namun, temuan ini menunjukkan bahwa kehidupan tetap bertahan setelah beberapa tabrakan besar tersebut dan bahkan berkembang pesat," ujarnya.
Masih menyambung dari jurnal yang sama, Meteorit yang dinamai S2 memiliki ukuran jauh lebih besar daripada asteroid yang memusnahkan dinosaurus, yang berdiameter sekitar 10 km. S2 diperkirakan memiliki diameter antara 40 hingga 60 km, dengan massa yang 50 hingga 200 kali lebih besar.
Saat menghantam bumi yang kala itu didominasi lautan dengan hanya sedikit benua kecil S2, lalu menciptakan kawah raksasa berdiameter 500 km. Tabrakan ini melepaskan bebatuan dengan kecepatan tinggi, membentuk awan partikel yang menyelimuti planet. Drabon menggambarkan dampak ini seperti hujan.
Alih-alih air, yang jatuh adalah tetesan batuan cair. Tsunami besar juga menyapu seluruh permukaan, menghancurkan dasar laut dan membanjiri garis pantai.
Untuk mempelajari dampaknya, para ilmuwan melakukan ekspedisi ke Eastern Barberton Greenstone Belt di Afrika Selatan. Di sana, mereka memecahkan batuan di lokasi tabrakan menggunakan palu besar sebagai alat ujinya.
Teori Pemicu Kehidupan Awal di Bumi
Para ahli melakukan penelitian mencoba menjelaskan pemicu kehidupan awal di bumi berdasarkan teori yang ditemukan. Salah satunya dilansir dari Livescience yang mengungkapkan kehidupan awal di bumi dipicu adanya unsur sains.
Satu yang terkenal adalah teori dari Miller dan Urey 1952 yang mengungkapkan petir membantu terciptanya unsur-unsur kehidupan. Menggunakan percikan listrik di tabung yang mengandung air, metana, amonia, dan hidrogen dapat menghasilkan asam amino dan gula yang menjadi komponen terciptanya dasar kehidupan.
Teori lain menyatakan bahwa kehidupan mungkin dimulai dari celah hidrotermal di dasar laut, yang melepaskan unsur-unsur esensial seperti karbon dan hidrogen. Saat mengalir melalui celah dan batuan, molekul-molekul tersebut bereaksi dengan mineral, akhirnya membentuk molekul yang mendukung kehidupan.
Ada juga teori yang dikenal sebagai panspermia yang ditemukan oleh Anaximander (588-524 SM) dan Thales (624-548 SM). Teori ini mengusulkan bahwa pemicu adanya kehidupan berasal dari luar angkasa dan dibawa ke Bumi. Molekul organik mungkin terbentuk di luar angkasa, kemudian tersebar oleh benda-benda seperti komet. Ketika komet mendekati bumi, material organik itu bisa menemukan lingkungan yang sesuai untuk berkembang. Kemungkinan lainnya, molekul organik tersebut bisa saja menempel pada debu antarbintang atau meteor yang kemudian jatuh ke bumi.
Hingga saat ini banyak penelitian dan teori yang dikemukakan para ahli, namun tetap kembali pada kepercayaan setiap manusia. (Livesience/BBC/Sciencealert/Z-3)