WHO: Kaya Keanekaragaman Hayati, Indonesia Berpotensi Kembangkan Produk Herbal

4 hours ago 1
 Kaya Keanekaragaman Hayati, Indonesia Berpotensi Kembangkan Produk Herbal Ilustrasi(Dok ist)

SEBAGAI negara dengan keanekaragaman hayati terbesar di dunia, Indonesia memiliki potensi besar dalam pengembangan bahan alam seperti jahe merah yang menjadi fokus riset unggulan Bintang Toedjoe. WHO menilai potensi ini strategis dalam mendukung konsep “Local Wisdom for Global Health” yang memanfaatkan bahan baku lokal menjadi produk herbal berstandar keamanan, khasiat, dan mutu global.

International Regulatory Cooperation for Herbal Medicines (WHO–IRCH)  dalam rangka The Sixteenth Annual Meeting of the World Health Organization di Jakarta melakukan kunjunga ke Kalbe Farma melalui anak perusahaannya, Bintang Toedjoe 

Kunjungan WHO yang juga didampingi Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BadanPOM RI) menjadi bukti dari komitmen Bintang Toedjoe untuk meningkatkan kontribusi dalam pengembangan obat berbahan alam di Indonesia.   Melalui semangat “From Nature to Science”, Bintang Toedjoe menghadirkan inovasi produk, seperti Bejo Jahe Merah dan Komix Herbal - wujud kearifan lokal yang kini diakui duni.  

“Kunjungan ini menjadi bagian penting dari komitmen kita bersama untuk memperkuat kolaborasi internasional dalam pengembangan dan standarisasi obat bahan alam yang berbasis riset ilmiah,” ujar Presiden Direktur PT Kalbe Farma Tbk, Irawati Setiady.

Lebih lanjut, Irawati menyatakan bahwa pihaknya percaya bahwa sinergi antara pemerintah, industri, lembaga penelitian, akademisi dan organisasi internasional seperti WHO adalah kunci untuk membangun masa depan kesehatan yang lebih baik. Dengan dukungan dari WHO serta BPOM, pihaknya berharap dapat terus memperkuat sistem jaminan mutu, memperdalam riset ilmiah, dan memperluas kontribusi kami terhadap pengembangan produk herbal yang aman, efektif, dan berkelanjutan. 

WHO serta BPOM juga mendukung penerapan Good Manufacturing Practice for Herbal Medicine (GMP) atau CPOBAB atau CPOTB (Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik) yang menjadi fondasi utama dalam setiap proses produksi. 

“WHO–IRCH berperan sebagai platform global untuk memperkuat kolaborasi dan konvergensi regulasi di bidang obat herbal. Kami sangat mengapresiasi kepemimpinan Indonesia dan komitmen industrinya, dalam memajukan produk obat herbal yang berkualitas tinggi,” tutur Kepala WHO–IRCH, Dr. Kim Sungchol. 

Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan dan Kosmetik BPOM, Apt. Mohamad Kashuri, S.Si., M.Farm. Ia menyampaikan apresiasinya kepada Bintang Toedjoe atas terobosan dalam  membangun ekosistem jahe merah yang komprehensif. 

“Kami menyampaikan apresiasi atas terobosan dalam membangun ekosistem jahe merah yang komprehensif, menampilkan komoditas herbal asli 
Indonesia. Inisiatif ini melibatkan kolaborasi aktif antara petani, sektor swasta, lembaga pendidikan, dan instansi pemerintah. Perusahaan telah berhasil melakukan pengembangan inovatif produk berbasis jahe merah yang kini telah dipasarkan secara global,” kata dia.

“Kehormatan bagi kami dapat menerima kunjungan WHO–IRCH dan BPOM. Pengakuan ini menjadi bukti nyata atas komitmen untuk tetap konsisten dalam menjaga standar tertinggi dalam regulasi, mutu, dan inovasi berkelanjutan demi kemajuan industri obat herbal nasional,” tutur Presiden Direktur PT Bintang Toedjoe, Fanny Kurniati. (H-2)

Read Entire Article
Global Food