Tinggalkan Indonesia karena Kecewa, Tokoh Ini Malah Jadi Menkeu di Negara Tetangga

3 hours ago 2

Tinggalkan Indonesia karena Kecewa, Tokoh Ini Malah Jadi Menkeu di Negara Tetangga Tinggalkan Indonesia karena Kecewa, Tokoh Ini Malah Jadi Menkeu di Negara Tetangga/Foto: Facebook

Jakarta, Insertlive -

Seorang tokoh Indonesia ini pernah merasakan kecewa hingga memutuskan untuk kabur ke luar negeri dan sukses hingga menjadi Menteri Keuangan atau Menkeu.

Ia adalah Daeng Mangalle yang merupakan pangeran dari Kesultanan Gowa di wilayah Makassar. Daeng tumbuh di Makassar lalu kehidupannya berubah setelah VOC datang dan memenangkan intervensi lewat Perjanjian Bongaya.

Pada 18 November 1667, Sultan Hasanuddin sebagai penguasa Kesultanan Gowa menandatangani sebuah perjanjian penting dengan VOC. Menurut Edward Poelinggomang dalam Makassar Abad XIX (2002), perjanjian itu berisi memberi legitimasi kepada Belanda untuk menguasai, mendominasi, sekaligus memonopoli perdagangan di wilayah Sulawesi Selatan.


Kesepakatan itu menjadi tanda berakhirnya perang panjang antara Gowa dan VOC yang sudah berlangsung sejak 1660. Meski berujung damai, perjanjian itu malah membawa kerugian besar kepada pihak Gowa. Pasalnya kedaulatan dan kebebasan berdagang mereka berada di bawah kekuasaan Belanda.

Gegara hal itu, timbul rasa kecewa pada Daeng Mangalle hingga memutuskan untuk kabur dari Makassar bersama ratusan pengikutnya. Ia tidak terima bekerja sama dengan VOC dan pergi ke Banten. Di sana ia diterima baik oleh penguasa setempat.

Tapi Banten lalu bersekutu dengN VOC. Daeng pun kembali pergi bersama pengikutnya dan memutuskan untuk ke Utara Jawa yaitu Siam atau kini dikenal dengan Thailand.

Kedatangan Daeng di Ayuthia, yang kala itu menjadi ibu kota Siam, disambut hangat oleh Raja Phra Narai. Raja kagum dengan kecerdasan yang dimiliki Daeng terutama dalam mengatur keuangan. Setelahnya, Daeng Mangalle mendapatkan kepercayaan untuk mengelola kas kerajaan.

Sayangnya, tidak ada catatan lebih jauh tentang kiprahnya sebagai menteri keuangan. Pasalnya Daeng dituduh ikut dalam konspirasi kelompok Melayu, Campa dan Islam untuk menjarah istana dan menggantikan raja dengan penguasa baru yang berbeda agama. Daeng pun sudah membantah tuduhan tersebut.


"Sebagai Pangeran Makassar, dia tidak mungkin bertindak sebagai pengadu tapi lebih suka bertempur dengan teman-teman se-Tanah Airnya, terbunuh secara terhormat dan membawa mati rahasia yang boleh jadi dia tahu mengenai komplotan itu," kata sejarawan Bernard Dorléan dalam Orang Indonesia & Orang Prancis, dari Abad XVI sampai dengan Abad XX (2006).

Pihak-pihak lain yang dituduh memilih mengaku bersalah dan meminta ampun namun, hanya Daeng yang teguh tidak mau mengakui perbuatan yang tidak dilakukannya.

Sang raja lalu meminta bantuan pasukan Prancis untuk mengepung perkampungan orang Makassar di Ayuthia. Serangan itu menewaskan banyak lawan dengan keris dan tombak, orang-orang Makassar kalah jumlah dan senjata.

Hingga pada akhirnya sekitar 1686, pasukan Siam menewaskan Daeng Mangalle. Meski begitu, perjuangan dan keberaniannya membuat warga lokal kagum. Daeng lalu dikenang sebagai pejuang tangguh dan menjadi satu-satunya orang Indonesia yang pernah menjabat sebagai menteri keuangan di kerasaan asing yaitu Siam.

(agn/arm)

Read Entire Article
Global Food