Getty Images via AFP(Wakil Presiden AS JD Vance)
WAKIL Presiden Amerika Serikat JD Vance menyampaikan keyakinan kuat gencatan senjata di Gaza akan terus bertahan. Hal itu diungkapkannya menjelang pertemuan dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Yerusalem, Rabu (22/10).
Kunjungan Vance ke Israel demi memperkuat dukungan terhadap kesepakatan gencatan senjata yang ditengahi Washington serta membahas rencana rekonstruksi pascaperang di wilayah tersebut.
Meski ada kekhawatiran di pihak Israel soal Hamas memanfaatkan jeda pertempuran untuk memperkuat posisinya di Gaza, Vance menegaskan AS tidak akan menetapkan batas waktu bagi kelompok itu untuk melucuti senjata sebagaimana diatur dalam kesepakatan tersebut.
“Kami melihat perkembangan selama sepekan terakhir yang memberi saya optimisme besar bahwa gencatan senjata ini akan bertahan,” ujar Vance dalam konferensi pers di Kiryat Gat.
“Semua pihak patut berbangga atas capaian ini. Namun, kesepakatan ini menuntut upaya berkelanjutan, pemantauan, dan pengawasan yang ketat,” lanjutnya.
Pernyataan Vance muncul sehari setelah Presiden AS Donald Trump memperingatkan Hamas. Trump menyebut sejumlah sekutu Amerika di kawasan Timur Tengah siap mengirim pasukan ke Gaza jika Hamas melanggar perjanjian.
“Banyak sekutu besar kita di Timur Tengah telah menyatakan kesediaan, bila saya minta, untuk masuk ke Gaza dengan kekuatan besar dan menertibkan Hamas bila kelompok itu terus bertindak buruk,” kata Trump di platform Truth Social.
Dalam kunjungannya, Vance turut meresmikan Pusat Koordinasi Sipil-Militer AS-Israel di wilayah barat daya Israel. Ia menegaskan, meskipun Washington mendukung tekanan terhadap Hamas, pihaknya tidak akan menetapkan tenggat waktu tegas untuk pelucutan senjata.
“Saya tidak akan melakukan apa yang belum dilakukan presiden, yaitu menetapkan batas waktu yang kaku. Situasi ini sangat kompleks,” kata Vance.
Dia juga menegaskan AS tidak akan menurunkan pasukan ke Gaza, namun akan berperan dalam koordinasi kemanusiaan dan keamanan yang dianggap berguna.
Aksi kekerasan sempat pecah kembali pada Minggu (19/10) menewaskan dua tentara Israel dan memicu serangan udara balasan yang menewaskan 45 warga Palestina. Analis senior International Crisis Group, Mairav Zonszein, menilai gencatan senjata masih sangat rapuh. Menurut dia, pihak Israel perlu menahan diri.
“Satu-satunya hal yang mencegah Israel menghancurkan Gaza sepenuhnya adalah Presiden Trump. Netanyahu mengatakan hal-hal yang menyenangkan Trump, tetapi tindakannya di lapangan berbeda," katanya.
Dari Kairo, pemimpin Hamas di Gaza, Khalil Al-Hayya, menyampaikan keyakinannya bahwa gencatan senjata akan terus berlangsung.
“Apa yang kami dengar dari para mediator dan Presiden AS meyakinkan kami bahwa perang di Jalur Gaza telah berakhir,” ujarnya. (AFP/H-4)

4 hours ago
3
















































