Urban Farming Menjadi Solusi Atasi Darurat Sampah di Kota Pekalongan

3 hours ago 2
Urban Farming Menjadi Solusi Atasi Darurat Sampah di Kota Pekalongan Ilustrasi(ANTARA)

PEMERINTAH Kota Pekalongan gencarkan pengembangan urban farming (pertanian perkotaan) untuk mengatasi persoalan darurat sampah, yakni dengan memanfaatkan sampah menjadi pupuk organik dan media tanam.

Pemantauan Media Indonesia Selasa (21/10) masalah sampah di Kota Pekalongan masih menjadi pekerjaan rumah yang belum terselesaikan secara tuntas. Setelah dilakukan penutupan paksa tempat pembuangan akhir (TPA) Degayu, berbagai upaya dan inovasi menjadi alternatif menyelesaikan masalah persampahan tersebut.

Perang terhadap sampah dengan membangun kesadaran warga terus digelorakan oleh Pemerintah Kota Pekalongan, tidak cukup untuk menyelesaikan masalah sampah ini. Bahkan pengolahan sampah dari hulu masih menyisakan volume produksi sampah yang terus menumpuk dan bertambah setiap hari.

Salah satu upaya terbaru ditempuh dalam menanggulangi darurat sampah di daerah di Pantura ini, Dinas Pertanian Kota Pekalongan membuat terobosan dengan gencar menggerakkan pengembangan urban farming yang diharapkan akan mampu mengurangi volume sampah tang kian menumpuk.

"Kita gencarkan gerakan urban farming, langkah ini merupakan salah satu upaya mengatasi darurat sampah dengan mengurangi sampah terbuang dan harus didorong ke TPA," kata Kepala Bidang Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura (PTPH) pada Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Hortikultura Kota Pekalongan Moh Karmani.

Urban farming digerakkan oleh masyarakat Kota Pekalongan, lanjut Moh Karman, yakni merubah sampah menjadi komoditas yang lebih bermanfaat yakni hasil pertanian yang dapat menyokong kebutuhan warga dan sekaligus akan mengatasi masalah lingkungan akibat semakin sulitnya menfasi sampah tersebut.

Sampah organik yang banyak dibuang, ungkap Moh Karmani, diolah menjadi produk lain yakni dijadikan pupuk kompos, sedangkan barang bekas seperti botol, ember, kaleng dan lainnya dijadikan media tanam menjadi pot tanaman. "Jadi limbah yang tadinya menjadi masalah justru bisa menjadi sumber manfaat,” tambahnya.

Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Hortikultura Kota Pekalongan, menurut Moh Karmani, memberikan dukungan penuh terhadap masyarakat yang terlibat dalam kegiatan urban farming, baik melalui pendampingan teknis dari penyuluh pertanian lapang (PPL) maupun pemberian bantuan bibit sayuran. 

Melalui pendampingan tersebut, demikian Moh Karmani, warga Pekalongan diharapkan mampu membudidayakan berbagai tanaman sayur seperti kangkung, bayam, cabai, dan tomat secara mandiri di pekarangan rumah atau lahan-lahan terbatas di wilayah perkotaan, karena selain dapat memenuhi kebutuhan pangan keluarga,  juga memberi pengurangan volume sampah," ujarnya.

Sementara itu Kepala DLH Kota Pekalongan Joko Purnomo mengatakan berbagai upaya dan solusi dilakukan untuk mengatasi darurat sampah di daerah ini, yakni salah satunya telah menyiapkan sejumlah fasilitas pengelolaan sampah di hulu, seperti pembangunan TPS 3R dan TPS-T. 

Dengan sistem ini, ungkap Joko Purnomo, TPA nantinya hanya akan menampung sekitar 10 persen sampah residu, namun jika TPA tetap ditutup pada 30 November 2025 mendatang, dikhawatirkan akan terjadi kekacauan seperti sebelumnya sehibgga Pemkot Pekalongan berencana mengajukan perpanjangan pengelolaan TPA ke Kementerian Lingkungan Hidup.

“Kami mohon doa restu dari para kiai, nyai, habaib, dan jamaah agar langkah ini diberi kemudahan, ini juga sejalan dengan Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nomor 41 Tahun 2014 tentang pengelolaan sampah," imbuhnya. (H-1)

Read Entire Article
Global Food