Trump Batalkan Pertemuan Putin: “Tak Mau yang Sia-sia”

4 hours ago 3
 “Tak Mau yang Sia-sia” Donald Trump membatalkan rencana pertemuan dengan Vladimir Putin soal perang Ukraina. Ia menilai pertemuan itu akan sia-sia tanpa kesepakatan gencatan senjata.(White House)

RENCANA pertemuan tatap muka antara Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk membahas perang di Ukraina resmi ditunda. Batalnya pertemuan itu setelah kedua pihak gagal mencapai kesepakatan mengenai gencatan senjata.

Trump mengatakan ia tidak ingin mengadakan pertemuan yang “sia-sia”. Hal itu menyinggung kebuntuan yang terjadi akibat penolakan Moskow untuk menghentikan pertempuran di garis depan saat ini.

“Saya tidak ingin pertemuan yang terbuang percuma,” ujar Trump di Gedung Putih, Selasa (22/10).

Sebelumnya, Trump sempat menyebut dirinya dan Putin akan bertemu di Budapest dalam dua pekan. Namun seorang pejabat Gedung Putih menegaskan “tidak ada rencana” untuk pertemuan dalam waktu dekat.

Perbedaan mendasar antara usulan perdamaian AS dan Rusia terlihat semakin jelas pekan ini, memupus harapan akan terselenggaranya KTT tersebut. Pertemuan terakhir Trump dan Putin terjadi di Alaska pada Agustus lalu, namun tidak menghasilkan kesepakatan apa pun.

Pertemuan persiapan antara Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio dan Menlu Rusia Sergei Lavrov yang dijadwalkan pekan ini juga dibatalkan, meski Gedung Putih menyebut keduanya telah melakukan pembicaraan telepon yang ‘produktif’.

Pada Senin (21/10), Trump menyatakan dukungan terhadap proposal gencatan senjata yang didukung Kyiv dan para pemimpin Eropa untuk membekukan konflik di garis pertempuran saat ini.

“Biarlah dipotong seperti adanya,” kata Trump. “Saya bilang, hentikan di garis pertempuran. Pulanglah. Berhenti bertarung, berhenti membunuh orang.”

Posisi Rusia Tidak Berubah

Namun, Kremlin menolak keras gagasan tersebut. Juru bicara Dmitry Peskov menegaskan posisi Rusia tidak berubah, yakni menuntut penarikan penuh pasukan Ukraina dari wilayah timur.

Lavrov menambahkan, Rusia hanya tertarik pada “perdamaian jangka panjang dan berkelanjutan,” dengan menekankan perlunya mengatasi “akar konflik”. Istilah yang merujuk pada tuntutan Moskow agar kedaulatan penuh Rusia atas Donbas diakui dan Ukraina dilucuti secara militer.

Pernyataan itu ditanggapi oleh Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, yang menilai Rusia “tidak serius” dalam mencari perdamaian. Ia menegaskan, pembekuan garis depan hanyalah “awal diplomasi”, dan satu-satunya hal yang dapat membuat Moskow memperhatikan adalah pasokan senjata jarak jauh untuk Ukraina.

Trump sebelumnya telah membahas kemungkinan pertemuan dengan Putin melalui sambungan telepon, sehari sebelum menerima Zelensky di Gedung Putih. Laporan media menyebut pembicaraan keduanya berlangsung panas, setelah Trump diduga mendorong Zelensky menyerahkan sebagian wilayah Donbas sebagai bagian dari kesepakatan dengan Rusia, sesuatu yang ditolak Kyiv.

Zelensky menegaskan Ukraina tidak akan melepaskan wilayah mana pun yang masih dikuasai, karena hal itu hanya akan memberi peluang bagi Rusia untuk melancarkan serangan berikutnya.

Putin sendiri menghubungi Trump secara mendadak pekan lalu, di tengah spekulasi bahwa Washington tengah bersiap mengirim rudal jarak jauh Tomahawk ke Kyiv, yang dapat menjangkau wilayah Rusia. Zelensky menyebut isu tersebut justru memaksa Moskow kembali ke meja pembicaraan. (BBC/Z-2)

Read Entire Article
Global Food