SWF Disebut Bisa Membangun Kepercayaan Investor

3 hours ago 1
SWF Disebut Bisa Membangun Kepercayaan Investor Ilustrasi pergerakan ekonomi di KEK Batang.(Antara)

SEJUMLAH ekonom menilai keberadaan Danantara Indonesia sebagai badan pengelola investasi negara berpotensi menjadi katalis penting bagi pendalaman pasar modal sekaligus motor penciptaan lapangan kerja. Lembaga ini diyakini mampu mengembalikan kepercayaan investor global di tengah menurunnya porsi kepemilikan institusional dan bobot Indonesia dalam indeks internasional.

Herry Gunawan, Ekonom NEXT Indonesia Center, menegaskan bahwa mandat besar Danantara sejalan dengan harapan Presiden Prabowo agar lembaga ini memberi kontribusi signifikan terhadap perekonomian, termasuk menopang APBN.

“Kontribusi Sovereign Wealth Fund (SWF) terhadap perekonomian sudah dibuktikan oleh Temasek dan GIC di Singapura. Mereka mampu menyumbang sekitar 20 persen dari belanja pemerintah pusat. Danantara sebagai SWF pemerintah Indonesia memiliki potensi besar untuk mendukung perekonomian nasional. Mengambil peran serupa, Danantara bisa menjadi kantong anggaran di luar APBN melalui imbal hasil investasi dan pengelolaan aset negara,” ujarnya, Senin (15/9).

Menurut Herry, peran penting Danantara terletak pada akselerasi investasi di sektor riil. Saat ini kontribusi investasi terhadap PDB Indonesia masih sekitar 28%-29%, jauh di bawah China yang dalam dua dekade terakhir rata-rata mencapai 42 persen, atau India yang berada di kisaran 31%.

“Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi lebih tinggi, investasi harus digencarkan. Danantara dapat menjadi katalis dengan menarik mitra domestik maupun asing melalui skema business-to-business,” jelasnya.

Meski demikian, Herry menekankan perlunya tata kelola yang kokoh agar potensi tersebut benar-benar terwujud.

“Tiga pilar ini penting agar Danantara bisa hadir dan tumbuh seperti yang diharapkan,” katanya, merujuk pada penerapan tata kelola yang baik, pengelolaan risiko, serta inovasi dalam strategi investasi.

Danantara sendiri menegaskan mandat gandanya: mendorong transformasi ekonomi nasional, memberi dampak nyata bagi masyarakat, menciptakan lapangan kerja, sekaligus menghasilkan imbal hasil komersial. Struktur ganda itu dirancang tidak hanya untuk mengelola portofolio, tetapi juga untuk mengorkestrasi perubahan ekonomi jangka panjang.

Dalam praktiknya, Danantara mengelola dua pilar utama. Danantara Asset Management berfokus pada konsolidasi kepemilikan dan kinerja BUMN, termasuk restrukturisasi agar lebih efisien. Sementara itu, Danantara Investment Management mengalokasikan modal ke sektor-sektor strategis seperti transisi energi, hilirisasi industri, infrastruktur digital, dan kesehatan.

“Efek pengganda untuk pasar modal, bisa dilakukan oleh Danantara Investment Management yang dapat mendukung likuiditas di pasar modal. Selain itu, melalui Danantara Asset Management, jika BUMN dikelola dengan baik, akan menjadi peluang bagi investor di pasar modal untuk menanamkan investasinya. Ini juga akan menggerakkan pasar modal di dalam negeri,” ujar Herry.

Pemerintah menempatkan Danantara sebagai motor pertumbuhan baru. Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadiwa menegaskan bahwa akselerasi investasi nasional tidak lagi hanya bergantung pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), tetapi juga pada kontribusi Danantara dan sektor swasta.

“Ke depan, percepatan investasi tidak hanya mengandalkan APBN, tetapi juga didukung oleh penguatan peran sektor swasta dan Danantara sebagai sovereign wealth fund Indonesia,” kata Purbaya dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI, Rabu (10/9).

Target yang ditetapkan pun ambisius. Pemerintah menargetkan total investasi nasional mencapai Rp10.000 triliun pada 2029, dengan kontribusi Danantara diproyeksikan Rp980 triliun.

Lebih jauh, Danantara menekankan pentingnya investasi bagi pembangunan manusia. Tantangan kualitas tenaga kerja masih besar: mayoritas pekerja Indonesia berpendidikan menengah ke bawah, dengan hanya sekitar 10% berpendidikan tinggi. Pada periode 2020-2024, sebanyak 82 persen pekerjaan baru dibayar di bawah upah minimum, meningkat dari 78% pada 2015–2020.

Herry menilai fokus Danantara pada penciptaan lapangan kerja berkualitas sangat relevan dengan situasi tersebut.

“Dengan semakin bergairahnya investasi, lapangan kerja tercipta lebih banyak, ekonomi masyarakat membaik, dan pertumbuhan ekonomi akan terdorong lebih tinggi. Inilah peran yang sepatutnya dimainkan oleh Danantara.

Untuk mendukung kualitas, Danantara harus menyiapkan manajemen talenta, mulai dari soft skill, hard skill, hingga kepemimpinan. Dengan begitu, tenaga kerja yang terserap tidak hanya banyak, tetapi juga memiliki kemampuan mendukung produksi, inovasi, dan persaingan di industri,” ujarnya.

Dengan mandat ganda itu, Danantara diharapkan tidak hanya menjadi instrumen keuangan negara, tetapi juga motor transformasi ekonomi yang memperkuat pasar modal, menumbuhkan lapangan kerja, dan menyiapkan generasi pekerja berkualitas bagi masa depan Indonesia. (Z-10)

Read Entire Article
Global Food