Ilustrasi(freepik)
KEHAMILAN adalah hal yang sangat umum terjadi di seluruh dunia, tetapi masih menyimpan banyak misteri. Dahulu, pengalaman selama hamil atau melahirkan, sering dianggap sebagai sesuatu yang pribadi. Banyak orang memilih untuk tidak banyak bercerita, karena adanya rasa malu atau anggapan bahwa hal tersebut sebaiknya dirahasiakan.
Karena kurangnya keterbukaan itu, berbagai cerita turun-temurun, mitos, dan legenda urban pun berkembang di masyarakat. Menariknya, sebuah survei terbaru menunjukkan sampai sekarang, masih banyak orang yang percaya pada mitos-mitos seputar kehamilan tersebut.
Survei ini ungkap mitos-mitos seputar kehamilan
Talker Research melakukan survei terhadap 2.000 calon orangtua. Termasuk 250 orang yang sedang hamil dan 250 orang lainnya, yang tengah berusaha untuk hamil. Hasilnya cukup menarik, sebanyak 29% responden percaya sering mengalami mulas saat hamil, menandakan bayi akan lahir dengan rambut lebat.
Selain itu, 21% percaya mengonsumsi makanan pedas, dapat mempercepat proses persalinan. Padahal, hingga kini belum ada bukti ilmiah yang benar-benar mendukung anggapan tersebut.
Hanya satu studi yang menemukan adanya kaitan statistik, antara mulas dan banyaknya rambut bayi saat lahir. Sedangkan klaim soal makanan pedas, belum terbukti secara medis.
Beberapa kepercayaan seputar kehamilan tampaknya berakar pada kearifan kuno, yang diwariskan dari generasi ke generasi. Misalnya, 1 dari 5 responden dalam survei, mengaku percaya bahwa fase bulan saat pembuahan, dapat memengaruhi jenis kelamin bayi.
Meski teknologi sudah berkembang, masih banyak orang yang percaya pada mitos untuk menebak jenis kelamin bayi. Salah satunya, kehamilan anak perempuan dianggap membuat wajah terlihat lelah. Sedangkan anak laki-laki membuat wajah berseri. Padahal, survei menunjukkan lebih banyak ibu dari bayi perempuan, yang justru melaporkan memiliki kulit bercahaya.
Survei juga menemukan kenyataan yang bertolak belakang dengan kepercayaan umum. Banyak orang percaya kalau perut terlihat kecil saat hamil, tandanya bayi laki-laki. Padahal, 14% ibu yang melahirkan anak laki-laki dan 12% ibu yang melahirkan anak perempuan, sama-sama mengalami hal itu. Jadi, bentuk perut bukan penentu jenis kelamin bayi.
Mengapa mitos kehamilan masih ada?
Kehamilan adalah pengalaman yang sangat pribadi, sehingga wajar jika banyak orang punya cara sendiri untuk memahaminya. Mitos sering dijadikan pegangan karena membuat proses yang kompleks, sehingga terasa lebih mudah dipahami. Selain itu, ketidakpastian selama kehamilan, membuat orangtua memperhatikan tanda-tanda kecil dari tubuh, untuk mencari kepastian dan berharap pada hasil terbaik.
Meski terdengar kuno, mitos kehamilan tetap memiliki peran bagi sebagian orangtua. Mitos-mitos ini dapat membantu mereka merasa lebih dekat dengan bayi. Sehingga dapat membuat mereka lebih peka, terhadap perubahan tubuh selama kehamilan.
Meskipun tebakan kita sering kali tidak tepat, pikiran-pikiran seperti itu justru bisa membuat masa kehamilan terasa lebih menyenangkan. Jika percaya pada hal-hal seperti wajah yang tampak cerah, atau rasa panas di dada dapat membuat penantian lebih ringan, maka tak ada salahnya mitos-mitos itu terus hidup. (Parents/Z-2)

2 weeks ago
15
















































