
SETIAP musim kemarau, SMAN 1 Sukanagara di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, selalu menghadapi persoalan yang sama: kekurangan air bersih. Sumur bor tak mampu memenuhi kebutuhan, sementara pasokan PDAM sering macet. Guru dan siswa terpaksa mencari tambahan air dari rumah warga sekitar sekolah.
Situasi ini semakin pelik dengan jumlah siswa yang mencapai 1.102 orang dan 54 guru. Di musim hujan, air berlimpah hingga menyebabkan banjir besar seperti pada 2022 dan 2024. Namun di musim kemarau, sekolah sering dilanda kekeringan. Desa Sukanagara yang berada di pegunungan, 47 kilometer dari pusat Cianjur, hidup dalam paradoks: air melimpah sekaligus langka.
Awal Januari 2025, tim Dosen Pulang Kampung (Dospulkam) IPB University datang melakukan survei. Program Dospulkam merupakan kegiatan pengabdian dosen yang bertujuan membawa hasil penelitian, pengembangan ilmu, dan teknologi kembali ke kampung halaman. Para dosen menerapkan inovasi yang siap diimplementasikan, memberi kontribusi nyata untuk community development di tempat yang memiliki nilai historis dan sosiologis bagi mereka.
Survei lapangan mengungkapkan akar persoalan yaitu pasokan air PDAM tidak stabil, sumur bor tidak cukup, dan sekolah sering harus meminta tambahan air dari warga. Dari temuan ini lahirlah gagasan membangun sistem air mandiri berbasis energi terbarukan dan teknologi cerdas. Pada 5 Juli 2025, gagasan itu terwujud lewat pemasangan Smart Solar Panel Rain Harvesting System, prototipe penampungan air hujan bertenaga surya yang dilengkapi sensor kejernihan, sensor aliran, dan sensor ketinggian. Data dipantau real-time melalui IoT dan dianalisis dengan kecerdasan buatan.
"Air hujan yang dulu hanya terbuang sekarang bisa kami manfaatkan. Kami jadi lebih hemat air sumur dan saya merasa ikut menjaga bumi, meskipun dari sekolah yang jauh dari perkotaan," ujar Dede Rusmansyah, S.Pd., Wakasek Kurikulum.
Inovasi ini lahir dari kerja sama lintas disiplin. IPB University yang memimpin program Dospulkam berkolaborasi dengan Energy Studies Institute (ESI), National University of Singapore (NUS); Universitas Indonesia melalui Program Studi, Energy Systems Engineering; dan Commcap, konsultan komunikasi berkelanjutan.
Para pakar hadir dengan keahlian masing-masing. Dr. Medria Kusuma Dewi Hardhienata, S.Komp., Ph.D., Ketua Tim Dospulkam, yang merupakan dosen di Program Studi Kecerdasan Buatan, Sekolah Sains Data, Matematika dan Informatika, IPB, memimpin jalannya inovasi. Dr. Sita Rahmani, Research Fellow, Energy Studies Institute (ESI), National University of Singapore (NUS), memberikan rancangan Smart Solar Panel Rain Harvesting System, Dr. Sheila Tobing dari Program Studi Teknik Sistem Energi Universitas Indonesia (UI) Universitas Indonesia, bersama Gabriella Averina Lumban Siantar, S.T., M.T. dan Emir Raya Syuhada, S.T., memperkuat sisi energi terbarukan. Dr. Andrew Schauf, Research Fellow di NUS Cities dan Center for Transdisciplinary and Sustainability Sciences IPB, membekali guru dengan Computational Thinking. Wulandari, S.Komp., M.Agr.Sc., mendampingi pelatihan kecerdasan buatan. Takhta Pandu Padmanegara, B.Comm., dari Commcap memfasilitasi refleksi tentang makna teknologi bagi kehidupan sosial dan kebaikan.
Tahap pertama pemasangan sistem pemanen air hujan di SMAN 1 Sukanagara dimulai pada 6 Juli. Pada tahap ini, air hujan mulai ditampung dan difiltrasi sehingga dapat menghasilkan air bersih yang mulai bisa dimanfaatkan oleh sekolah. Secara paralel, pengembangan teknologi AI dan IoT untuk memantau kecepatan aliran serta kejernihan air, bersama dengan perakitan sel surya, telah dilakukan di IPB dan UI. Seluruh komponen ini direncanakan terintegrasi secara penuh dengan sistem pemanen air hujan di SMAN 1 Sukanagara pada akhir 2025.
Pada 7 Juli, hanya satu hari setelah sistem tahap awal dipasang, para guru SMAN 1 Sukanagara mengikuti pelatihan intensif. Andrew Schauf mengajarkan pola pikir Computational Thinking yang bisa diaplikasikan lintas mata pelajaran. Medria bersama Wulandari memperkenalkan cara menyusun prompt untuk kecerdasan buatan sekaligus menekankan pentingnya etika penggunaannya.
"Smart Rain Harvest System bukan sekadar alat," ujar Medria. "Kami ingin SMAN 1 Sukanagara menjadi pusat literasi teknologi AI-IoT dan energi terbarukan yang mampu memahami dan mengelola teknologinya secara mandiri."
Dua bulan sejak sistem dipasang, perubahan nyata sudah terlihat. "Airnya jernih, bisa menampung banyak air, dan isinya juga penuh karena beberapa hari ini turun hujan," kata Rani Puspita, S.Pd., M.Pd., Wakasek Humas. Guru merasa lebih tenang karena tidak lagi sepenuhnya bergantung pada sumur bor. (I-2)