Rusia Disebut Bisa Invasi Negara NATO Ini

4 hours ago 2
Rusia Disebut Bisa Invasi Negara NATO Ini Presiden Rusia Vladimir Putin(Instagram/@russian_kremlin)

KETEGANGAN di perbatasan Estonia kembali meningkat setelah muncul dugaan provokasi oleh Rusia. Menurut analis politik asal Jerman, Carlo Masala, insiden ini menjadi tanda negara Baltik tersebut kini berada di garis depan ambisi ekspansionis Moskow. Masala, profesor politik di Universitas Bundeswehr menilai Rusia bisa memanfaatkan situasi pascaperang Ukraina untuk menyerang Estonia yang merupakan anggota NATO.

Gagasan itu dituangkan dalam bukunya If Russia Wins: A Scenario, yang menggambarkan bagaimana kemenangan Rusia di Ukraina dapat membuka jalan bagi langkah agresi berikutnya terhadap negara anggota NATO tersebut.

Pada 10 Oktober lalu, Estonia menutup salah satu pos perbatasannya setelah tujuh pria bersenjata tanpa tanda pengenal terlihat di dekat titik lintas Saatse Boot, wilayah berbentuk sepatu bot yang menjorok dari Rusia ke bagian tenggara Estonia.

Tiga minggu sebelumnya, Moskow juga dituduh melanggar wilayah udara dengan menerbangkan tiga jet tempur Mikoyan MiG-31. Ketegangan semakin meningkat setelah sejumlah negara Eropa melaporkan kemunculan drone yang juga diduga berasal dari Rusia.

Situasi tersebut membuat Komisi Eropa memperingatkan Uni Eropa hanya memiliki waktu lima tahun untuk mempersiapkan diri menghadapi potensi perang.

Namun, menurut skenario Masala, ancaman bisa datang jauh lebih cepat. Ia memperkirakan Kremlin akan bertindak pada 2028 dengan keyakinan NATO enggan menerapkan Pasal 5 tentang pertahanan kolektif karena takut memicu Perang Dunia III dengan kekuatan nuklir.

“Jika Pasal 5 tidak dijalankan dalam situasi seperti itu, maka NATO akan berakhir, aliansi ini akan runtuh,” kata Masala kepada Newsweek.

Dia menilai kondisi itu akan menjadi kemenangan strategis bagi Rusia tanpa perlu pertempuran besar.

Dalam bukunya, Masala juga menjabarkan bentuk kemenangan Rusia di Ukraina. Menurut dia, kemenangan itu bukan berupa gencatan senjata, tetapi penyerahan total.

Ia memperkirakan Ukraina akan terpaksa menyerahkan sekitar seperlima wilayahnya yang saat ini diduduki Rusia. Kyiv juga akan dipaksa menambahkan klausul netralitas permanen dalam konstitusinya yang secara otomatis menutup peluang menjadi anggota NATO.

Masala menambahkan, misi penjaga perdamaian PBB mungkin akan dikerahkan untuk memantau gencatan senjata, tetapi tidak cukup kuat untuk menjadi penangkal militer sejati.

“Kemenangan Rusia adalah ketika mereka mempertahankan wilayah yang mereka kuasai saat ini,” ujarnya.

“Bahkan, Ukraina mungkin harus menarik pasukannya dari area yang masih mereka kendalikan sekarang,” ujar Masala.

Menurut skenario tersebut, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky akan dipaksa mundur dan pemilu baru yang dipengaruhi campur tangan Rusia ditengarai akan melahirkan pemimpin pro-Kremlin. 

Angkatan bersenjata Ukraina di masa depan pun akan dibuat lemah sedangkan jaminan keamanan internasional tak akan berarti banyak.

“Jika semua itu terjadi, maka Rusia benar-benar menang,” ungkap Masala. (H-4)

Read Entire Article
Global Food