Pulau Surtsey: Kisah Burung Pembawa Kehidupan di Tanah Baru

3 hours ago 3
 Kisah Burung Pembawa Kehidupan di Tanah Baru Ilustrasi(freepik)

BAYANGKAN menyaksikan lahirnya daratan baru. Pada November 1963, di tengah Samudra Atlantik Utara, letusan gunung berapi melontarkan magma dan abu yang perlahan membentuk pulau baru. 

Dalam hitungan bulan, Surtsey muncul ke permukaan laut, sebidang tanah muda tanpa tumbuhan, pohon, atau kehidupan, hanya batu hitam panas yang beruap. Bagi ilmuwan, ini adalah kesempatan langka, dunia baru tanpa sejarah, tempat mereka bisa mengamati bagaimana kehidupan bermula dari nol.

Pertanyaan pun muncul: siapa yang akan datang lebih dulu? Bagaimana kehidupan memulai pijakannya di tanah yang belum pernah dihuni? 

Selama puluhan tahun, para ekolog meyakini bahwa hanya tumbuhan dengan kemampuan penyebaran khusus yang bisa menempati pulau semacam ini. Namun, Surtsey, pulau vulkanik di selatan Islandia itu membantah anggapan tersebut.

Sejak 1965, para botanis mencatat dengan teliti setiap spesies tumbuhan yang muncul di pulau itu. Hasilnya mengejutkan, sebagian besar tanaman yang berhasil tiba justru tidak memiliki ciri penyebaran jarak jauh. Biji mereka kering, tanpa sayap atau daging dan buah. Meski begitu, mereka berhasil menyeberangi 30 kilometer lautan dan tumbuh di tanah baru.

Jawabannya ternyata tidak ditemukan di laut atau darat, melainkan di langit. Burung-burung seperti camar, angsa, dan burung pantai mulai singgah di Surtsey segera setelah pulau itu muncul. 

Mereka datang untuk beristirahat dan tanpa sadar membawa benih di dalam tubuh mereka. Biji-biji tersebut melewati sistem pencernaan burung dan tetap hidup, bahkan terkadang tumbuh lebih baik setelahnya. Artinya, burung bukan sekadar pengunjung, mereka adalah pembawa kehidupan pertama di pulau itu.

Koloni Burung Camar

Tahun 1986 menandai titik balik penting ketika koloni burung camar menetap secara permanen. Sejak saat itu, penyebaran tumbuhan berlangsung lebih cepat dan terarah, terutama di sekitar area bersarang burung. 

Kotoran dan sisa sarang mereka memperkaya tanah vulkanik yang sebelumnya tandus, menciptakan titik-titik subur tempat tumbuhan baru dapat tumbuh. Burung tidak hanya membawa biji; mereka juga membangun ekosistem.

Penelitian ini menyoroti peran besar hewan dalam penyebaran tumbuhan. Ketika pola migrasi burung bergeser akibat perubahan iklim, mereka akan menjadi kunci bagi tumbuhan untuk berpindah dan beradaptasi ke wilayah baru. 

Temuan di Surtsey juga membongkar sistem klasifikasi lama yang mendasarkan penyebaran pada bentuk biji. Dari 78 spesies tumbuhan di pulau itu, 62 terbukti disebarkan melalui saluran pencernaan burung, meski menurut teori, hal itu tidak mungkin. 

Bahkan, sistem klasifikasi penyebaran tumbuhan yang digunakan di Eropa sering kali saling bertentangan, menunjukkan bahwa model lama sudah tidak relevan.

Surtsey mengajarkan bahwa kehidupan tidak selalu mengikuti pola yang terlihat. Biji kecil yang tidak terlihat mencolok justru bisa menjadi penjelajah paling efektif. Evolusi mungkin lebih menghargai strategi tersembunyi daripada bentuk yang indah.

Di masa ketika iklim memaksa ekosistem untuk berpindah, penelitian seperti ini menjadi sangat penting. Ia menunjukkan bahwa keberlangsungan hidup spesies bergantung pada kemampuan untuk bergerak, dan pergerakan itu sering kali bergantung pada burung. 

Kehidupan tidak berjalan sendirian, ia tumbuh dalam jaringan keterhubungan. Burung menjadi penghubung antarwilayah, membawa benih kehidupan dari satu tempat ke tempat lain. Untuk memahami ke mana tumbuhan akan pergi di masa depan, perlu terlebih dahulu memahami ke mana burung akan terbang. (earth/Z-2)

Read Entire Article
Global Food