Pengembang Eropa Protes Komisi Apple

13 hours ago 3

Selular.id – Pengembang aplikasi di Eropa menuntut kesetaraan perlakuan setelah pengadilan di Amerika Serikat memerintahkan Apple untuk menghentikan pembebanan biaya pada transaksi di luar App Store. Mereka mendesak Uni Eropa untuk segera bertindak, menyebut kebijakan Apple saat ini menciptakan ketidakadilan dan merugikan konsumen Eropa.

Keputusan dari Pengadilan Sirkuit ke-9 AS itu membuat pengembang di Amerika tidak lagi dikenai komisi oleh Apple untuk pembayaran yang dilakukan di luar ekosistem App Store. Namun, di Eropa, Apple baru-baru ini memperkenalkan sistem dua lapis yang tetap membebankan komisi sebesar 5% atau lebih untuk transaksi serupa.

Perbedaan kebijakan ini dinilai memberikan keuntungan tidak adil bagi pengembang berbasis AS dan melanggar aturan Digital Markets Act (DMA) Uni Eropa, yang mewajibkan Apple sebagai “penjaga gerbang” untuk mengizinkan pengembang mengenakan biaya langsung kepada pelanggan tanpa dipotong biaya.

Gene Burrus, Penasihat Kebijakan Global untuk Koalisi untuk Keadilan Aplikasi (Coalition for App Fairness/CAF), menyatakan kekhawatirannya. “Ini buruk bagi perusahaan Eropa, dan buruk bagi konsumen Eropa,” ujarnya.

Burrus menambahkan bahwa pengembang di Eropa terpaksa menanggung biaya tambahan tersebut atau membebankannya kepada konsumen, sebuah situasi yang tidak dihadapi oleh rekan mereka di AS. CAF sendiri beranggotakan perusahaan-perusahaan seperti Epic Games dan Spotify, yang telah lama berseteru dengan Apple terkait kebijakan App Store.

Langkah Apple di Eropa ini muncul setelah perusahaan teknologi asal Cupertino itu dikenai denda sebesar €500 juta oleh regulator Eropa. Sebagai respons, Apple mengumumkan perubahan struktur biaya layanan App Store.

Meski kini mengizinkan pengembang untuk mengarahkan pengguna ke metode pembayaran eksternal—sesuatu yang sebelumnya bahkan dilarang untuk diiklankan—Apple tetap mempertahankan potongan komisi. Kebijakan ini bertolak belakang dengan situasi di AS pasca-putusan pengadilan, di mana komisi serupa tidak diperbolehkan sama sekali.

Kekhawatiran pengembang Eropa tidak berhenti di situ. Apple telah mengisyaratkan akan ada perubahan kebijakan lagi pada tahun 2026, tetapi detailnya masih ditutup rapat-rapat, padahal tahun baru hanya tinggal hitungan minggu.

Ketidakpastian ini menambah kecemasan di kalangan pengembang yang harus merencanakan strategi bisnis mereka. Mereka mendesak Komisi Eropa untuk menyelidiki praktik Apple dan memastikan perusahaan tersebut mematuhi semangat dan aturan DMA secara penuh, tidak hanya sekadar formalitas.

Latar Belakang Perseteruan dan Regulasi

Persoalan komisi App Store bukanlah hal baru. Selama bertahun-tahun, Apple menerapkan komisi standar 30% untuk setiap transaksi dalam aplikasi (in-app purchase) yang dilakukan melalui sistem pembayarannya. Kebijakan ini menuai protes dari banyak pengembang besar dan kecil, yang menganggapnya terlalu tinggi dan monopolistik.

Beberapa upaya untuk mengurangi beban ini pernah dilakukan, seperti program Apple pangkas biaya App Store khusus pengembang rintisan, yang menurunkan komisi menjadi 15% bagi developer dengan pendapatan kurang dari satu juta dolar AS per tahun.

Tekanan regulasi global kemudian semakin menguat. Uni Eropa, melalui DMA, secara resmi mengategorikan Apple sebagai “penjaga gerbang” untuk App Store, iOS, dan Safari. Status ini membawa kewajiban khusus, termasuk membuka platform bagi metode pembayaran pihak ketiga dan mengizinkan sideloading aplikasi.

Tujuannya adalah untuk menciptakan pasar digital yang lebih kompetitif. Namun, implementasi Apple atas aturan ini dinilai banyak pihak, termasuk pengembang dan regulator, sebagai setengah hati dan masih dirancang untuk mempertahankan aliran pendapatan dari komisi.

Di tengah tekanan ini, Apple tetap aktif berekspansi di berbagai pasar, termasuk Indonesia. Baru-baru ini, iBox buka gerai Apple Premium Partner pertama di Asia Tenggara di Bali, menunjukkan fokus perusahaan pada pertumbuhan pengguna. Selain itu, kerja sama dengan operator telekomunikasi juga terus dijalin, seperti IM3 Platinum dan Apple rilis bundling iPhone 17 dengan eSIM bebas roaming, yang bertujuan menjangkau lebih banyak konsumen.

Masa Depan dan Implikasi bagi Pasar

Protes dari pengembang Eropa ini merupakan babak baru dalam perdebatan panjang tentang kontrol Apple atas ekosistem iOS. Putusan pengadilan AS telah menciptakan preseden yang kuat, dan kini bola ada di pihak regulator Uni Eropa.

Jika Komisi Eropa memutuskan untuk menindaklanjuti keluhan ini, Apple bisa menghadapi investigasi mendalam dan berpotensi mendapat denda tambahan yang signifikan, serta diperintahkan untuk menyelaraskan kebijakannya di Eropa dengan putusan di AS.

Perkembangan ini akan sangat menentukan bagi masa depan ekonomi aplikasi di Eropa. Pengembang lokal, dari startup hingga perusahaan mapan, mengawasi dengan cermat. Kemenangan bagi mereka dapat berarti peningkatan margin keuntungan, lebih banyak ruang inovasi dalam model bisnis, dan harga yang lebih kompetitif bagi konsumen akhir.

Sebaliknya, jika Apple berhasil mempertahankan model komisinya dengan modifikasi minimal, dominasi perusahaan dalam distribusi aplikasi dan pembayaran digital akan tetap kuat.

Ketidakpastian menuju 2026 juga menjadi faktor kritis. Pengembang membutuhkan kepastian regulasi untuk merencanakan investasi dan pengembangan jangka panjang. Desakan kepada UE untuk “bertindak” bukan sekadar soal biaya hari ini, tetapi juga tentang menciptakan landasan bermain yang adil dan transparan untuk tahun-tahun mendatang.

Hasil dari ketegangan antara regulator, pengembang, dan raksasa teknologi seperti Apple ini akan membentuk wajah pasar digital global dalam beberapa tahun ke depan.

Read Entire Article
Global Food