Penelitian Terbaru ungkap Otak Laki-Laki Lebih Cepat Menyusut Dibanding Perempuan

4 hours ago 2
Penelitian Terbaru ungkap Otak Laki-Laki Lebih Cepat Menyusut Dibanding Perempuan Ilustrasi(Freepik.com)

SEBUAH penelitian yang diterbitkan di jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS) menunjukkan bahwa seiring bertambahnya usia, otak laki-laki diduga menyusut lebih cepat dibandingkan perempuan. 

Dikutip dari laman Science Alert, otak manusia secara alami memang akan menyusut seiring pertambahan usia. Pada penderita Alzheimer, penyusutan tersebut bahkan terjadi lebih drastis hingga menyebabkan kehilangan volume otak yang signifikan.

Menariknya, meskipun perempuan dua kali lebih sering didiagnosis mengidap Alzheimer dibandingkan laki-laki, informasi tentang bagaimana perbedaan jenis kelamin memengaruhi volume otak masih terbatas.

Namun, hasil penelitian menunjukkan bahwa otak perempuan cenderung mengalami penyusutan materi abu-abu dan materi putih pada tingkat yang lebih lambat dibandingkan otak laki-laki.

"Jika otak perempuan mengalami penurunan lebih banyak, hal itu bisa jadi menjelaskan tingginya prevalensi Alzheimer," ujar rekan penulis Anne Ravndal, seorang ahli saraf di Universitas Oslo di Norwegia.

Ravndal beserta tim peneliti internasional mengumpulkan lebih dari 12.000 pemindaian otak yang dikumpulkan dari peserta berusia 17-95 tahun. Setiap orang menjalani setidaknya dua MRI otak dengan interval rata-rata sekitar 3 tahun di antara keduanya.

Setelah menyesuaikan perbedaan ukuran otak berdasarkan jenis kelamin, tim menemukan bahwa laki-laki menunjukkan penurunan di lebih banyak wilayah otak, termasuk banyak bagian korteks pada usia yang lebih tua.

Sementara, perempuan menunjukkan penurunan di lebih sedikit wilayah dan ketebalan korteks mereka tidak terlalu berubah seiring bertambahnya usia.

Temuan ini menunjukkan bahwa ada perbedaan jenis kelamin yang nyata dalam 'biology of aging'. Meski demikian, hasil tersebut harus ditafsirkan dengan hati-hati. Sebab, masih diperlukan lebih banyak penelitian.

Meski penelitian tenang biologi otak yang menua sudah dilakukan secara luas, bidang ini masih menunjukkan ketimpangan besar besar berdasarkan jenis kelamin. Pada tahun 2019, hanya 5 persen studi yang dipublikasikan di bidang ilmu saraf atau psikiatri yang mempertimbangkan pengaruh jenis kelamin.

Hasil penelitiannya pun masih tidak konsisten. Hingga kini belum jelas apakah pria dan wanita mengalami penurunan fungsi otak dengan tingkat atau kecepatan yang berbeda.

Di sisi lain, beberapa studi menunjukkan pria mengalami penurunan lebih tajam pada materi abu-abu dan materi putih otak, sementara studi lain justru menemukan penurunan yang lebih besar pada wanita.

Penelitian baru ini yang dipimpin oleh para peneliti di Universitas Oslo, Norwegia berusaha memperjelas gambaran tersebut. Dari dua jenis kelamin, para peneliti menemukan perbedaan berdasarkan jenis kelamin dalam volume otak total, volume otak subkortikal, ketebalan korteks, dan luas permukaan, di antara puluhan pengukuran lainnya.

Apa arti dari kehilangan ini bagi fungsi kognitif masih memerlukan penelitian lebih lanjut. Para ilmuwan baru mulai memahami bagaimana bentuk otak terkait dengan penyakit serta beberapa stud i menunjukkan bahwa penyusutan otak terkadang bisa bermanfaat.

Lokasi hilangnya volume tentu bisa memberi petunjuk penting. Tapi yang mengejutkan, Ravndal dan tim tidak menemukan perbedaan dalam perubahan volume di hippocampus, pusat saraf untuk memori dan pembelajaran yang berperan erat dalam demensia.

Dalam penelitian baru ini, perempuan mulai menunjukkan penurunan hippocampus yang lebih cepat pada usia yang lebih tua, setelah harapan hidup mereka diperhitungkan. Tapi, hal ini mungkin hanya merupakan penundaan penuaan, akibat perempuan yang hidup lebih lama dari laki-laki. Belum tentu hal ini merupakan tanda yang menjelaskan risiko demensia.

Saat penulis membandingkan laki-laki dan perempuan yang diprediksi akan hidup dalam jangka waktu yang sama, sebagian penurunan otak antara kedua jenis kelamin seimbang.

Membedakan pengaruh jenis kelamin terhadap otak dari faktor genetik dan lingkungan lainnya buka hal yang mudah. Terlebih, karena kurangnya penelitian jangka panjang yang mendalam. (H-2)

Read Entire Article
Global Food