Nyai Nafiqoh: Istri Hasyim Asy'ari yang Menginspirasi Perjuangan NU

2 weeks ago 18
 Istri Hasyim Asy'ari yang Menginspirasi Perjuangan NU Ilustrasi(Gusdur)

Siapa yang tak kenal KH Hasyim Asy'ari, pendiri Nahdlatul Ulama (NU)? Namun, di balik kesuksesan beliau, ada sosok luar biasa bernama Nyai Nafiqoh, istri Hasyim Asy'ari yang berperan besar dalam keluarga dan pesantren. Nyai Nafiqoh bukan hanya istri seorang ulama besar, tetapi juga perempuan cerdas, pekerja keras, dan berpikiran modern yang menginspirasi banyak orang.

Latar Belakang Nyai Nafiqoh

Nyai Nafiqoh adalah putri Kiai Ilyas, pengasuh Pesantren Sewulan, Madiun. Ia berasal dari keluarga ningrat dengan garis keturunan Kiai Ageng Basyariyah, ulama kharismatik yang dekat dengan Pakubuwono II. Pendidikan yang ia terima membuatnya berbeda dari perempuan pada zamannya. Nyai Nafiqoh bahkan menguasai bahasa Inggris, sebuah prestasi langka di era kolonial.

Pernikahannya dengan KH Hasyim Asy'ari menghasilkan 10 anak, termasuk tokoh-tokoh hebat seperti KH Abdul Wahid Hasyim, yang menjadi Menteri Agama RI, dan ayah dari Presiden RI ke-4, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Nyai Nafiqoh dikenal sebagai ibu yang mendidik anak-anaknya dengan penuh kasih sayang dan kebijaksanaan.

Peran Nyai Nafiqoh dalam Keluarga dan Pesantren

Sebagai istri Hasyim Asy'ari, Nyai Nafiqoh mengelola kebutuhan rumah tangga dan pesantren dengan penuh dedikasi. Setiap hari, ia bangun sejak subuh untuk menyiapkan makanan bagi santri dan pengajar di Pesantren Tebuireng. Ia juga mengurus kebun dan sawah keluarga, yang hasilnya digunakan untuk kebutuhan pesantren dan dijual ke warung. Keuletannya dalam mengelola keuangan membuatnya menjadi salah satu dari sedikit pribumi di Jombang yang mampu membeli mobil Ford buatan Amerika pada masa itu.

Nyai Nafiqoh juga dikenal dermawan. Meski hidup di tengah kesulitan ekonomi akibat penjajahan Belanda, ia sering bersedekah untuk memenuhi kebutuhan para guru dan santri. Pendekatan spiritualnya, seperti membaca Asma’ul Husna dan wiridan di sepertiga malam, menjadi teladan dalam mendidik anak-anaknya agar menjadi generasi saleh.

Pemikiran Modern dan Pendidikan Anak

Nyai Nafiqoh memiliki pemikiran maju untuk zamannya. Ia mendorong anak-anaknya belajar bahasa asing dan baca-tulis latin, sesuatu yang tidak umum di kalangan pesantren saat itu. Pendekatan ini menghasilkan anak-anak yang tidak hanya paham agama, tetapi juga berwawasan luas, seperti KH Abdul Wahid Hasyim yang menjadi tokoh nasional.

Ia juga memiliki doa-doa khusus untuk anak-anaknya. Misalnya, membaca “Ya Latiif” untuk anak yang keras hati, “Ya Hayyu Ya Qoyyum” untuk anak yang sakit, dan “Ya Fatah Ya ‘Alim” untuk anak yang kesulitan belajar. Doa-doa ini dibaca pada air putih di malam hari, lalu diberikan kepada anak di pagi hari, disertai bacaan Surat Al-Fatihah 41 kali setiap malam.

Warisan Nyai Nafiqoh

Nyai Nafiqoh wafat pada akhir 1920-an, tetapi warisannya tetap hidup melalui anak-anaknya yang menjadi tokoh penting dalam sejarah Indonesia. Perannya sebagai istri Hasyim Asy'ari dan ibu dari para ulama menunjukkan bahwa di balik seorang pria hebat, ada perempuan luar biasa yang mendukungnya. Ia adalah teladan perempuan pekerja keras, cerdas, dan penuh kasih yang patut dikenang.

Kisah Nyai Nafiqoh mengajarkan kita pentingnya pendidikan, ketekunan, dan keimanan dalam menghadapi tantangan hidup. Ia bukan hanya pendamping KH Hasyim Asy'ari, tetapi juga pilar kuat bagi keluarga dan pesantren yang turut membentuk sejarah NU.

Mengapa Nyai Nafiqoh Begitu Inspiratif?

Kisah Nyai Nafiqoh menunjukkan bahwa perempuan memiliki peran besar dalam sejarah, meski sering kali bekerja di balik layar. Keberhasilannya mendidik anak-anak yang menjadi tokoh nasional, mengelola pesantren, dan tetap dermawan di tengah kesulitan adalah bukti kehebatannya. Ia adalah inspirasi bagi perempuan masa kini untuk terus belajar, bekerja keras, dan menjaga nilai-nilai keimanan.

Read Entire Article
Global Food