Mumi Anak Harimau Gigi Pedang Ditemukan di Siberia, Usianya 37.000 Tahun

4 hours ago 4
Mumi Anak Harimau Gigi Pedang Ditemukan di Siberia, Usianya 37.000 Tahun Gambar kiri: Perbedaan tampilan luar pada kepala dua anak kucing berusia tiga minggu mumi Homotherium latidens (harimau gigi pedang) di bagian atas dan Panthera leo (singa modern) di bagian bawah. Gambar kanan: Anak harimau gigi pedang memiliki perbedaan y(Doc Prof. Alexey V. Lopatin.)

PENEMUAN luar biasa terjadi di Siberia. Para ilmuwan menemukan seekor anak harimau gigi pedang yang terawetkan secara alami di lapisan es (permafrost), memberikan gambaran baru tentang kehidupan predator legendaris dari Zaman Es tersebut.

Temuan Langka dari Dunia yang Membeku

Spesimen ini ditemukan dalam kondisi beku dengan bagian tubuh depan masih utuh, termasuk kulit, bulu, wajah, dan bantalan kaki. Hasil uji radiokarbon pada bulunya menunjukkan usia antara 35.000 hingga 37.000 tahun, menempatkannya pada masa ketika mamut berbulu, bison stepa, dan padang beku mendominasi lanskap Eurasia.

Penelitian dipimpin oleh Alexey V. Lopatin dari Borissiak Paleontological Institute, Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia. Tim mengidentifikasi hewan tersebut sebagai Homotherium latidens, salah satu spesies harimau gigi pedang yang tersebar di Eurasia dan Amerika Utara selama periode Pleistosen.

Sekilas Tentang Harimau Gigi Pedang

Harimau gigi pedang, atau saber-toothed cat, merupakan predator besar yang hidup pada masa Zaman Es, meskipun tidak berkerabat langsung dengan harimau modern.

Ciri khas utamanya adalah taring panjang melengkung yang bisa mencapai 18 sentimeter, digunakan untuk menembus dan melukai mangsa besar seperti mamut atau bison.

Tubuh mereka kekar, berotot, dengan kaki relatif pendek, sehingga kuat untuk menerkam dan menahan mangsa. Namun, sekitar 10.000 tahun lalu, kelompok ini punah akibat perubahan iklim, hilangnya habitat, dan berkurangnya populasi mangsa utama.

Kondisi Fisik yang Menakjubkan

Lapisan permafrost di Siberia berperan penting dalam menjaga keutuhan spesimen. Suhu yang selalu beku membuat jaringan biologis terlindung dari mikroba dan oksigen, mencegah pembusukan selama puluhan ribu tahun.

Pada mumi ini, bagian wajah masih jelas, dengan bentuk moncong pendek dan dalam. Telinga kecil dan menempel rendah di kepala menunjukkan adaptasi terhadap suhu dingin ekstrem. Leher yang tebal memperlihatkan perkembangan otot yang kuat, bahkan pada usia sangat muda.

Selain itu, kaki depan tampak panjang dan bulu berwarna gelap, pendek, serta rapat, memperkuat dugaan bahwa hewan ini hidup di padang terbuka yang bersalju, di mana kemampuan mempertahankan panas tubuh dan cengkeraman sangat penting untuk bertahan hidup.

Menyelami Anatomi Tanpa Merusak Spesimen

Untuk meneliti bagian dalam tubuh tanpa merusaknya, para ilmuwan menggunakan pemindai CT medis. Teknologi ini memungkinkan mereka membangun model tiga dimensi dari struktur tulang dan jaringan lunak hewan tersebut.

Hasil pemindaian kemudian dibandingkan dengan anak singa modern berusia sama, sekitar tiga minggu, untuk mengukur proporsi tubuh dan perkembangan gigi.

Perbandingan ini menunjukkan bahwa Homotherium muda sudah memiliki bentuk rahang dan otot leher kuat tanda bahwa kemampuan berburu khas spesies ini muncul sejak lahir, bukan hasil adaptasi di usia dewasa.

Adaptasi untuk Dunia Es

Telapak kaki depan hewan ini lebar dan bundar, hampir sama panjang dan lebarnya. Bentuk itu berbeda dari anak singa yang memiliki bantalan kaki oval. Struktur semacam ini diyakini membantu mendistribusikan berat tubuh agar tidak menembus salju keras serta memberikan cengkeraman lebih baik di permukaan licin.

Beberapa bantalan kecil di sekitar pergelangan tampak mengecil atau tidak berkembang penuh, kemungkinan karena tidak diperlukan pada medan bersalju.

Selain itu, telinga kecil yang menempel rendah membantu mengurangi kehilangan panas tubuh di lingkungan bersuhu di bawah nol.

Bukti Baru Keberadaan Homotherium di Asia

Penemuan mumi ini sangat penting karena menjadi rekaman pertama keberadaan Homotherium latidens di Asia dalam bentuk spesimen utuh. Sebelumnya, bukti keberadaan spesies ini hanya diketahui dari fragmen tulang yang tersebar.

Dari struktur tubuhnya, Homotherium berbeda dengan kerabatnya yang lebih terkenal, Smilodon.

Homotherium memiliki gigi taring lebih pendek berbentuk sabit dan tubuh ramping yang cocok untuk berlari jarak jauh di padang terbuka.

Sebaliknya, Smilodon memiliki taring panjang seperti pisau dan tubuh depan besar, menjadikannya pemburu penyergap (ambush hunter).

Keberadaan anak Homotherium ini menunjukkan bahwa spesies tersebut mungkin bertahan lebih lama dan memiliki sebaran geografis lebih luas di Eurasia daripada yang selama ini diperkirakan.

Menyusun Ulang Potret Zaman Es

Temuan ini memberikan pandangan baru terhadap evolusi dan ekologi kucing besar purba. Dengan adanya jaringan lunak dan bulu yang masih utuh, para ilmuwan kini dapat mengaitkan bentuk anatomi dengan fungsi biologis secara langsung, sesuatu yang tidak mungkin dilakukan hanya dengan fosil tulang.

Gambaran Homotherium kini semakin jelas: seekor pelari cepat di dataran terbuka, tahan terhadap suhu dingin, dengan taring sabit dan otot leher kuat yang menopang kepala besar.

Penemuan anak kucing kecil berusia puluhan ribu tahun ini bukan hanya menghidupkan kembali citra predator Zaman Es, tetapi juga menunjukkan betapa permafrost Siberia masih menyimpan rahasia penting tentang sejarah kehidupan di Bumi.

Sumber: earth.com

Read Entire Article
Global Food