Menuju Satu Abad Kowani, Perempuan Didorong Jadi Katalis Perubahan

5 hours ago 3
Menuju Satu Abad Kowani, Perempuan Didorong Jadi Katalis Perubahan Ketua Umum kowani Nannie Hadi Tjahjanto(Dok Youtube Forum Diskusi Denpasar 12)

KONGRES Wanita Indonesia (Kowani)  akan memperingati usia satu abad pada tahun 2028. Ketua Umum Kowani Nannie Hadi Tjahjanto menekankan pentingnya refleksi terhadap peran kepemimpinan perempuan, baik di ranah publik maupun domestik.

Menurutnya, kepemimpinan perempuan bukan sekadar menempati posisi strategis, melainkan membawa nilai-nilai empati, kolaborasi, dan ketangguhan dalam berbagai sektor kehidupan.

“Kepemimpinan perempuan adalah katalis untuk membangun tata kelola yang lebih inklusif, adil, dan berkelanjutan,” ujar Nannie dalam acara Forum Diskusi Denpasar 12, Rabu (22/10). 

Ia menegaskan, semangat perempuan Indonesia perlu kembali pada cita-cita para pendiri Kowani tahun 1928 yang telah memperjuangkan kesetaraan, bahkan ketika bangsa belum merdeka. 

“Dulu para perempuan berkumpul untuk menyuarakan persamaan gender dan upah. Kini, saat Indonesia sudah merdeka, perjuangan itu harus diteruskan untuk memberantas kekerasan, perdagangan perempuan dan anak, serta ketimpangan ekonomi,” ucapnya.

Dalam kesempatan itu, Nannie juga menyoroti persoalan sosial yang masih dihadapi perempuan, seperti kasus perempuan menjadi kurir narkoba akibat keterbatasan ekonomi. Ia mengajak seluruh organisasi anggota Kowani menghadirkan seribu profesi untuk seribu organisasi guna memperluas kesempatan ekonomi bagi perempuan.

“Mari bersama-sama menghadirkan perempuan yang berdaya, agar mereka menjadi ibu bangsa yang meneladani dan menyejahterakan,” tambahnya.

Sementara itu, Perwakilan UN Women Indonesia Ulziisuren Jamsran menegaskan bahwa kepemimpinan perempuan memiliki kekuatan transformasional yang dapat membentuk tatanan masyarakat yang lebih adil. 

Dalam konteks global, ia menyebut dunia tengah memperingati Beijing+30 Platform for Action dan 25 tahun resolusi Women, Peace, and Security.

“Kita harus menempatkan kepemimpinan perempuan bukan sekadar representasi, tetapi sebagai kekuatan yang membantu menentukan bagaimana masyarakat membuat keputusan dan mengelola sumber daya,” ujarnya.

Jamsram menggarisbawahi tiga aspek penting untuk memperkuat kepemimpinan perempuan, yakni transformasi kelembagaan yang sensitif gender, perubahan budaya yang menantang stereotip lama, serta penguatan pendanaan dan sumber daya untuk agenda kesetaraan gender.

“Komitmen tanpa dukungan sumber daya akan tetap menjadi janji tanpa hasil,” tegasnya.

Ia juga mendorong kolaborasi lintas sektor, pemerintah, dunia usaha, akademisi, dan masyarakat, agar upaya kesetaraan gender di Indonesia berjalan sistemik dan berkelanjutan.

“Perempuan muda kini hadir dengan semangat digitalisasi dan aktivisme baru. Suara mereka harus disambungkan dengan kebijaksanaan pemimpin organisasi seperti Kowani,” kata dia. (H-2)

Read Entire Article
Global Food