Mengenal Interpolasi Lagu, Teknik yang Kerap Bikin Orang Sebut Plagiat

4 hours ago 2
Mengenal Interpolasi Lagu, Teknik yang Kerap Bikin Orang Sebut Plagiat Ilustrasi(Dok.Freepik)

JANGAN buru-buru menghakimi musik yang terdengar mirip. Bisa jadi bukan plagiat, melainkan sebuah teknik resmi bernama interpolasi lagu. Apa itu interpolasi lagu?

Kalau sampling berarti membeli dan menggunakan potongan rekaman asli dari lagu lain, interpolasi justru mengulang kembali melodi, lirik, atau bagian tertentu dengan aransemen baru. Teknik ini sudah lama dipakai musisi dunia dan kini semakin populer di Indonesia.

Sejarah musik pop global menunjukkan banyak kasus di mana musisi besar dituduh plagiat hanya karena kemiripan nuansa lagu. Adele pernah digugat musisi Brasil Toninho Geraes karena dianggap meniru Mulheres lewat Million Years Ago. Lisa Blackpink menggunakan interpolasi Pon de Replay milik Rihanna di lagu Pink Venom, yang sempat menimbulkan diskusi hangat di kalangan penggemar.

Di Indonesia, fenomena serupa juga terjadi. Musisi muda Bernadya sempat dituding menyalin lagu August milik Taylor Swift, baik dari sisi lirik maupun melodi. Kasus-kasus tersebut menunjukkan betapa rapuh batas antara “inspirasi” dan “plagiat” di telinga publik, padahal bisa jadi yang terjadi adalah interpolasi, sebuah teknik sah dan kreatif dalam industri musik.

Interpolasi Lagu Adalah Kreativitas Legal

Menurut kurator musik Dimas Ario menjelaskan interpolasi berbeda dengan sampling. Kalau sampling menggunakan rekaman asli (penggunaan master di label), interpolasi itu membuat ulang karyanya dengan versi baru yang diinginkan setelah mendapat lisensi dari pencipta. 

“Ini bukan sekadar potong-tempel, tapi bentuk kreativitas yang legal,” kata Dimas dalam keterangannya yang diterima Media Indonesia, Selasa, (21/10).

Dimas menekankan, interpolasi bukan hanya “cara lain” membuat lagu, tetapi juga strategi kreatif untuk memperkenalkan karya lama ke audiens baru. 

“Dengan interpolasi, musisi bisa memberi nyawa baru pada karya terdahulu, tanpa kehilangan rasa hormat terhadap penciptanya,” tambahnya.

Senada dengan Dimas, pengamat musik sekaligus pendiri Wara Musika Dzulfikri Putra Malawi menyoroti jika hal tersebut juga merupakan bagian dari pengelolaan bisnis untuk label atau publisher. 

“Jika yang digunakan sampel dari master rekaman, maka mengurus lisensinya ke label karena ada biaya untuk lisensi hak terkait dan hak pencipta. Tapi kalau interpolasi lagu ini berkait dengan penciptanya langsung via publisher atau manajemen pencipta lagu yang bersangkutan,” kata Fikri.

Hal ini menegaskan musik memang cair dan lintas inspirasi. Tantangannya adalah bagaimana pencipta lagu, jika memang sengaja melakukan interpolasi lagu harus dilakukan dengan legal. Serta publik dapat memahami proses kreatif ini dengan lebih bijak.

Interpolasi Lagu Jadi Kolaborasi

Di Indonesia, DJ dan produser musik elektronik Whisnu Santika menjadi salah satu musisi yang aktif mengeksplorasi teknik interpolasi. Sejumlah lagunya seperti Sahara, Mambo Jambo, Tequilla, hingga Yummy (dengan interpolasi vokal) menjadi contoh bagaimana interpolasi bisa menghadirkan nuansa segar sambil tetap menghormati karya sebelumnya.

Single terbaru Whisnu Santika, Yalla Habibi, sempat menuai kontroversi karena dianggap mirip dengan Iag Bari Yababa karya Arkadyan, Fanfare Cioc'rlia, dan Grossomoddo. Namun, Whisnu Santika menegaskan lagu tersebut adalah hasil eksplorasi kreatif berbasis interpolasi, bukan plagiat. 

Ia bersama tim manajemen sudah melakukan komunikasi langsung dan mengurus legalitas hak cipta lagu ke Fanfare Cioc'rlia melalui Piranha Records, publicist grup band tersebut.

“Saya memang mengadopsi elemen dari ‘Iag Bari Yababa’, tapi bukan untuk menjiplak. Justru saya ingin merayakan musik world dengan sentuhan Indobounce yang jadi identitas saya,” jelas Whisnu. (M-3)

Read Entire Article
Global Food