Max Verstappen Tolak Rompi Pendingin di F1 Singapura: Harusnya Jadi Pilihan, Bukan Kewajiban

2 weeks ago 16
 Harusnya Jadi Pilihan, Bukan Kewajiban Max Verstappen menolak penggunaan rompi pendingin wajib di F1 Singapura 2025, menyebut sistem itu tidak nyaman dan tidak efektif. (Media Sosial X)

MENJELANG Grand Prix Singapura 2025, ajang pertama yang secara resmi dikategorikan sebagai “heat hazard race” atau balapan dengan bahaya panas ekstrem. Max Verstappen melontarkan kritik tajam terhadap sistem rompi pendingin pengemudi yang diperkenalkan FIA.

Pembalap Red Bull tersebut, yang akan start dari posisi kedua di belakang George Russell (Mercedes), mengatakan dirinya tidak akan menggunakan sistem pendingin itu karena merasa tidak nyaman dan menolak rencana FIA menjadikannya wajib mulai tahun depan.

“Saya rasa ini seharusnya jadi pilihan pribadi pembalap,” ujar Verstappen. “FIA selalu berdalih soal keselamatan, tapi banyak hal lain yang lebih prioritas, seperti area pit yang berisiko. Rompi ini bukan solusi.”

Kondisi Panas Ekstrem di Sirkuit Marina Bay

Balapan malam di Marina Bay Street Circuit, Singapura, sudah lama dikenal sebagai salah satu sirkuit paling menantang di kalender F1. Dengan suhu mencapai 30°C dan kelembapan 70%, para pembalap harus berhadapan dengan panas luar biasa dalam balapan berdurasi hampir dua jam.

Sistem pendingin yang diperdebatkan bekerja dengan mengalirkan cairan melalui tabung dalam rompi, menggunakan dry ice (es kering) untuk menurunkan suhu tubuh. Namun, Verstappen menilai sistem ini tidak praktis dan bisa menimbulkan masalah di tengah balapan.

“Dalam mobil F1, ruang sangat sempit. Tidak ada tempat untuk menaruh es kering atau kabel tambahan,” jelasnya. “Setelah 15-20 lap, es itu mencair dan malah membuat airnya panas. Jadi bukannya mendinginkan, malah bikin tambah gerah.”

Reaksi Pembalap Lain Berbeda

Sementara Verstappen menolak, George Russell memilih menggunakan rompi pendingin tersebut. Ia mengaku sistem itu belum sempurna, namun membantu menjaga suhu tubuh saat balapan di cuaca ekstrem.

“Di beberapa balapan seperti Bahrain dan Saudi, sistem ini cukup membantu,” kata Russell. “Tapi di Singapura, es kering pasti meleleh lebih cepat.”

Sedangkan Oscar Piastri dari McLaren, yang start di posisi ketiga dan memimpin klasemen sementara dengan keunggulan 25 poin atas rekan setimnya Lando Norris, masih ragu.

“Kalau rompinya berfungsi, hasilnya bagus. Tapi kalau gagal, malah lebih buruk daripada tanpa pendingin,” ujarnya. “Saya setuju dengan Max, harusnya pembalap bebas memilih.”

McLaren Dekat dengan Gelar Konstruktor

Terlepas dari perdebatan panas itu, McLaren berada di ambang kemenangan gelar konstruktor kedua secara beruntun. Tim asal Woking itu akan memastikan gelar jika Mercedes tidak mampu unggul lebih dari 31 poin, atau Ferrari lebih dari 35 poin pada balapan Minggu ini.

Meski begitu, tim mengakui performa mereka sedikit menurun di beberapa sirkuit terakhir. Menurut kepala tim Andrea Stella, hal itu disebabkan oleh karakter lintasan seperti Singapura yang menuntut pengereman kuat dan traksi cepat di tikungan pendek.

Namun, dengan kemampuan manajemen ban yang baik dan strategi yang matang, Piastri dan Norris tetap menjadi ancaman utama di sirkuit yang terkenal sulit untuk menyalip ini.

“Kalau kamu bukan satu detik lebih cepat, hampir mustahil menyalip,” kata Norris. “Saya harus kerja keras untuk mengejar posisi, tapi saya tetap optimistis.” (BBC/Z-2)

Read Entire Article
Global Food