Kejar Pertumbuhan 8%, Saatnya RI Fokus ke Industri Manufaktur

1 day ago 4
Kejar Pertumbuhan 8%, Saatnya RI Fokus ke Industri Manufaktur Penasihat Khusus Presiden bidang Ekonomi dan Pembangunan Nasional Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro.(Tangkapan layar Youtube)

PENASIHAT Khusus Presiden bidang Ekonomi dan Pembangunan Nasional Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro mengungkapkan, industrialisasi dan peningkatan investasi menjadi kunci untuk mengejar pertumbuhan ekonomi 8%.

Saat berbicara di forum The Bloomberg Technoz Economic Outlook 2025 secara daring, Kamis (20/2). Bambang menilai Indonesia bisa meniru keberhasilan Jepang, Korea Selatan, dan Tiongkok dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi hingga menjadi negara maju karena program pemerintah yang fokus pada pengembangan industri manufaktur.

"Salah satu persyaratan jika ingin pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dari 5% menjadi 6%, atau semoga 8%, adalah dengan melakukan industrialisasi. Mengapa Korea, Jepang, Tiongkok, bisa mencatatkan pertumbuhan ekonomi tinggi? Karena industri  manufaktur," ujarnya.

Ia menyampaikan sektor manufaktur menjadi kontributor terbesar bagi produk domestik bruto Indonesia dengan kisaran 19% pada tahun lalu. Namun, dengan pertumbuhan industri manufaktur yang hanya tumbuh sekitar 5% secara tahunan pada 2024, itu dianggap tidak cukup menggenjot pertumbuhan ekonomi nasional.

"Tahun lalu pertumbuhan manufaktur kita sekitar 5%, itu belum cukup. Kita perlu memiliki pertumbuhan manufaktur yang lebih tinggi," ucapnya.

Mantan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia (PPN)/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) itu menyebut selama ini ekonomi Indonesia masih amat bergantung pada komoditas, seperti minyak sawit, kehutanan, industri pulp dan kertas atau lainnya. Menurutnya, pemerintah perlu melakukan transformasi ekonomi dari berbasis komoditas menjadi lebih berbasis manufaktur untuk mengejar pertumbuhan ekonomi.

"Lalu, pertanyaan selanjutnya, jenis manufaktur apa yang harus kita dorong untuk Indonesia agar bisa sejajar dengan Korea, Jepang, dan Tiongkok? Yaitu, otomotif dan elektronik. Ketiga negara tersebut merupakan unggulan dunia dalam kedua produk tersebut," terangnya.

Kendati demikian, mantan Menteri Keuangan itu juga menyadari Indonesia tidak bisa cepat melakukan transformasi ekonomi. Karena itu, Bambang menuturkan, pemerintah sejak era Jokowi mengambil opsi menggenjot hilirisasi mineral. Hal ini untuk membangun ekosistem kendaraan listrik atau electric vehicle (EV).

"Mengapa hilirisasi itu penting? Itu bisa menjadi sumber industrialisasi kita. Dengan catatan, orientasi hilirisasi kita harus menciptakan nilai tambah sebesar mungkin. Dengan begitu, kita bisa menjadi pemain global dalam investasi EV," katanya.

Selanjutnya, Bambang berpendapat pemerintah mesti masif menggaet investasi untuk menciptakan lapangan pekerjaan yang luas. Ia menyebut masyarakat tidak bisa terus bergantung dari bantuan pemerintah. Melainkan, mesti mendapatkan pendapatan dari pekerjaan yang dimiliki atau bisnis yang dibangun.

"Untuk menciptakan lapangan pekerjaan, harus menyediakan peluang untuk bisnis. Jadi, kata kunci pertumbuhan ekonomi lainnya adalah investasi. Tahun lalu, investasi Indonesia hanya tumbuh 5%, itu tidak cukup," imbuhnya.

Pemerintah pun diminta mencetak nilai investasi hingga dobel digit agar bisa menggapai target ambisius pemerintah yakni pertumbuhan ekonomi 8%.

"Investasi kita perlu ditingkatkan ke level ekstrem. Harus berada di angka dua digit, seperti Korea saat mencatatkan pertumbuhan ekonomi 13% saat itu," pungkas Bambang. (Ins/E-1)

Read Entire Article
Global Food