Kebanggaan dan Sumber Pengetahuan dari Indonesia

6 hours ago 2
Kebanggaan dan Sumber Pengetahuan dari Indonesia Menteri Kebudayaan Fadli Zon menyampaikan paparan terkait pengembalian koleksi bersejarah dari Kerajaan Belanda(MI/Susanto)

KEMBALINYA 28 ribu koleksi Dubois dari Belanda ke Indonesia menjadi sebuah bentuk kebanggaan sekaligus kemerdekaan ilmiah. Koleksi Dubois merupakan fosil-fosil Pithecanthropus Erectus atau ‘Manusia Jawa’ yang ditemukan oleh Eugene Dubois pada akhir abad ke-19. 

Dalam setahun pemerintahan Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto - Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, Kementerian Kebudayaan juga berusaha untuk bergerak cepat menjalankan intervensi kebijakan dalam pemajuan kebudayaan. Termasuk salah satunya adalah repatriasi artefak di negara lain.

Dalam linimasa pemulangan koleksi Dubois, Menteri Kebudayaan Fadli Zon menuturkan pada tahun ini yang diutamakan adalah artefak masterpiece. “Seperti tengkorak, femur (tulang paha), yang menjadi bagian dari fosil Java Man,” ujar Fadli Zon saat dijumpai Media Indonesia di Museum Perumusan Naskah Proklamasi pada Selasa (14/10).

Saat ini, ada sekitar 28.131 koleksi yang telah terdata dalam bagian koleksi Dubois. Fosil-fosil tersebut, akan dikembalikan secara bertahap. “Tahun depan juga sudah mulai,” paparnya.

Revitalisasi museum

Fadli Zon menuturkan perlu ada kemasan narasi yang bagus dari repatriasi koleksi Dubois. Fosil masterpiece dari koleksi Dubois direncanakan akan ditaruh di Museum Nasional. 

Tak hanya dari Belanda, ke depan Fadli Zon bersama kementerian kebudayaan juga tengah memproyeksikan pemulangan artefak dan berbagai warisan Indonesia yang terserak di negara-negara lain termasuk di Museum Antwerp Belgia, serta warisan yang ada di Jerman.

Museum dituju sebagai bagian dari pusat pembelajaran sekaligus pusat budaya. Fadli Zon akan menggalakkan aktivasi kegiatan dan revitalisasi museum-museum yang ada di Indonesia. Tujuannya, termasuk untuk ‘menampung’ artefak fosil-fosil koleksi Dubois yang tengah dalam proses menuju pemulangan.

Perkembangan riset

Kembalinya koleksi Dubois ke Indonesia pun akan mendorong perkembangan riset ilmiah dan melahirkan generasi peneliti yang lebih masif ke depannya. Kepala Pusat Riset Arkeometri BRIN Sofwan Noerwidi menuturkan, repatriasi itu akan membuka akses seluasnya bagi para peneliti di Indonesia.

“Bagi peneliti kepulangan (koleksi Dubois) itu memerdekakan koleksi. Koleksi yang tadinya terbatas hanya berada di Belanda. Kini menjadi lebih luas peluang untuk anak Indonesia sendiri mempelajari koleksi tersebut. Jadi menurut saya, itu tidak sekadar memulangkan ke pemiliknya yang berhak, tapi juga memerdekakan koleksi. Makin banyak peluang untuk anak Indonesia mempelajari koleksi tersebut,” ujar Sofwan saat dihubungi Media Indonesia pada Selasa, (14/10).

Signifikansi koleksi Dubois juga menjadi kebanggaan bangsa Indonesia, sebab apa yang dilakukan Dubois juga menjadi sebuah penanda awal peradaban manusia dengan koleksi yang ia dapatkan di Trinil, di tepi Bengawan Solo. Ketika teori evolusi dari Darwin dan Ernest Haeckel belum terbukti secara saintifik, Dubois adalah sosok pertama yang mencoba membuktikannya dengan temuan ‘Java Man’-nya.

“Jadi koleksi ini punya nilai secara saintifik, punya nilai internasional, ini tentu kebanggaan. Dan penyematan nama Java Man itu kan juga kebanggaan, bukti awal pertama ditemukan tentang missing link (dari teori evolusi) itu di Jawa, di Nusantara, itu kan kebanggaan,” kata Sofwan mengenai nilai penting kembalinya koleksi Dubois ke Indonesia.

Narasi baru

Staf Ahli Hubungan Antarlembaga Kementerian Kebudayaan dan Ketua Tim Ahli Repatriasi OPK dan Cagar Budaya Indonesia Ismunandar mengungkapkan repatriasi koleksi Dubois sering dilihat sekadar soal memindahkan benda. Padahal, proses ini juga terkait mengembalikan narasi. 

“Selama ini, sejarah manusia purba Nusantara lebih banyak ditulis dari perspektif kolonial. Kembalinya fosil itu memungkinkan Indonesia merekonstruksi identitasnya sendiri,” ungkap Ismunandar dalam tulisan opini yang dimuat di Media Indonesia pada 7 Oktober.

Ismunandar menilai, repatriasi koleksi Dubois bukan sekadar jalan baru hubungan bilateral. Namun juga pemulihan kedaulatan atas warisan sendiri.

Sementara itu Sofwan melihat kepulangan 28 ribu koleksi Dubois bakal memunculkan narasi baru dari hasil riset yang dilakukan. Terlebih, Java Man kerap dipandang dalam sudut pandang kolonial, yang dipandang ‘primitif’. 

“Padahal di balik itu kan ada kebanggaan. Justru ilmu pengetahuan pertama lahir di sana. Dan temuan-temuan terakhir hasil riset kami, Homo Erectus itu atau Pithecanthropus Erectus itu, itu tidak seprimitif yang kita kira. Mereka makhluk yang cukup modern. Mereka menciptakan alat. Mereka punya strategi untuk mencari makan. Bahkan temuan terakhir itu mereka menciptakan goresan pada kerang. Artinya mereka sudah punya pengetahuan untuk membuat sesuatu yang punya tujuan, dengan goresan-goresan geometris,” jelas Sofwan. (Jek/M-3)

Read Entire Article
Global Food