Istilah “Kehamilan Geriatri” Dinilai Usang dan Menstigma

9 hours ago 2
Istilah “Kehamilan Geriatri” Dinilai Usang dan Menstigma Ilustrasi(freepik)

ISTILAH “geriatric pregnancy” atau kehamilan geriatri selama ini digunakan untuk menggambarkan perempuan yang hamil pada usia 35 tahun ke atas. Namun, banyak perempuan menilai istilah tersebut tidak lagi relevan dan justru menimbulkan kecemasan bagi calon ibu yang hamil di usia lebih matang.

Salah satu contohnya datang dari seorang ibu di Amerika Serikat yang memiliki dua anak setelah berusia 40 tahun. Ia mengaku sering disebut menjalani “kehamilan geriatri” setiap kali memeriksakan kandungannya. “Saya tahu saya bukan berusia 25 tahun lagi, tapi istilah itu membuat saya merasa seperti harus bergabung dengan klub lansia, bukan kelompok bermain anak,” ujarnya dengan nada bercanda.

Meski disampaikan dengan humor, ungkapan itu menggambarkan perasaan banyak perempuan yang merasa istilah medis tersebut terlalu menstigma.

Sebuah survei dari HRC Fertility menunjukkan sebagian besar masyarakat menilai istilah “kehamilan geriatri” sudah ketinggalan zaman dan justru dapat meningkatkan kecemasan pada perempuan berusia di atas 40 tahun yang ingin hamil.

Survei lain dari Orlando Health juga mengungkap masih kuatnya stereotip bahwa kehamilan di atas usia 40 berisiko tinggi dan sulit dilakukan secara aman. Padahal, menurut dr. Sasha Hakman, spesialis obstetri dan ginekologi dari HRC Fertility, sebagian besar kehamilan setelah usia 40 tahun dapat berlangsung sehat dan tanpa komplikasi, selama tidak ada riwayat penyakit serius sebelumnya. “Kecemasan selama kehamilan justru bisa meningkatkan risiko kelahiran prematur,” jelasnya.

Rentan Kelainan Kromosom

Risiko medis memang tetap ada. Perempuan yang hamil di usia lebih tua lebih rentan mengalami kelainan kromosom, hipertensi, diabetes gestasional, dan preeklamsia. Risiko keguguran juga meningkat, bahkan bisa mencapai 50–75% setelah usia 40. Namun para ahli menegaskan bahwa peluang untuk memiliki kehamilan sehat tetap besar, terutama dengan pemantauan yang baik.

Kemajuan teknologi medis turut membantu menekan risiko. Pemeriksaan genetik seperti cell-free DNA, amniocentesis, dan chorionic villus sampling kini dapat memberikan informasi lebih akurat tentang kondisi janin sejak dini. Banyak perempuan juga memanfaatkan program bayi tabung (IVF) yang memungkinkan pemeriksaan genetik embrio sebelum kehamilan dimulai.

Selain itu, para ahli mengingatkan bahwa penurunan kesuburan tidak hanya terjadi pada perempuan. Seiring bertambahnya usia, pria juga dapat mengalami penurunan kadar testosteron yang berdampak pada kualitas dan jumlah sperma.

Baik dr. Hakman maupun dr. Natasha Spencer dari Orlando Health sepakat bahwa setiap perempuan di atas 40 tahun berhak mendapatkan perawatan yang disesuaikan dengan kondisi tubuhnya, tanpa perlu dilabeli secara merendahkan.

“Perempuan berusia 40-an masih bisa memiliki kehamilan yang sehat. Yang dibutuhkan adalah dukungan, bukan stigma,” ujar dr. Spencer. (Parents/Z-2)

Read Entire Article
Global Food