
Kanker kolorektal atau kanker usus besar selama ini dikenal sebagai penyakit yang menyerang orang berusia lanjut. Namun, sejumlah laporan medis menunjukkan bahwa kasusnya kini meningkat signifikan pada usia muda, termasuk generasi milenial dan Gen Z. Para ahli menilai perubahan gaya hidup dan pola makan modern menjadi salah satu faktor utama meningkatnya risiko ini. Pola makan makanan junk food atau cepat saji yang tinggi lemak, rendah serat, serta kebiasaan duduk terlalu lama di depan layar membuat generasi muda lebih rentan mengalami gangguan pada sistem pencernaan, termasuk kanker kolorektal.
Menurut Kementerian Kesehatan RI, berdasarkan data Globocan 2022 tercatat lebih dari 408.661 kasus baru kanker dan hampir 242.099 kematian akibat kanker secara keseluruhan. Kanker kolorektal termasuk dalam lima penyebab kanker baru terbanyak di Indonesia.
Gaya Hidup Gen Z yang Memicu Risiko
Generasi muda saat ini menghadapi beberapa faktor gaya hidup yang dapat meningkatkan risiko kanker kolorektal, antara lain:
- Konsumsi rendah serat namun tinggi lemak dan kalori, termasuk makanan cepat saji dan daging olahan, faktor ini menjadi salah satu penyebab kanker kolorektal.
- Aktivitas fisik yang minim atau gaya hidup pasif, faktor ini berisiko memberi pertumbuhan untuk sel-sel abnormal.
- Kebiasaan merokok atau konsumsi alkohol berlebih.
- Adanya kondisi medis seperti obesitas, diabetes, atau penyakit radang usus kronis (misalnya Kolitis Ulseratif).
- Riwayat keluarga dengan kanker kolorektal atau mutasi genetik tertentu juga patut diperhatikan sebagai faktor risiko tersendiri.
Karena gaya hidup demikian umumnya lebih banyak ditemukan di kalangan generasi muda, maka risiko yang dulu dianggap milik orang tua kini makin relevan untuk Gen Z.
Gejala yang Wajib Diwaspadai
Meski kanker kolorektal sering kali tidak menunjukkan gejala khas di tahap awal, generasi muda sebaiknya waspada terhadap perubahan-perubahan seperti:
- Perubahan kebiasaan buang air besar (BAB) terus-menerus: diare, sembelit, atau perubahan konsistensi tinja.
- Adanya darah dalam tinja atau terjadi pendarahan dubur.
- Perut terasa kembung, penuh gas, atau kram berkepanjangan.
- Penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas, atau rasa lelah yang terus-menerus walaupun aktivitas fisik rendah.
- Rasa belum tuntas setelah BAB atau munculnya perubahan warna/bentuk tinja yang tidak biasa.
Deteksi dini menjadi kunci utama dalam menekan angka kematian akibat kanker kolorektal. Pemeriksaan kolonoskopi dapat membantu mendeteksi adanya polip atau sel abnormal sejak awal. Selain itu, tes darah untuk melihat penanda tumor (CEA), pemeriksaan pencitraan seperti CT-scan atau MRI, dan biopsi jaringan juga menjadi langkah penting dalam diagnosis penyakit ini.
Kanker kolorektal yang ditemukan pada tahap awal umumnya memiliki peluang sembuh yang sangat tinggi. Karena itu, pemeriksaan rutin dan perubahan gaya hidup menjadi langkah preventif yang paling efektif.
Langkah Pencegahan
Untuk menurunkan risiko kanker kolorektal di usia muda, para ahli merekomendasikan beberapa langkah sederhana:
- Perbanyak konsumsi buah, sayuran, dan makanan tinggi serat.
- Batasi daging merah, makanan cepat saji, dan minuman tinggi gula.
- Rutin berolahraga minimal 30 menit setiap hari.
- Hindari merokok dan konsumsi alkohol berlebihan.
- Tidur cukup dan kelola stres dengan baik.
(Halodoc/E-3)