Cara Kerja Radiologi: Teknologi Pencitraan yang Membantu Diagnosa Medis

1 week ago 3
 Teknologi Pencitraan yang Membantu Diagnosa Medis Dengan menggunakan berbagai teknologi seperti sinar-X, MRI, ultrasonografi, dan cairan radioaktif, radiologi memungkinkan dokter untuk melihat bagian dalam tubuh tanpa pembedahan. (freepik)

RADIOLOGI adalah metode medis untuk mendiagnosis dan mendukung perawatan pasien. Dengan menggunakan sinar-X, medan magnet, gelombang suara, dan cairan radioaktif, radiologi memungkinkan dokter melihat bagian dalam tubuh dan mendeteksi masalah yang tidak terlihat secara fisik.

Radiologi, yang lebih dikenal dengan sebutan rontgen oleh masyarakat umum, adalah prosedur yang menghasilkan "foto" bagian dalam tubuh. Gambar ini membantu dokter mendeteksi masalah kesehatan yang tidak terlihat dan merencanakan perawatan yang tepat.

Menurut Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) di bawah Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, radiologi adalah jenis radiasi yang terdiri dari gelombang elektromagnetik dan partikel bermuatan, yang memiliki energi cukup untuk mengionisasi media yang dilaluinya. 

Radiasi ini banyak digunakan dalam pelayanan medis, terutama untuk diagnosis dan terapi, karena kemampuannya dalam menghasilkan gambar diagnostik dan mengobati berbagai kondisi kesehatan dengan panduan teknologi pencitraan. Melansir dari berbagai sumber, berikut adalah beberapa cara kerja radiologi yang umum digunakan:

1. Sinar-X

Radiasi sinar-X adalah jenis radiasi dengan energi tinggi yang dapat menembus objek, termasuk tubuh manusia, untuk menghasilkan gambar bagian dalam tubuh yang digunakan dalam diagnosis medis.

Menurut National Institute of Biomedical Imaging and Bioengineering (NIBIB), sinar-X medis digunakan untuk menghasilkan gambar bagian dalam tubuh. Proses dimulai dengan memposisikan pasien agar bagian tubuh yang diperiksa berada di antara sumber sinar-X dan detektor.

Misalnya, tulang yang mengandung kalsium mudah menyerap sinar-X, sehingga tampak lebih putih pada gambar. Sementara itu, jaringan yang kurang padat seperti otot, lemak, atau paru-paru lebih mudah dilewati sinar-X dan terlihat abu-abu, menciptakan kontras yang membantu diagnosis medis.

2. Gelombang Magnet (MRI)

Gelombang magnet radiologi, atau yang lebih dikenal dengan Magnetic Resonance Imaging (MRI), adalah prosedur medis yang menggunakan gelombang radio dan medan magnet kuat untuk menghasilkan gambar struktur tubuh, termasuk tulang dan organ dalam.

Menurut National Institute of Biomedical Imaging and Bioengineering, MRI bekerja dengan menciptakan medan magnet kuat yang mempengaruhi proton dalam tubuh. Ketika gelombang radio dikirimkan, proton ini bergerak sementara. Setelah gelombang radio dihentikan, proton kembali ke posisi semula dan menghasilkan energi yang dapat dideteksi oleh sensor MRI. 

Proses ini memerlukan waktu yang berbeda-beda, tergantung pada jenis jaringan atau molekul dalam tubuh. Setiap jaringan memberikan respons yang berbeda terhadap medan magnet, memungkinkan dokter untuk membedakan berbagai jenis jaringan berdasarkan sifat magnetiknya dan menghasilkan gambar bagian dalam tubuh.

3. Gelombang Suara (Ultrasonografi/USG)

Ultrasonografi (US) adalah teknik pencitraan medis yang menggunakan gelombang suara frekuensi tinggi untuk membuat gambar bagian dalam tubuh. Gelombang suara dipancarkan oleh alat transduser dan dipantulkan kembali oleh jaringan tubuh, lalu diubah menjadi gambar atau video. 

4. Cairan Radioaktif (Radiofarmaka)

Cairan radioaktif, atau radiofarmaka, adalah cairan yang mengandung bahan radioaktif digunakan untuk memeriksa fungsi tubuh, mendiagnosis, dan mengobati penyakit dengan melacak jalur radioaktif menggunakan kamera khusus.

Dilansir dari National Institute of Biomedical Imaging and Bioengineerin  Beberapa pelacak menggunakan molekul yang berinteraksi dengan protein atau gula dalam tubuh, atau bahkan menggunakan sel pasien sendiri. Misalnya, untuk mengetahui sumber pendarahan usus, dokter dapat memberi label radioaktif pada sampel sel darah merah pasien. 

Sampel darah ini kemudian disuntikkan kembali ke tubuh pasien, dan pemindaian dengan teknik Single Photon Emission Computed Tomography (SPECT) dilakukan untuk melacak jalur darah. Setiap akumulasi radioaktivitas di usus akan menunjukkan lokasi masalahnya.

Cairan radioaktif umumnya diberikan melalui suntikan intravena, tetapi juga dapat diberikan melalui inhalasi, konsumsi oral, atau injeksi langsung ke organ tertentu. Cara pemberian pelacak bergantung pada jenis penyakit yang sedang dipelajari atau dianalisis.

Pelacak radioaktif harus memenuhi standar keselamatan ketat yang ditetapkan oleh lembaga pengawas kesehatan untuk memastikan tidak membahayakan pasien dan memberikan informasi yang akurat. 

Pemilihan pelacak oleh dokter kedokteran nuklir tergantung pada jenis masalah pasien. Misalnya, gabungan pemindaian PET/CT memberikan gambaran yang lebih lengkap dibandingkan pemindaian CT atau PET saja.

Dengan memahami cara kerja radiologi, kita dapat melihat bagaimana teknologi ini membantu mendiagnosis kondisi medis dengan tepat. Pemilihan metode yang sesuai tergantung pada jenis masalah yang dihadapi, memastikan diagnosis yang lebih akurat dan perawatan yang tepat. (National Institute of Biomedical Imaging and Bioengineering (NIBIB)/Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK)/Kementerian Kesehatan RI/Z-3)
 

Read Entire Article
Global Food