Benarkah BBM Etanol Bikin Mesin Berkarat? Begini Penjelasan Pakar ITB

3 hours ago 1
Benarkah BBM Etanol Bikin Mesin Berkarat? Begini Penjelasan Pakar ITB Bahan bakar etanol yang disebut bisa menyebabkan korosi pada mesin kendaraan .(Freepik)

ISU soal bahan bakar etanol yang disebut bisa menyebabkan korosi pada mesin kendaraan kembali ramai. Menanggapi hal itu, Ronny Purwadi, peneliti dari Institut Teknologi Bandung (ITB), menegaskan bahwa anggapan tersebut tidak sepenuhnya benar.

“Etanol memang bersifat higroskopis, artinya mudah menyerap air. Tapi higroskopis bukan berarti korosif,” ujar Ronny dikutip dari Antara, Senin (21/10).

Isu Korosi: Salah Kaprah di Masyarakat

Penjelasan itu disampaikan menanggapi rencana pemerintah yang akan mengimplementasikan BBM E10, campuran bensin dengan 10% etanol, mulai tahun depan. Sebagian masyarakat khawatir bahan bakar ini akan merusak komponen mesin.

Ronny meluruskan bahwa air yang terserap etanol tidak otomatis menimbulkan korosi.

“Korosi baru terjadi kalau ada logam tanpa pelapis yang dibiarkan lembap terus-menerus,” jelasnya.

Ia mencontohkan, air di dalam botol stainless steel atau pipa berlapis pelindung tidak serta-merta menyebabkan karat.

“Sering kali orang menyamakan higroskopis dengan korosif, padahal belum tentu. Kontak dengan air tidak selalu bikin karatan. Kita harus fair dalam melihat fakta ini,” tegasnya.

Mobil Modern Sudah Siap Hadapi E10

Ronny menambahkan, kendaraan keluaran modern pada umumnya sudah kompatibel dengan bahan bakar campuran seperti E10, bahkan dengan kadar etanol lebih tinggi sekalipun.

“Kalau mobilnya dirancang sesuai spesifikasi, tak ada alasan untuk takut,” ujarnya.

Selain soal korosi, ia juga menyoroti keunggulan lain dari etanol: kandungan sulfur yang sangat rendah. Berbeda dengan bensin fosil, etanol dapat membantu menekan emisi sulfur dan karbon dioksida (CO₂).

“Etanol tidak menghasilkan residu karbon padat, dan emisi CO₂-nya lebih rendah. Di Brasil, sekitar 80 persen kendaraan flexy-fuel sudah menggunakan etanol, begitu juga di Swedia, Amerika Serikat, Eropa, India, hingga Thailand,” tambah Ronny.

Kendaraan Lama, Perlu Perhatian Khusus

Senada, Iman K. Reksowardojo, peneliti ITB sekaligus anggota Komite Teknis Bahan Bakar dan Bioenergi Kementerian ESDM, menjelaskan bahwa kendaraan produksi tahun 2000 ke atas umumnya sudah siap menggunakan E10 hingga E20.

“Mobil-mobil di bawah tahun itu masih beragam, tergantung merek dan materialnya,” ujarnya.

Sementara itu, Pakar Otomotif ITB Yannes Martinus Pasaribu menambahkan bahwa mesin mobil dan motor injeksi keluaran 2010 ke atas aman menggunakan E10.

“Komponen seperti selang, seal, pompa, dan injektor sudah kompatibel. Selain aman, campuran etanol justru meningkatkan angka oktan, membuat mesin lebih tahan knocking, dan menurunkan emisi CO₂,” katanya.

Pemerintah kini tengah menyusun peta jalan penggunaan BBM E10 sebagai bagian dari strategi transisi energi hijau di Indonesia. Para pakar berharap masyarakat tidak termakan mitos soal etanol yang dianggap “musuh mesin,” tetapi memahami konteks teknisnya dengan benar.

“Etanol bukan ancaman, justru bagian dari solusi energi bersih masa depan,” tutup Ronny. (Ant/Z-10)

Read Entire Article
Global Food