Banda Neira Diserbu Wisatawan, Pelni Minta Tambahan Kapal

3 hours ago 1
Banda Neira Diserbu Wisatawan, Pelni Minta Tambahan Kapal KM Sangiang akan berlayar ke Banda Neira, Senin (20/10/2025).(MI/Insi Nantika Jelita)

PT Pelayaran Nasional Indonesia atau PT Pelni (Persero) menjadi moda transportasi utama bagi wisatawan dan masyarakat menuju Banda Neira, destinasi wisata di Kabupaten Maluku Tengah. 

Namun, lonjakan jumlah wisatawan membuat Pelni kewalahan memenuhi permintaan penumpang. Sejak Februari 2025, terjadi kenaikan sekitar 15% dibandingkan volume harian sebelumnya. Saat ini, rata-rata jumlah penumpang mencapai 1.000 orang per hari.

Kepala Cabang Pelni Ambon Marthin Heryanto mengungkapkan, pihaknya membutuhkan tambahan dua armada kapal penumpang untuk melayani lonjakan penumpang ke Banda Neira.

"Saya butuh dua kapal penumpang tambahan seiring meningkatnya wisatawan ke Banda Neira hingga 15% sejak Februari 2025,” ujar Marthin saat ditemui di Kantor Cabang Pelni Ambon, Senin (20/10).

Saat ini, terdapat empat kapal Pelni yang melayani rute ke Banda Neira, yaitu KM Labobar dengan kapasitas 3.000 penumpang, KM Pangrango (500 penumpang), KM Sangiang (500 penumpang), dan KM Sabuk Nusantara 106 (400 penumpang).

Marthin menjelaskan, peningkatan jumlah wisatawan terjadi seiring gencarnya promosi wisata Banda Neira di media sosial. Banyak komunitas wisata dan backpacker yang kini menjadikan Banda Neira sebagai destinasi favorit. Pada 2024, penumpang kapal Pelni di Banda mencapai 49.529 packs. Sementara itu, hingga September 2025 tercatat sebanyak 42.200 packs.

Jumlah tersebut diperkirakan akan terus meningkat hingga akhir tahun, terutama pada periode Natal dan Tahun Baru (Nataru).

"Kami perkirakan lonjakan akan terus terjadi hingga tahun baru nanti,” tutur Marthin. Banyak wisatawan domestik, ekspatriat, dan anak muda yang datang berkelompok menggunakan kapal Pelni,” tambahnya.

Meski permintaan meningkat, kendala lainnya masih dihadapi Pelni. Yakni, infrastruktur pelabuhan yang belum memadai. Fasilitas di Pelabuhan Yos Sudarso Ambon dan Pelabuhan Banda Neira dianggap masih kurang optimal untuk menunjang kebutuhan logistik dan keselamatan pelayaran di kawasan timur.

"Selain kapal tambahan, kami juga butuh dukungan infrastruktur pelabuhan," ucapnya. 

Nyaman Meski Tiket Habis

Media Indonesia berkesempatan berlayar bersama KM Sangiang dari Ambon menuju Banda Neira pada siang hari ini. Perjalanan memakan waktu hingga 17 jam. Dalam pelayaran tersebut, Jamaitan, 45, warga asli Banda, mengaku tetap merasa nyaman meski tidak mendapatkan tempat duduk.

"Sangat nyaman menggunakan kapal KM Sangiang, meski tidak mendapatkan seat atau kamar," katanya kepada Media Indonesia.

Jamaitan bersama keluarga kehabisan tiket reguler dan terpaksa membeli tiket no seat dari agen perjalanan dengan harga sekitar Rp170 ribuan, lebih mahal dari harga resmi sekitar Rp150 ribuan. Ia bahkan mengaku sempat menemukan penjual yang mematok harga hingga Rp275 ribu, namun memilih mencari kanal penjualan lain.

“Kami biasanya pesan seminggu sebelumnya, tapi kali ini kehabisan,” katanya.

Meski demikian, ia tetap bisa beristirahat karena petugas Pelni menyediakan kasur kecil bagi penumpang tanpa kursi.

Masalah lainnya, kapal Pelni yang melayani Banda Neira juga masih memiliki frekuensi terbatas karena beberapa di antaranya melayani rute transit ke wilayah lain di Maluku.

Jamaitan menambahkan, dirinya biasanya menggunakan KM Pangrango untuk pulang ke Banda Neira. Namun, kapal tersebut hanya beroperasi sekali dalam sebulan. Ini karena kapal tersebut melayani beberapa pelabuhan lain seperti Geser, Namrole, dan Saumlaki.

"KM Pangrango menjadi favorit bagi kami sekeluarga. Tapi, hampir semua kapal Pelni menurut saya sudah nyaman untuk kami berlayar," pungkasnya. 

KM Pangrango memiliki kapasitas 500 penumpang. Kapal ini berangkat dari Ambon setiap Jumat sore tiba di Banda Neira Sabtu pagi, dan sandar selama satu malam. Wisatawan dapat menginap di atas kapal, lalu kembali ke Ambon pada Minggu sore dan tiba Senin pagi. (E-4))

Read Entire Article
Global Food