Trump Siap Bicara dengan Putin: Upaya Gencatan Senjata Ukraina dan Isu Pembangkit Nuklir Zaporizhzhia

15 hours ago 2
Portal Warta Siang Tepat Terbaik
 Upaya Gencatan Senjata Ukraina dan Isu Pembangkit Nuklir Zaporizhzhia Presiden AS Donald Trump berencana berbicara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada Selasa untuk membahas potensi gencatan senjata di Ukraina.(Media Sosial X)

PRESIDEN Amerika Serikat Donald Trump mengatakan ia akan berbicara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, Selasa (18/3), mengenai upaya mengakhiri perang di Ukraina dengan menyerahkan wilayah tertentu oleh Kyiv. Kontrol atas Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Zaporizhzhia juga diperkirakan akan menjadi salah satu topik utama dalam pembicaraan tersebut.

"Kami ingin melihat apakah kami bisa mengakhiri perang itu," kata Trump kepada wartawan di pesawat Air Force One dalam perjalanan kembali ke Washington, DC, dari Florida pada hari Minggu. "Mungkin bisa, mungkin tidak, tapi saya pikir kami memiliki peluang yang sangat baik.

"Saya akan berbicara dengan Presiden Putin pada hari Selasa. Banyak pekerjaan telah dilakukan sepanjang akhir pekan."

Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, mengonfirmasi Putin akan berbicara dengan Trump melalui telepon tetapi menolak berkomentar mengenai pernyataan Trump terkait konsesi wilayah dan pembangkit listrik.

"Ya, memang benar," katanya dalam konferensi pers. "Percakapan ini sedang dipersiapkan untuk hari Selasa."

Trump berusaha mendapatkan dukungan Putin untuk usulan gencatan senjata 30 hari yang telah diterima Ukraina pekan lalu. Sementara itu, kedua belah pihak terus saling melancarkan serangan udara berat sepanjang akhir pekan, dan pasukan Rusia semakin dekat untuk mengusir pasukan Ukraina dari wilayah perbatasan Rusia barat di Kursk.

Ketika ditanya mengenai konsesi apa yang sedang dipertimbangkan dalam negosiasi gencatan senjata, Trump menjawab, "Kami akan membicarakan wilayah. Kami akan membicarakan pembangkit listrik. … Kami sudah mulai membahas pembagian aset tertentu."

Trump tidak memberikan rincian lebih lanjut, tetapi kemungkinan besar ia merujuk pada fasilitas nuklir Zaporizhzhia yang saat ini diduduki Rusia. Pembangkit listrik ini adalah yang terbesar di Eropa, dan Rusia serta Ukraina saling menuduh melakukan serangan yang berisiko menyebabkan kecelakaan nuklir di sana.

Melaporkan dari Moskow, koresponden Al Jazeera, Dorsa Jabbari, mengatakan  pembangkit nuklir Zaporizhzhia memang diperkirakan akan menjadi salah satu topik utama dalam pembicaraan tersebut.

"Ini adalah fasilitas nuklir terbesar di Eropa, yang berada di bawah kendali Rusia sejak awal konflik pada Maret 2022. Sejak saat itu, pembangkit ini telah ditutup tetapi tetap berada di bawah kendali pasukan Rusia dan perusahaan energi nuklir negara Rusia, Rosatom," katanya.

"Ada juga usulan gencatan senjata sementara. Rusia bersikeras bahwa setiap kesepakatan harus mencakup jaminan keamanan bagi pihaknya, yang berarti mereka tidak ingin Ukraina menggunakan kesempatan ini untuk mempersenjatai kembali, mengatur ulang pasukan, dan melanjutkan konflik," tambahnya.

Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan Trump telah menyepakati sejumlah syarat yang harus dipenuhi oleh Rusia untuk gencatan senjata 30 hari.

Dalam sebuah unggahan di platform X, Macron mengatakan terserah pada Rusia untuk membuktikan mereka benar-benar menginginkan perdamaian. Ia juga menyatakan bahwa dirinya kembali berbicara dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengenai hal ini pada Senin.

Kremlin mengatakan Putin telah mengirim pesan kepada Trump tentang rencana gencatan senjata melalui utusan AS, Steve Witkoff, yang mengadakan pembicaraan di Moskow. Putin menyampaikan "optimisme yang hati-hati" bahwa kesepakatan dapat dicapai untuk mengakhiri konflik yang telah berlangsung selama tiga tahun.

Dalam berbagai wawancara di televisi AS pada hari Minggu, Witkoff, Menteri Luar Negeri Marco Rubio, dan Penasihat Keamanan Nasional Trump, Mike Waltz, menegaskan masih ada tantangan yang harus diatasi sebelum Rusia menyetujui gencatan senjata, apalagi mencapai penyelesaian akhir perang.

Zelensky mengatakan ia melihat peluang yang baik untuk mengakhiri perang setelah Ukraina menerima proposal gencatan senjata sementara selama 30 hari yang diajukan AS.

Namun, Zelenskyy secara konsisten menegaskan kedaulatan negaranya tidak dapat dinegosiasikan dan Rusia harus menyerahkan kembali wilayah yang telah direbutnya. Rusia mencaplok Semenanjung Krimea tahun 2014. Kini menguasai beberapa bagian dari empat wilayah timur dan selatan Ukraina sejak invasi tahun 2022.

Putin mengklaim tindakannya di Ukraina bertujuan melindungi keamanan Rusia dari apa yang ia sebut sebagai ancaman agresif dari Barat, terutama ekspansi NATO ke timur. Sementara itu, Ukraina dan negara-negara Barat menuduh Rusia melakukan perang agresi tanpa provokasi dan mencoba merebut wilayah dengan gaya imperialisme.

Moskow menuntut agar Ukraina menghentikan upaya bergabung dengan NATO, Rusia tetap menguasai seluruh wilayah Ukraina yang telah direbutnya, serta membatasi ukuran angkatan bersenjata Ukraina. Rusia juga ingin sanksi Barat dicabut dan pemilihan presiden di Ukraina diadakan, meskipun Kyiv mengatakan hal itu terlalu dini karena masih dalam keadaan darurat militer.

Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Kaja Kallas, mengatakan tuntutan Rusia untuk menyetujui gencatan senjata menunjukkan Moskow sebenarnya tidak menginginkan perdamaian.

Perdana Menteri Inggris Keir Starmer mengatakan sekutu Barat selain AS sedang meningkatkan persiapan untuk mendukung Ukraina jika terjadi gencatan senjata dengan Rusia, dengan para pemimpin pertahanan bersiap menyusun "rencana yang kuat" dalam minggu depan.

Baik Inggris maupun Prancis telah menyatakan kesiapan mereka untuk mengirim pasukan penjaga perdamaian guna memantau gencatan senjata di Ukraina. Perdana Menteri baru Kanada, Mark Carney juga berjanji untuk mendukung kedaulatan Ukraina.

Di garis depan, pasukan Ukraina melancarkan serangan drone ke Rusia selatan pada malam hari, menyebabkan kebakaran di sebuah kilang minyak, menurut otoritas setempat pada hari Senin. Sementara itu, Moskow meluncurkan hampir 200 drone untuk menyerang Ukraina.

Gubernur Astrakhan, Igor Babushkin, mengatakan bahwa staf di kompleks "bahan bakar dan energi" telah dievakuasi sebelum serangan yang menyebabkan kebakaran besar. "Satu orang terluka dalam serangan itu. Korban kini telah dibawa ke rumah sakit," tulis Babushkin di media sosial.

Serangan terbaru ini terjadi ketika Ukraina mengkritik Rusia karena menolak menerima gencatan senjata yang diusulkan AS tanpa syarat apa pun.

Moskow juga meluncurkan 174 drone ke Ukraina, di mana unit pertahanan udara berhasil menembak jatuh 90 drone, termasuk drone Shahed buatan Iran, menurut angkatan udara Ukraina.

Sekitar 500 orang di wilayah Odesa, Ukraina selatan, kehilangan aliran listrik akibat serangan tersebut, sementara satu orang terluka. Gubernur Oleg Kiper mengatakan bahwa beberapa bangunan rusak, termasuk sebuah taman kanak-kanak. (Al Jazeera/Z-2)

Read Entire Article
Global Food