Selular.ID – OpenAI menantang raksasa pencarian Google dengan memperkenalkan model Pencarian ChatGPT yang diklaim memberikan jawaban lebih mendalam.
Berdasarkan model GPT-4o OpenAI, model ini dapat melakukan pencarian berdasarkan pertanyaan pengguna atau secara manual, menggunakan ikon web. Perusahaan mulai menguji fungsi tersebut sejak Juli lalu.
Model ini menyediakan tautan ke sumber daya web yang relevan alih-alih mengarahkan pengguna ke mesin pencari daring yang memerlukan banyak kueri sambil menyortir berbagai tautan untuk menemukan jawaban.
OpenAI menyatakan fitur ini memungkinkan pengguna untuk mengajukan pertanyaan “dengan cara yang lebih alami dan komunikatif”, yang pada gilirannya memberikan informasi dari internet.
“Ajukan pertanyaan lanjutan yang lebih mendalam dan ChatGPT akan mempertimbangkan konteks lengkap obrolan Anda untuk mendapatkan jawaban yang lebih baik bagi Anda.”
Pengguna dapat mengakses sumber referensi yang digunakan.
Fungsi pencarian saat ini tersedia untuk pelanggan ChatGPT Plus dan Team, di smartphone dan PC desktop.
OpenAI menyatakan pengguna perusahaan dan pendidikan akan mendapatkan akses selama beberapa minggu ke depan, dengan ketersediaan bagi pengguna gratis dalam beberapa bulan mendatang.
Perusahaan ini melatih ChatGPT melalui kesepakatan konten dengan majalah AS dan penerbit digital Time, Financial Times, perusahaan media multinasional Alex Springer, dan Le Monde yang berbasis di Prancis.
OpenAI juga bekerja sama dengan penyedia data pihak ketiga untuk menambahkan informasi baru dan desain visual untuk kategori yang mencakup cuaca, saham, olahraga, berita, dan peta.
Sedangkan Microsoft menggunakan ChatGPT untuk mesin pencari Bing besutannya.
Pasar mesin pencarian tidak berubah sejak tiga dekade lalu. Google kukuh bertahan sebagai penguasa sejagat.
Berdasarkan data SimilarWeb, pangsa pasar Google adalah 90,68% pada Juni 2023, yang menjadikannya mesin pencari paling popular dan paling banyak digunakan di dunia. Berturut-turut setelahnya Bing (3,23%), Yahoo (3,17%), Naver – Korea (0,48%), DuckDuck Go (0,35%), dan lainnya (2,09%).
Googling Tak Lagi Diminati Gen Z
Terjunnya Open AI di segmen mesin pencarian lewat model ChatGPT, menjadi tantangan terbaru bagi Google. Belakangan raksasa mesin pencari itu, seperti kehilangan identitas.
Sejak beberapa tahun terakhir, seiring dengan meledaknya penggunaan media sosial terutama di kalangan muda, aktifitas pencarian di internet yang sering kali disebut googling seolah tidak lagi relevan.
Faktanya, remaja masa kini jarang menggunakan “googling” sebagai kata kerja, menurut Bernstein Research, lembaga riset industri terkemuka yang berbasis di Hong Kong.
Ini merupakan pertanda bahwa mereka telah mengubah cara mereka berinteraksi dengan internet secara mendasar.
“Audiens yang lebih muda melakukan ‘pencarian’, bukan ‘Googling’,” analis Bernstein, Mark Shmulik dan rekan-rekannya mengatakan dalam sebuah catatan, seperti dikutip dari laporan Fortune.
“Dan mereka semakin sering membuka media sosial seperti TikTok untuk rekomendasi restoran, langsung ke agregator berskala besar seperti Amazon untuk ritel, dan pencarian AI Generatif seperti ChatGPT untuk menyelesaikan pekerjaan rumah mereka,” tambahnya.
Bernstein, menggunakan survei April 2024 oleh Forbes Advisor dan Talker Research terhadap 2.000 orang Amerika, mencatat bahwa 45% Gen Z lebih cenderung menggunakan social searching di situs-situs seperti TikTok dan Instagram alih-alih Google.
Hal ini dibandingkan dengan sekitar 35% dari generasi milenial, 20% dari Gen X, dan kurang dari 10% dari generasi Boomers.
Bahkan ketika Gen Z semakin dewasa, mereka semakin mengandalkan media sosial sebagai mesin pencari utama.
“Gen Z juga tumbuh di era Internet yang relatif matang,” kata Shmulik dalam catatan tersebut.
“Sudah menjadi kebiasaan bagi para pengguna ini untuk langsung menuju ke sumbernya. Dunia ini tidak besar dan menakutkan, dunia ini hanya rumah bagi Gen Z.”
Bagi generasi muda, platform media sosial telah menjadi cara untuk mencari tahu apa yang harus dibeli, tempat makan, dan cara menghabiskan waktu mereka.
Menurut data dari GWI Core, sekitar 40% dari Gen Z mengatakan bahwa mereka menggunakan media sosial sebagai mesin pencari utama untuk merek, produk, dan layanan pada 2016. Jumlahnya itu meningkat hampir 52%, dengan mengatakan hal yang sama pada 2023.