
SALAH satu khasiat puasa ialah kesadaran kita untuk mengendalikan diri sehingga sikap reaktif dan reaksioner kita semakin mengecil, bahkan bisa hilang. Semakin besar kemampuan kita menanggalkan sikap reaktif, semakin kuat khasiat puasa kita.
Menanggalkan sikap reaktif sangat berhubungan dengan suasana kebatinan atau kalbu kita. Puasa diharapkan mampu me-manage kalbu untuk mengubah watak dan karakter yang tadinya reaktif menjadi proaktif.
Untuk mengubah karakter yang negatif (reaktif) menjadi positif (proaktif) maka pertama kali kita perlu mengenal dan mengidentifikasi watak dan karakter reaktif serta watak dan karakter proaktif. Setelah itu, kita memerlukan kiat-kiat untuk menanggalkan sikap reaktif tersebut.
Watak dan karakter reaktif menurut para arifin dapat diidentifikasi sebagai berikut: perilaku ditentukan lebih besar oleh faktor luar/eksternal, seolah-olah tidak mampu memiliki dirinya sendiri. Ia lebih sering menyalahkan keadaan, kondisi, lingkungan, dan orang lain, lalu seolah melepas diri dari segala risiko. Ia sangat dipengaruhi oleh atmosfer lingkungan fisik dan fisiknya. Dengan demikian, orang reaktif tidak mampu memiliki dirinya sendiri, tetapi lebih banyak dimiliki orang lain atau faktor dari luar.
Ia juga lebih banyak digerakkan oleh mood (kondisi perasaan) di dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan sehingga terkadang bersemangat, tapi tiba-tiba langsung down. Ia senang sekali dipuji. Seolah-olah, tanpa pujian, tidak ada arti hidup baginya. Ia baik kalau diperlakukan baik dan buruk kalau diperlakukan buruk. Tidak berjiwa besar dan dada lapang untuk menerima kenyataan pahit. Watak dan sikapnya lebih sering kelihatan defensive, selalu membela diri, sungguhpun nyata-nyata ia bersalah.
Ia seperti sakit melihat orang lain sukses dan bersemangat melihat orang lain gagal. Orang seperti ini sangat berpotensi membangun istana di atas puing-puing kehancuran orang lain dan gampang berubah karakter.
Tipe reaktif-emosional orang ini menjadi ciri khasnya. Ia sering dikategorikan seperti dalam pepatah 'Datang tidak menguntungkan, pergi tidak mengurangi'. Orang lain bersyukur dengan ketidakhadirannya.
Ia termasuk tipe angin-anginan. Ke mana arah angin bertiup, ke situ ia memalingkan mukanya. Ia seperti bungling yang tidak punya tempat tetap, tidak mengenal istikamah di dalam hidupnya.
Pembawaan orang ini sangat fluktuatif, sulit dipegang janji dan komitmennya. Ia gampang marah, tidak memiliki sahabat abadi dan sahabat spiritual. Kebiasaannya suka memuji dan menjilat, tidak pernah dengan ikhlas menerima keberhasilan dan perestasi orang lain, dan dapat disimpulkan pasti banyak memiliki musuh, paling tidak orang-orang yang tidak simpatik terhadap dirinya.
Akibatnya, ia sering menerima kenyataan sebagai sasaran tindakan, dicemooh, dan dijauhi orang lain. Ia seperti over loaded di dalam menjalani kehidupan karena tersedot oleh energi negatif dari dirinya sendiri. Dengan sendirinya ia gampang lelah, mudah mengalami penurunan daya tahan tubuh dan menjadi sasaran berbagai penyakit dan epidemi.
Orang seperti ini mengakhiri hidup dengan bermacam penyakit di tengah kesendirian. Ia sepi teman karena tidak pernah menanam persahabatan dan silaturahim. Bahkan sejumlah ayat dan hadis menggambarkan masa depannya di akhirat tidak bahagia. Allahu a’lam.