
MILITER Israel mengumumkan bahwa pengiriman bantuan kemanusiaan melalui udara ke Jalur Gaza akan dimulai pada Sabtu (26/7) malam, bersamaan dengan pembentukan koridor untuk konvoi Perserikatan Bangsa-Bangsa. Langkah ini diambil setelah meningkatnya jumlah korban jiwa akibat kelaparan yang semakin parah di wilayah tersebut.
Langkah tersebut disepakati setelah berbulan-bulan peringatan dari para ahli soal ancaman kelaparan massal di Gaza, ditambah dengan semakin kerasnya tekanan internasional, termasuk dari negara-negara sekutu Israel.
Dalam beberapa minggu terakhir, ratusan warga Palestina dilaporkan tewas saat mencoba mengakses lokasi distribusi bantuan makanan.
Meski militer menyatakan siap membuka jeda kemanusiaan di daerah padat penduduk, mereka tidak merinci lokasi pasti penerjunan bantuan ataupun rute koridor.
Tergantung bantuan kemanusiaan
Pernyataan juga menegaskan bahwa operasi tempur belum berhenti dan membantah adanya kelaparan, meskipun lebih dari dua juta penduduk Gaza kini hidup dalam kondisi pengungsian, tergantung penuh pada bantuan kemanusiaan.
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Israel menyatakan bahwa jeda kemanusiaan akan dimulai hari Minggu di pusat-pusat warga sipil bersamaan dengan dibukanya akses koridor bantuan.
Di sisi lain, kesaksian dari lapangan menggambarkan situasi yang mengerikan. Banyak tenaga medis yang terlalu lemah karena kelaparan sehingga harus menerima infus untuk tetap dapat merawat pasien.
Warga juga memperlihatkan anak-anak yang mengalami malnutrisi parah dan sejumlah pria yang terluka menceritakan perjuangan hidup-mati demi mendapatkan bantuan di tengah tembakan.
Pernyataan militer menyebut bahwa penerjunan bantuan akan dilakukan bersama organisasi kemanusiaan internasional, meski belum jelas peran apa yang akan dimainkan oleh Gaza Humanitarian Foundation (GHF), yang sebelumnya dicanangkan sebagai alternatif dari sistem bantuan PBB.
Ketua GHF, Johnnie Moore menyatakan bahwa lembaganya siap membantu.
Namun, kekerasan terus terjadi. Serangan Israel yang terjadi pada Sabtu menewaskan sedikitnya 53 orang, sebagian besar saat mereka mencoba mengakses bantuan makanan.
Dua insiden tembakan mematikan terjadi di dekat perlintasan Zikim di utara Gaza. Di satu kejadian, sejumlah warga yang sedang menunggu truk bantuan tertembak. Militer Israel mengeklaim hanya menembakkan tembakan peringatan sebagai tanggapan atas ancaman langsung.
Tembakan mulai dilepaskan
Saksi mata Sherif Abu Aisha menceritakan bahwa warga berlarian karena mengira melihat cahaya dari truk bantuan. Namun, saat mereka mendekat, yang mereka temui justru tank-tank militer dan tembakan mulai dilepaskan.
“Kami pergi karena tidak ada makanan dan tidak ada yang didistribusikan,” ungkapnya. Pamannya termasuk di antara korban tewas.
Di kejadian lain, pada Sabtu malam, pasukan Israel menembak ke arah kerumunan warga yang mendekati konvoi bantuan PBB, menewaskan sedikitnya 11 orang dan melukai 120 lainnya.
“Kami memperkirakan jumlah korban akan terus bertambah dalam beberapa jam ke depan,” kata Direktur Rumah Sakit Shifa, Dr. Mohamed Abu Selmiyah seperti dikutip NPR, Minggu (27/7).
Sebuah rekaman video memperlihatkan pria-pria Palestina yang lelah membawa jenazah dan karung tepung.
“Anda mati untuk mengambil makanan bagi anak-anak Anda,” kata seorang warga, Fayez Abu Riyala.
Di lokasi lain, pasukan Israel juga dilaporkan menembak mati sembilan orang di dekat koridor bantuan Morag di Khan Younis.
Selain itu, empat warga tewas di sebuah apartemen di Kota Gaza dan delapan lainnya, termasuk empat anak-anak, meninggal dalam serangan ke kamp pengungsian di Muwasi, Khan Younis. Pihak militer belum mengeluarkan pernyataan terkait insiden-insiden tersebut. (Fer/I-1)