IHSG Pekan Ini Berpotensi terus Menguat Didorong Data Konsumsi

2 weeks ago 14
IHSG Pekan Ini Berpotensi terus Menguat Didorong Data Konsumsi Ilustrasi(Antara)

PT Indo Premier Sekuritas (IPOT) memproyeksikan Indeks Harga Saham Habungan (IHSG) berpeluang melanjutkan penguatan menuju level resisten 8.168 pada pekan ini. Optimisme ini ditopang oleh kombinasi faktor domestik penguatan data konsumsi, penjualan kendaraan, dan stabilitas cadangan devisa serta sentimen global positif dari potensi pelonggaran kebijakan moneter Amerika Serikat.

"IHSG akan melanjutkan penguatan setelah ditutup di zona hijau yakni naik 0,23% ke level 8.118,30 pada penutupan perdagangan Jumat, 3 Oktober 2025 lalu," ujar Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT) Imam Gunadi dalam keterangan resmi, Minggu (5/10).

Meski demikian, Imam mengatakan, pada pekan ini tetap ada risiko koreksi jangka pendek, terutama jika data domestik di bawah ekspektasi atau jika pidato dari pejabat The Fed bersikap hawkish. Selain itu, ketidakpastian global seperti harga komoditas dan arus modal asing bisa menekan IHSG melemah dengan support di 8.022.

Imam menerangkan, sejumlah sentimen yang membuat IHSG bergerak di zona positif pada pekan lalu. Ia menjelaskan kondisi ekonomi Indonesia menunjukkan stabilitasnya dengan inflasi September 2025 di angka 2,65% secara tahunan (year on year/yoy), atau masih dalam target BI didukung oleh sektor manufaktur yang tetap ekspansif.

Di sisi fiskal, pemerintah juga menyiapkan tambahan stimulus pada Kuartal IV 2025 untuk mendongkrak daya beli masyarakat, ditambah stimulus khusus untuk Natal dan Tahun Baru. Ia menambahkan perkembangan positif ini diperkuat oleh surplus neraca perdagangan yang melonjak menjadi US$5,49 miliar pada Agustus 2025. 

Sementara itu, sentimen global didominasi oleh kekhawatiran government shutdown di AS yang berpotensi merugikan ekonomi, meskipun data pasar kerja (JOLTs) masih menunjukkan ketatnya tenaga kerja.

Berbicara tentang potensi market pada pekan ini (6-10 Oktober 2025), Imam mengatakan, pasar keuangan global masih dibayangi oleh isu ketidakpastian fiskal di Amerika Serikat yang belum sepenuhnya mereda pasca ancaman government shutdown akhir pekan lalu. 

"Di tengah situasi tersebut, pelaku pasar akan menyoroti beberapa agenda penting dari The Federal Reserve, termasuk pidato dari dua pejabatnya, Raphael Bostic dan Michelle Bowman, serta rilis FOMC Minutes pada 8 Oktober," tegasnya.

Selain tertuju pada The Fed, investor juga menanti data Initial Jobless Claims yang bakal dirilis pada 9 Oktober 2025 mendatang untuk mencari petunjuk mengenai arah suku bunga, terutama sinyal pelonggaran kebijakan moneter di tengah tren pelemahan ekonomi. Perkembangan di Tiongkok juga perlu dipantau, khususnya tindak lanjut dari stimulus fiskal mereka yang diharapkan dapat mendorong konsumsi dan secara tidak langsung, mendukung harga komoditas utama ekspor Indonesia. 

Dari dalam negeri, pekan ini ada ada banyak rilis data kunci, mulai dari posisi cadangan devisa yang akan dirilis Bank Indonesia untuk mengukur ketahanan eksternal, data ritel sales hingga data penjualan motor dan mobil.

Imam menegaskan rangkaian data ini dianggap sangat penting karena akan memberikan gambaran kekuatan konsumsi rumah tangga dan daya beli masyarakat kelas menengah, yang merupakan katalis utama pertumbuhan ekonomi Indonesia di akhir tahun. (E-3)

Read Entire Article
Global Food