Jakarta, CNN Indonesia --
Sudah hampir tiga pekan berlalu sejak terjadinya bencana banjir bandang dan tanah longsor di tiga wilayah di Sumatra, yakni Aceh, Sumatra Utara (Sumut) dan Sumatra Barat (Sumbar) pada akhir November lalu.
Proses pencarian dan evakuasi terhadap korban yang dinyatakan masih hilang terus dilakukan. Selain itu, pemulihan akses jalan yang sempat terputus juga terus dikerjakan.
Sementara itu, mereka yang selamat juga masih banyak yang bertahan di pengungsian. Apalagi, mereka yang kehilangan rumah tinggalnya akibat bencana tersebut. CNNIndonesia.com telah merangkum sejumlah fakta terbaru terkait banjir di Sumatra sebagai berikut:
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
969 korban meninggal dunia
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan jumlah korban dunia akibat bencana banjir bandang dan tanah longsor bertambah menjadi 969 orang per Rabu (10/12).
Secara rinci, di wilayah Aceh dilaporkan sebanyak 391 jiwa, di Sumut sebanyak 340 jiwa dan di Sumbar sebanyak 238 jiwa.
Sementara untuk korban hilang dan dalam proses pencarian di tiga provinsi itu tercatat sebanyak 252 jiwa. Rinciannya, di Aceh sebanyak 31 jiwa, di Sumut sebanyak 128 jiwa dan di Sumbar sebanyak 93 jiwa.
Pengungsi masih nyaris satu juta orang
Wakil Kepala Pusat Penerangan TNI, Brigjen TNI Osmar Silalahi mengatakan jumlah pengungsi di tiga provinsi itu tercatat sebanyak 902.545 jiwa per Rabu kemarin.
Kendati demikian, Omar mengklaim ada penurunan jumlah pengungsi. Berdasarkan data yang dimiliki Osmar, tercatat ada 1.047.107 warga korban banjir dan tanah longsor yang mengungsi di beberapa posko dan tenda pengungsian pada Senin (8/12).
Menurut Ormar, hal tersebut pertanda bahwa beberapa korban perlahan mulai pindah ke kediaman masing-masing untuk kembali beraktivitas.
Kata dia, seluruh personel masih akan dikerahkan untuk mengantar logistik, membuka jalur darat hingga memaksimalkan proses evakuasi di lokasi bencana.
Pemakaman massal
Sebanyak 24 jenazah korban banjir bandang di Sumatera Barat (Sumbar) dimakamkan secara massal di TPU Bungus, Teluk Kabung, Padang, Rabu siang. Pemakaman massal ini dilakukan lantaran hingga hari ke-12 pasca bencana, 24 jenazah tersebut masih belum bisa teridentifikasi hingga tak ada DNA yang cocok dengan warga.
"Pemakaman dilakukan dalam satu liang [kubur]. Jadi 24 peti jenazah itu dimasukkan dalam satu liang," kata Sekda Provinsi Sumatera Barat, Arry Yuswandi kepada CNNIndonesia.com.
Kapolda Sumbar Irjen Irjen Gatot Tri Suryanta mengatakan hingga Rabu siang, jumlah korban bencana banjir bandang di Sumatera Barat tercatat 351 korban. Dari jumlah tersebut, sudah ditemukan meninggal dunia 238 orang dan luka berat 20 orang. Sementara yang hilang dan masih proses pencarian berjumlah 93 orang.
Gatot menyebut dari 238 yang meninggal tersebut, 24 di antaranya tidak berhasil teridentifikasi.
"Enam laki-laki dewasa, tiga perempuan dewasa, tujuh anak laki-laki, empat anak perempuan dan empat lainnya dalam bentuk potongan tubuh," ucap dia.
Tanggap darurat diperpanjang
Di sisi lain, masa tanggap darurat banjir dan longsor di Sumatera Utara (Sumut) diperpanjang selama dua pekan ke depan atau mulai 10 - 23 Desember 2025. Sebab, 18 kabupaten/kota yang terdampak bencana masih belum berada dalam kondisi aman.
Ketua Harian Posko Darurat Bencana Sumut Basarin Yunus Tanjung menyebut perpanjangan status ini diperlukan untuk menyempurnakan dan mempercepat tindakan tanggap darurat di daerah terdampak.
"Kita merekomendasikan untuk memperpanjang status tanggap darurat bencana selama dua minggu ke depan. Dari rapat evaluasi, masih ada 18 kabupaten/kota yang menyatakan daerahnya belum aman dari ancaman bencana ini," kata Basarin usai Rapat Evaluasi Penanganan Bencana, Rabu.
Basarin membeberkan sejumlah daerah yang direkomendasikan perpanjangan status Tanggap Darurat Bencana antara lain Tapanuli Selatan (Tapsel), Tapanuli Tengah (Tapteng), Sibolga dan Langkat.
Mulai diserang penyakit
Bencana banjir bandang dan longsor menyebabkan wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel), Sumatera Utara (Sumut) luluh lantak. Desa Garoga, Kecamatan Batang Toru menjadi salah satu desa yang terdampak cukup parah.
Ratusan rumah hancur, hilang tersapu arus. Banjir bandang dan longsor menyisakan batu bercampur gelondongan kayu-kayu besar. Akses jalan di wilayah itu belum juga pulih. Jembatan penyeberangan yang selama ini digunakan warga kini rusak parah. Jalan satu satunya hanya bisa menggunakan perahu.
Danyon C Pelopor Sat Brimob Polda Sumut, Kompol Zaenal Mukhlisin mengatakan saat ini warga yang terdampak bencana di Desa Garoga mulai dihantui penyakit. Petugas terpaksa melakukan evakuasi dengan menggunakan perahu.
(dis/dal)

6 hours ago
3











































