Bali Defisit Beras 47.505 Ton pada 2024

4 hours ago 1
Bali Defisit Beras 47.505 Ton pada 2024 Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Udayana (Unud), Prof. Dr. Ir. Dewa Ngurah Suprapta, M.Sc. pada kuliah umum.(MI/Ruta Suryana)

 
KEBUTUHAN beras di Bali mencapai 412.929 ton pada 2024, namun produksi beras Bali hanya mencapai 365.424 ton, dengan kata lain mengalami defisit beras. Kondisi ini merupakan dampak dari berbagai masalah di sektor pertanian seperti lahan pertanian semakin sempit, jumlah petani menurun dan umurnya semakin tua dengan pendidikan yang rendah.

Demikian disampaikan Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Udayana (Unud), Prof. Dr. Ir. Dewa Ngurah Suprapta, M.Sc. pada kuliah umum di hadapan mahasiswa Tokyo University, Jepang di Gedung Agrokompleks, Kampus Unud Sudirman, Senin (10/3).  

Sebanyak enam mahasiswa Jepang didampingi tiga profesor melakukan kunjungan ke Unud dan sejumlah kawasan pertanian di Bali seperti Jatiluwih dan Kintamani antara 10 – 15 Maret 2024. Rombongan dipimpin Prof. Yasunobo Matsumoto dari Animal Science, Tokyo University.

Menurut Suprapta, upaya peningkatan produktivitas pertanian Bali bisa saja dengan penerapan sistem smartfarming, hanya ada beberapa persyaratan yang tidak nyambung dengan kondisi pertanian Bali. Petani yang rata-rata usia semakin tua yang agak sulit diajak bertranformasi karena tingkat pendidikan yang relatif rendah. Selanjutnya kepemilikan lahan yang tidak lebih dari 0,5 hektare dan topografi lahan dengan kemiringan tinggi menjadi masalah teknis lainnya dalam penerapan teknologi modern.

“Kita bisa coba untuk mengakrabkan petani dengan teknologi pertanian modern. Misalnya, di satu subak dengan luas arealnya 100 hektare coba gunakan drone untuk menyemprotkan pestisida, siapa tahu setelah ada bukti nyata penggunaan smartfarming sangat memudahkan petani di sawah bersedia menerapkan teknologi baru dan bergabung mengelola lahan sehingga memenuhi skala ekonomi menunjang pengembangan agribisnis modern,” kata ahli biopestisida itu.

Menjawab pertanyaan seorang mahasiswa Jepang terkait petani Bali tidak bisa hidup layak jika tidak memiliki pekerjaan lain, Prof. Dewa Suprapta mengakui fakta tersebut terbukti banyak petani yang terjun mengelola industri kecil seperti mematung atau melukis di Kabupaten Gianyar.

“Di wilayah lain di Bali, banyak petani nyambi jadi pekerja bangunan,” paparnya. Dia menyarankan, mahasiswa bisa melakukan observasi lapangan dengan menanyakan curahan waktu petani bekerja di sawah dibandingkan dengan melakoni pekerjaan lain. Hal ini juga terkait erat dengan persentase pendapatan petani yang kecil dari sektor pertanian ketimbang sektor lainnya.

Dia juga menjelaskan, luas lahan pertanian di Bali saat ini mencapai 359.694 hektare, dan luas sawah hanya19,97% saja atau 71.836 hektare. Luas areal panen padi tahun 2024 seluas 107,225 hektare dengan asumsi intensitas produksi padi mencapai 1,49 hektare/tahun. Sementara produktivitas gabah pada tahun yang sama mencapai 6,04 to/hektare.

“Total produksi beras di Bali sebanyak 365.424 ton dan kebutuhan beras mencapai 412.929 ton, artinya Bali mengalami defisit beras 47.505 ton,” tegasnya. Prof. Dewa Suprapta menjelaskan perlunya kerja sama antar pemangku kepentingan untuk mendorong peningkatan produksi beras sehingga defisit itu perlu dikurangi. (E-2)

Read Entire Article
Global Food