Zohran Mamdani: Sosialis yang Tak Bisa Dihentikan Para Miliarder

3 hours ago 2
 Sosialis yang Tak Bisa Dihentikan Para Miliarder Wali kota terpilih kota New York, dari Partai Demokrat, Zohran Mamdani.(Anadolu)

SAAT duduk di sebuah forum investasi di Riyadh pekan lalu bersama para miliarder dunia, perhatian Bill Ackman justru tertuju pada kampung halamannya, New York. Manajer hedge fund tersebut, yang dikenal blak-blakan, menatap para pemimpin bisnis seperti Jamie Dimon dari JPMorgan Chase dan Laurence Fink dari BlackRock sebelum menyampaikan pandangan tegasnya.

"Memiliki wali kota sosialis, menurut saya, akan menjadi bencana bagi New York," katanya seperti dikutip The Telegraph, Rabu (5/11/2025).

Ackman kemudian mengimbau para panelis untuk membantu memenangkan Andrew Cuomo dalam pemilihan wali kota.

"Saya sebenarnya berpikir kita punya peluang Andrew Cuomo memenangkan pemilu, tetapi kita harus meminta semua orang di panel ini untuk memberi tahu semua orang yang bekerja untuk mereka untuk hadir pada hari pemilu atau sebelumnya," ucapnya.

Seruan tersebut mencerminkan kegelisahan kalangan elite bisnis terhadap kebangkitan Zohran Mamdani, politisi muda sosialis yang berhasil menumbangkan para pesaingnya dan mencatat sejarah baru dalam politik New York.

Kebangkitan Zohran Mamdani

Dalam situasi ekonomi kota yang semakin menekan, janji Mamdani untuk menghadirkan kehidupan yang lebih murah langsung menarik simpati publik.

Politikus kelahiran Uganda berusia 34 tahun itu kini bersiap menjadi wali kota Muslim pertama dan termuda New York dalam lebih dari satu abad. Mulai 1 Januari mendatang, ia akan mengelola anggaran senilai US$115 miliar dan memimpin 8,5 juta warga kota.

Program utamanya mencakup transportasi bus gratis, pembekuan sewa untuk satu juta unit apartemen, layanan penitipan anak gratis, hingga supermarket publik. Janji itu menggugah banyak warga yang frustrasi dengan biaya hidup, bahkan memunculkan kesamaan dengan retorika kampanye Donald Trump yang menjanjikan penurunan harga energi dan bahan bakar.

"Ada diagram Venn yang menunjukkan orang-orang yang memilih Donald Trump dan enam bulan kemudian memilih Zohran Mamdani, dan alasannya adalah karena mereka berdua berkampanye tentang keterjangkauan," ujar Jason Ortiz, CEO Moonshot Strategies.

Menurut Ortiz, Mamdani telah menemukan isu tersebut dan tetap berpegang pada pesan yang disampaikannya, serta sepenuhnya disiplin selama seluruh kampanye tentang hal yang paling penting bagi warga New York, yaitu keterjangkauan.

Ketegangan dengan Kaum Elite

Di sisi lain, kebijakan pajak progresif Mamdani menimbulkan perlawanan keras dari kalangan kaya. Ia berencana menaikkan pajak penghasilan sebesar dua persen bagi warga berpenghasilan lebih dari satu juta dolar, serta meningkatkan pajak korporasi dari 7,25% menjadi 11,5%.

Mantan wali kota Michael Bloomberg mendukung Cuomo dengan sumbangan lebih dari 10 juta dolar. Meskipun Mamdani sempat bertemu dengan para miliarder untuk menenangkan kekhawatiran mereka, retorikanya tetap keras. Usai memenangkan pemilihan pendahuluan Partai Demokrat, ia menegaskan tidak percaya miliarder seharusnya ada.

Namun kampanye anti-Mamdani yang digerakkan Ackman justru berbalik arah. Serangan dari kalangan elite mendorong solidaritas gerakan sosial kiri, yang memobilisasi lebih dari 90.000 sukarelawan.

"Saya tidak tahu apakah ada yang menghentikan kereta itu ketika keluar dari stasiun, tetapi itu jelas tidak membantu mereka bahwa reaksi mereka terhadapnya adalah, ‘Saya lebih suka melompat dari Gedung Empire State.’ Itu sama sekali tidak rasional dan tidak berhasil," tegas Ortiz.

Elon Musk dan Trump Ikut Terlibat

Miliarder lain, Elon Musk, juga ikut ambil bagian meski bukan warga New York. Di platform media sosialnya, ia menulis, "Ingatlah bahwa suara untuk Curtis sebenarnya adalah suara untuk Mumdumi atau apa pun namanya," seraya menyerukan dukungan untuk Cuomo.

Donald Trump bahkan ikut berkomentar pada hari pemilihan. Ia menulis bahwa setiap pemilih Yahudi yang mendukung pembenci Yahudi yang mengaku sendiri seperti Mamdani adalah orang bodoh.

Namun serangan itu gagal menghentikan gelombang dukungan di media sosial. Video kampanye Mamdani di TikTok melonjak dari hanya ribuan menjadi lebih dari 5,8 juta penonton, menunjukkan efektivitas pesan populisnya di kalangan muda.

Antara Kekhawatiran dan Harapan

Kemenangan Mamdani menimbulkan kekhawatiran di kalangan elit ekonomi tentang potensi eksodus jutawan dari kota yang sudah memiliki beban pajak tertinggi kedua di Amerika Serikat. Satu persen warga terkaya New York diketahui menyumbang hampir dua perlima dari total pendapatan pajak penghasilan kota.

Selain itu, muncul pula kekhawatiran dari sebagian komunitas Yahudi karena tuduhan antisemit terhadap Mamdani terkait pandangannya yang pro-Palestina.

Namun di balik kontroversi itu, kisah hidup Mamdani memikat publik. Putra dari akademisi Uganda Mahmood Mamdani dan sutradara peraih nominasi Oscar Mira Nair ini tumbuh di New York sejak kecil. Ia sempat menjadi rapper bernama Cardamom sebelum beralih ke dunia politik, terinspirasi oleh Bernie Sanders.

Rekannya, Evan Roth Smith dari Slingshot Strategies, menggambarkan perubahan cepat tersebut. "Dia adalah seseorang yang, selama beberapa bulan pertama kampanye, menjadi sosok menawan di semua forum dan sekarang dia ada di sini, kisah politik terbesar di planet ini," ujarnya.

Kini, setelah resmi memenangkan pemilihan, Zohran Mamdani dihadapkan pada tantangan besar: mewujudkan janji politiknya tanpa membuat kota yang dipimpinnya berantakan seperti yang dikhawatirkan para pengkritiknya. (The Telegraph/Fer/I-1)

Read Entire Article
Global Food