Trump: Lebih Baik Dukung Demokrat yang Buruk ketimbang Komunis

7 hours ago 3
 Lebih Baik Dukung Demokrat yang Buruk ketimbang Komunis Presiden AS Donald Trump.(Anadolu)

PERTARUNGAN memperebutkan kursi Wali Kota New York City mendadak menjadi sorotan nasional setelah Presiden AS Donald Trump secara terbuka menyatakan dukungannya kepada Andrew Cuomo. Cuomo, mantan Gubernur Demokrat, kini mencalonkan diri sebagai kandidat independen.

Dalam wawancara eksklusif di acara 60 Minutes, Trump, yang berasal dari Partai Republik, mengaku akan lebih memilih Cuomo ketimbang tokoh progresif, Zohran Mamdani, yang merupakan kandidat dari Partai Demokrat.

"Jika harus memilih antara seorang Demokrat yang buruk dan seorang komunis, saya akan selalu memilih Demokrat yang buruk," kata Trump.

Trump mengaku tidak bersimpati kepada Partai Demokrat. Namun kekhawatiran utamanya adalah agenda progresif Mamdani sehingga akhirnya rela mendukung Cuomo. Trump secara eksplisit menyebut Mamdani sebagai "komunis."

"Akan sulit bagi saya sebagai presiden untuk memberikan banyak uang kepada New York. Karena jika seorang komunis memimpin New York, yang Anda lakukan hanyalah membuang-buang uang yang Anda kirim ke sana," sebut Trump.

"Jadi saya tidak tahu apakah dia menang, dan saya bukan penggemar Cuomo, tetapi jika harus memilih antara Demokrat yang buruk dan komunis, sejujurnya, saya akan selalu memilih Demokrat yang buruk," tambah Trump.

Dianggap yang paling menarik

Pemilihan wali kota kali ini dianggap sebagai salah satu yang paling menarik di New York City. Zohran Mamdani, 34, seorang sosialis demokrat, fokus pada isu-isu progresif seperti perumahan terjangkau, transportasi umum gratis, dan perawatan anak yang mudah diakses.

Andrew Cuomo, mantan gubernur berusia 67 tahun, mencoba membangun citra sebagai pemimpin moderat yang menjanjikan stabilitas dan pengalaman panjang dalam pemerintahan.

Selain keduanya, Curtis Sliwa dari Partai Republik juga turut bersaing. Dukungan dari sosok kontroversial seperti Trump dinilai banyak pengamat sebagai pedang bermata dua yang bisa memperluas basis dukungan namun juga merusak citranya di mata pemilih liberal New York.

Melalui akun media sosialnya, Mamdani kemudian menanggapi dukungan Trump kepada Cuomo dengan nada sindiran. "Selamat, Andrew Cuomo. Saya tahu betapa kerasnya Anda bekerja untuk ini," tulisnya di platform X.

Unggahan Mamdani itu langsung viral dan memicu berbagai reaksi dari pengguna media sosial. Banyak warganet menilai dukungan Trump justru bisa menjadi bumerang bagi Cuomo.

"Di masa seperti ini dalam sejarah, bagi seorang politisi yang menerima dukungan dari Trump berarti kariernya tamat dan kemungkinan hukuman penjara di masa depan," tulis seorang pengguna X.

"Hadiah yang sempurna untuk Mamdani-Cuomo mengingatkan semua orang siapa dirinya sebenarnya. Sepertinya memilih Cuomo sama dengan memilih MAGA! Semoga warga New York memperhatikan," komentar lain berbunyi.

Hasil survei Mamdani ungguli Cuomo

Mamdani menunjukkan keunggulan signifikan dalam persaingan melawan Cuomo. Menurut survei terbaru Universitas Quinnipiac yang dilakukan pada 23–27 Oktober, Mamdani memimpin dengan 43% suara, jauh mengungguli Cuomo (33%) dan kandidat Republik Curtis Sliwa (14%).

Pemilihan ini didominasi oleh isu-isu krusial seperti biaya hidup, keamanan publik, dan bagaimana para kandidat merespons ancaman Presiden AS Donald Trump yang berencana menahan dana federal jika Mamdani menang.

Kebangkitan Mamdani dinilai mencerminkan sentimen politik saat ini. Lincoln Mitchell, profesor politik di Universitas Columbia, menyoroti keunikan Mamdani.

"Mamdani adalah figur politik yang unik dan mencerminkan semangat zaman ini. Ini adalah momen ketika suara anti-Trump yang kuat dari kota terbesar Amerika menjadi sorotan," kata Mitchell kepada AFP.

"Terus terang, seorang kandidat muslim untuk wali kota New York adalah kisah yang luar biasa," tambahnya.

Tunjukkan perpecahan di tubuh Demokrat

Mamdani menyoroti retorika Islamofobia serta mengecam dua partai besar AS atas sentimen anti-Muslim yang ia klaim masih terjadi di NYC. Kebangkitannya dinilai menunjukkan perpecahan antara sayap kiri progresif dan faksi tengah di tubuh Partai Demokrat.

Kampanye Mamdani mengklaim didukung oleh lebih dari 90.000 sukarelawan, didorong oleh gelombang aktivis muda yang melihatnya sebagai simbol perubahan.

"Ini benar-benar tentang warga berbicara kepada sesama warga tentang kota yang kita cintai," sebut Mamdani kepada The Daily Show.

Salah seorang relawan muda, Abid Mahdi, 15, mengatakan kepada AFP, "Ketika saya memikirkan Zohran, saya teringat akan sosok Bernie Sanders bagi banyak orang Amerika. Dia adalah Bernie Sanders versi saya."

Untuk memperkuat citra ini, Mamdani bahkan tampil bersama Senator Bernie Sanders di Queens pada 26 Oktober. Selain itu, ia juga menarik pemilih senior dengan menghadiri kegiatan sosial di panti jompo Brooklyn.

Meskipun progresif, Mamdani menghadapi gesekan internal. Gubernur New York Kathy Hochul, yang dikenal moderat, sempat menghadiri rapat umum Mamdani pada 26 Oktober, namun sambutannya diwarnai sorakan "tax the rich". Hochul sendiri secara terbuka mengkritik proposal Mamdani untuk mengenakan pajak tambahan 2 persen bagi warga berpenghasilan di atas USD1 juta.

Hingga akhir pekan lalu, Dewan Pemilu New York City mencatat pemungutan awal yang signifikan: 275.006 pemilih Demokrat, 46.115 pemilih Republik, dan 42.383 pemilih independen telah memberikan suara. Keunggulan Mamdani dalam survei terbaru ini menjadi indikator penting pergeseran politik di kota tersebut. (Hindustantimes/Fer/I-1)

Read Entire Article
Global Food