
TIONGKOK menjatuhkan sanksi terhadap lima anak perusahaan Hanwha Ocean asal Korea Selatan yang beroperasi di Amerika Serikat (AS) pada Selasa (14/10). Beijing menuduh mereka mendukung investigasi pemerintah AS terhadap industri pelayaran, menyusul diberlakukannya biaya pelabuhan timbal balik oleh kedua negara.
Amerika Serikat pada April lalu mengumumkan akan mengenakan biaya terhadap kapal-kapal yang dioperasikan Tiongkok setelah investigasi Bagian 301 menyimpulkan ada dominasi tidak wajar Beijing di sektor tersebut.
Sebagai balasan, pemerintah Tiongkok pekan lalu menetapkan biaya pelabuhan khusus bagi kapal AS yang masuk ke pelabuhan-pelabuhan Tiongkok. Kebijakan kedua pihak mulai berlaku Selasa (14/10).
Lima anak perusahaan Hanwha yang dikenai sanksi ialah Hanwha Shipping LLC, Hanwha Philly Shipyard Inc., Hanwha Ocean USA International LLC, Hanwha Shipping Holdings LLC, dan HS USA Holdings Corp.
Menurut pernyataan Kementerian Perdagangan Tiongkok, investigasi dan tindakan lanjutan AS sangat merugikan hak dan kepentingan sah perusahaan-perusahaan Tiongkok. Anak usaha Hanwha disebut membantu dan mendukung kegiatan investigasi yang relevan dari pemerintah AS, yang membahayakan kedaulatan, keamanan dan kepentingan pembangunan Tiongkok.
Dengan sanksi ini, organisasi dan individu di Tiongkok dilarang melakukan kerja sama dengan perusahaan-perusahaan tersebut.
Penyelidikan Lanjutan dan Persaingan tidak Sehat
Secara terpisah di hari yang sama, Kementerian Perhubungan Tiongkok mengumumkan penyelidikan terkait potensi dampak investigasi Pasal 301 AS terhadap kepentingan keamanan dan pembangunan industri pembuatan kapal dan rantai pasokan nasional.
Kementerian itu menyatakan akan menilai apakah ada perusahaan atau individu yang memberikan dukungan terhadap penyelidikan tersebut. Hal ini membuka kemungkinan penambahan perusahaan terkait AS yang akan dikenai pembatasan.
Washington menyatakan kebijakan biaya pelabuhan dimaksudkan untuk mengurangi dominasi Tiongkok dalam pelayaran global sekaligus mendorong pembangunan lebih banyak kapal di wilayah AS.
Saat ini, industri pembangunan kapal dikuasai Asia. Tiongkok memproduksi hampir setengah dari total kapal yang diluncurkan secara global, melampaui Korea Selatan dan Jepang.
Hanwha, salah satu pemain utama di sektor tersebut, pada Agustus lalu mengumumkan investasi senilai US$5 miliar di Philly Shipyard di Philadelphia.
Kementerian Perdagangan Tiongkok, dalam pernyataan terpisah, mengecam langkah AS sebagai tindakan unilateralis dan proteksionis yang khas yang mencerminkan persaingan tidak adil.
"Tiongkok mendesak AS untuk memperbaiki praktik-praktiknya yang salah, bekerja sama dengan Tiongkok dalam arah yang sama, dan menyelesaikan masalah-masalah yang menjadi perhatian bersama melalui dialog dan konsultasi yang setara," demikian bunyi pernyataan tersebut. (AFP/I-2)