8 hours ago
4
Pelatih Juventus Luciano Spalletti(Instagram/@Juventus)
LUCIANO Spalletti mengawali misi kebangkitan Juventus di Liga Champions dengan menghadapi Sporting Lisbon pada laga keempat fase grup, Rabu (5/11) dini hari WIB.
Pertandingan tersebut menjadi ujian pertama bagi pelatih berpengalaman itu di kompetisi Eropa sejak resmi menggantikan Igor Tudor.
Mantan pelatih timnas Italia tersebut memulai debutnya bersama Bianconeri dengan hasil positif setelah menang 2-1 atas Cremonese pada akhir pekan lalu.
Dalam waktu kurang dari dua hari bersama tim, sentuhan khas Spalletti sudah mulai terlihat, terutama dalam hal keseimbangan permainan dan fleksibilitas taktik.
Spalletti menampilkan kejutan dengan menurunkan gelandang asal Belanda, Teun Koopmeiners, sebagai bagian dari tiga bek tengah. Langkah berani itu langsung membuahkan hasil dengan meningkatnya soliditas pertahanan Juventus yang sebelumnya menjadi titik lemah tim.
“Yang terpenting adalah tim, bukan individu. Jika semua pemain memiliki hubungan dan tujuan yang sama, suatu hari Anda akan merasa sudah naik ke level berikutnya,” ujar Spalletti dikutip dari AFP.
“Dalam situasi seperti ini, kita harus berani. Entah kita bermain dengan cara yang benar atau sebaiknya menyingkir.”
Bagi Spalletti, menangani Juventus adalah kesempatan untuk memulihkan reputasinya setelah periode sulit bersama timnas Italia yang ia sebut sebagai “luka”.
Ia berharap dapat mengulangi kisah sukses seperti saat membawa Napoli juara Serie A untuk pertama kalinya dalam 33 tahun.
Pelatih berusia 66 tahun itu dikenal sebagai sosok eksentrik di dunia sepak bola Italia, dengan karakter kuat dan gaya taktis yang kerap di luar kebiasaan.
Namun, hubungan yang tegang dengan beberapa pemain bintang di masa lalu, mulai dari Francesco Totti hingga Mauro Icardi, membuatnya kerap menjadi sorotan.
“Yang terpenting adalah membangun hubungan dengan para pemain, itu yang selalu saya lakukan. Semoga kali ini saya berhasil melakukannya, karena di timnas saya tidak,” tutur Spalletti.
Juventus saat ini berada di posisi sulit di grup dengan baru mengumpulkan dua poin dari tiga laga. Spalletti juga dihadapkan pada persoalan cedera sejumlah pemain penting seperti Kenan Yildiz, Lloyd Kelly, Juan Cabal, dan Gleison Bremer.
Meski demikian, kemenangan atas Cremonese memberi sinyal kebangkitan. Gol Filip Kostic dan Andrea Cambiaso menunjukkan bahwa Spalletti masih memiliki banyak kejutan dalam upayanya menghidupkan kembali kejayaan Si Nyonya Tua di kancah Eropa. (H-4)
