Riset Terbaru: Kebanyakan Orang yang Mengaku Sensitif terhadap Gluten Ternyata Bereaksi pada Faktor Lain

5 hours ago 2
 Kebanyakan Orang yang Mengaku Sensitif terhadap Gluten Ternyata Bereaksi pada Faktor Lain Ilustrasi(freepik)

PENELITIAN terbaru yang dipublikasikan di jurnal medis The Lancet mengungkap sebagian besar orang yang mengaku sensitif terhadap gluten sebenarnya tidak bereaksi terhadap gluten itu sendiri. Sebaliknya, gejala yang mereka alami kemungkinan besar disebabkan faktor lain seperti karbohidrat fermentasi (FODMAP), komponen lain dalam gandum, atau bahkan interaksi antara otak dan sistem pencernaan.

Studi komprehensif ini menganalisis berbagai penelitian tentang non-celiac gluten sensitivity (NCGS), kondisi yang dialami sekitar 10% populasi dunia. Peneliti berupaya memahami mengapa sebagian orang mengalami gejala seperti kembung, sakit perut, dan kelelahan setelah mengonsumsi makanan yang mengandung gluten, padahal mereka tidak menderita penyakit celiac.

Gejala Bukan Karena Gluten

Asisten Profesor Jessica Biesiekierski dari University of Melbourne, yang memimpin penelitian, mengatakan hasil riset ini menantang anggapan umum tentang sensitivitas gluten.

“Berlawanan dengan kepercayaan populer, sebagian besar penderita NCGS tidak bereaksi terhadap gluten,” ujarnya. “Temuan kami menunjukkan bahwa gejala lebih sering dipicu oleh karbohidrat fermentasi (FODMAP), komponen gandum lainnya, atau bahkan ekspektasi dan pengalaman sebelumnya terhadap makanan.”

Dalam uji coba yang dikontrol ketat, hanya sedikit peserta yang menunjukkan reaksi nyata terhadap gluten. Sebagian besar respon serupa dengan efek plasebo.

Spektrum Gangguan Otak-Usus

Menurut Biesiekierski, bukti terbaru menunjukkan penderita irritable bowel syndrome (IBS) yang menganggap dirinya sensitif terhadap gluten sering bereaksi serupa terhadap gluten, gandum, maupun plasebo. “Ini menunjukkan cara seseorang menafsirkan sensasi pada usus sangat memengaruhi gejala yang muncul,” katanya.

Temuan ini memperkuat pandangan NCGS lebih berkaitan dengan gangguan interaksi otak-usus, dibandingkan dengan kelainan akibat gluten semata.

Dampak bagi Kesehatan Masyarakat

Tim peneliti dari Australia, Belanda, Italia, dan Inggris menilai hasil riset ini dapat memengaruhi cara diagnosis, pemberian saran diet, dan komunikasi kesehatan masyarakat.

“Jutaan orang di dunia menghindari gluten karena mengira itu berbahaya bagi pencernaan mereka,” kata Biesiekierski. “Memahami kondisi ini secara ilmiah dan klinis sangat penting karena memengaruhi hingga 15 persen populasi global.”

Pendekatan Baru dan Personalisasi Perawatan

Asisten Profesor Jason Tye-Din dari Royal Melbourne Hospital menambahkan pemahaman baru ini akan membantu dokter membedakan NCGS dari gangguan usus lain.

“Membedakan kondisi ini penting agar pasien mendapat diagnosis yang tepat dan perawatan yang disesuaikan, tanpa perlu pembatasan diet yang tidak perlu,” ujarnya.

Biesiekierski menutup dengan menyerukan perubahan narasi publik. “Kami ingin pesan kesehatan masyarakat bergeser dari anggapan bahwa gluten berbahaya, karena riset menunjukkan hal itu tidak selalu benar,” katanya. (Science Daily/Z-2)

Read Entire Article
Global Food