Radiofrequency Ablation Tiroid, Solusi Minimal Invasif untuk Atasi Nodul Tiroid Jinak

9 hours ago 3
Radiofrequency Ablation Tiroid, Solusi Minimal Invasif untuk Atasi Nodul Tiroid Jinak Ilustrasi(Freepik)

MESKI sebagian besar bersifat jinak, nodul tiroid dapat menimbulkan keluhan seperti benjolan di leher, rasa tak nyaman saat menelan, hingga masalah kesehatan lain yang dapat memengaruhi kualitas hidup. Prosedur Radiofrequency Ablation (RFA) kini menjadi salah satu pendekatan terapi modern tanpa operasi yang ditawarkan bagi pasien nodul tiroid jinak.

Apa itu nodul tiroid?

"Nodul tiroid adalah benjolan atau pertumbuhan abnormal pada kelenjar tiroid yang dapat bersifat jinak atau ganas. Nodul ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya pertumbuhan jaringan tiroid (adenoma tiroid) berlebih yang umumnya bukan kanker dan tidak berbahaya, kecuali ukurannya menimbulkan gejala atau menyebabkan hipertiroid," ungkap Dokter Spesialis Penyakit Dalam Subspesialis Endokrinologi, Metabolik, dan Diabetes RS Pondok Indah – Puri Indah dr. M. Ikhsan Mokoagow, MMedSci, Sp. P.D, Subsp. E.M.D, FINASIM, FACE, dalam keterangan pers, Senin (3/11)

Selain itu, lanjut Ikhsan, nodul tiroid juga dapat disebabkan oleh adanya kista tiroid. Kondisi ini umumnya berasal dari adenoma yang mengalami kerusakan dan berisi cairan. 

Namun, sebagian kista tiroid juga memiliki komponen padat yang berpotensi menjadi ganas. 

MI/HO--Dokter Spesialis Penyakit Dalam Subspesialis Endokrinologi, Metabolik, dan Diabetes RS Pondok Indah – Puri Indah dr. M. Ikhsan Mokoagow, MMedSci, Sp. P.D, Subsp. E.M.D, FINASIM, FACE

"Kondisi lain yang dapat menyebabkan nodul tiroid adalah gondok multinodular, yaitu pembesaran kelenjar tiroid yang memiliki lebih dari satu nodul. Gondok multinodular juga sering dikaitkan dengan kekurangan yodium atau gangguan fungsi tiroid," kata dokter yang mengambil pendidikan spesialis penyakit dalam dan subspesialis endokrinologi metabolik dan diabetes di Universitas Indonesia. 

Ikhsan mengatakan, nodul tiroid juga dapat menjadi indikasi adanya kanker tiroid. 

"Meski kemungkinan nodul yang bersifat kanker relatif kecil, tetapi risikonya meningkat jika seseorang memiliki riwayat keluarga dengan kanker tiroid atau paparan radiasi," ujarnya. 

Terakhir, defisiensi yodium dalam pola makan juga dapat memicu terbentuknya nodul. Namun, kasus ini jarang terjadi di negara yang telah menambahkan yodium pada garam atau makanan sehari-hari, seperti di Indonesia.

Gejala nodul tiroid bervariasi, mulai dari tidak ada gejala sama sekali hingga gejala kesulitan menelan atau perubahan suara. Untuk mendiagnosis nodul tiroid, umumnya dilakukan pemeriksaan fisik, tes darah, serta pencitraan seperti USG dan biopsi. 

Sementara itu, penanganan nodul tiroid tergantung pada jenis dan ukuran nodul, serta gejala yang dialami pasien, serta ganas atau tidaknya nodul tersebut.

Apa itu Radiofrequency Ablation Tiroid?

Radiofrequency Ablation (RFA) tiroid adalah prosedur medis minimal invasive yang digunakan untuk mengecilkan nodul tiroid tanpa perlu dilakukan pembedahan. 

"Teknologi medis ini memanfaatkan teknik ablasi termal dengan gelombang radiofrekuensi untuk menghasilkan panas dan menghancurkan jaringan nodul tiroid secara selektif," ujar Ikhsan 

"Dengan panduan ultrasonografi (USG), dokter akan memasukkan elektroda khusus ke dalam nodul dan memanaskannya hingga suhu 60-100°C untuk mengecilkan ukuran nodul secara bertahap, dengan hasil klinis yang efektif dan waktu pemulihan yang singkat. Prosedur ini dilakukan dengan anestesi (bius) lokal dan umumnya pasien dapat kembali beraktivitas normal dalam 1–2 hari setelah tindakan," lanjutnya.

Keuntungan dan rekomendasi tindakan RFA tiroid

Radiofrequency Ablation (RFA) direkomendasikan bagi pasien yang memiliki nodul tiroid jinak, terutama yang telah dikonfirmasi melalui prosedur Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB). 

Nodul jinak ini, meskipun tidak bersifat ganas, dapat menimbulkan berbagai keluhan seperti rasa tidak nyaman di leher, gangguan saat menelan, hingga suara serak yang dapat memengaruhi kualitas hidup.

"Selain itu, RFA juga menjadi pilihan terapi yang efektif untuk pasien dengan toxic adenoma, yaitu nodul tiroid yang aktif secara hormonal dan menyebabkan gejala hipertiroid ringan hingga sedang," ungkap Ikhsan. 

"Bagi pasien yang secara medis tidak memungkinkan untuk menjalani operasi, atau merasa khawatir dengan risiko pembedahan, RFA hadir sebagai solusi yang lebih efektif dalam mengendalikan aktivitas nodul toksik tanpa sayatan," tambahnya.

Keunggulan RFA dibandingkan dengan tindakan pembedahan cukup signifikan. Prosedur ini tidak meninggalkan bekas luka sayatan karena hanya menggunakan jarum kecil. 

"Pasien umumnya dapat kembali beraktivitas normal dalam waktu 1–2 hari setelah tindakan. Selain itu, karena hanya jaringan nodul yang dihancurkan, fungsi tiroid tetap terjaga, sehingga pasien tidak memerlukan terapi pengganti hormon seperti yang umum diberikan pascaoperasi pengangkatan tiroid," papar Ikhsan. 

Tindakan RFA, tambahnya, juga memiliki risiko komplikasi yang sangat rendah, seperti perdarahan, infeksi, atau gangguan pita suara. RFA menjadi alternatif terapi yang memberikan hasil klinis yang optimal dengan tetap mempertahankan kualitas hidup pasien.

Proses tindakan RFA tiroid

Sebelum prosedur, pasien akan menjalani evaluasi klinis yang mencakup pemeriksaan USG dan FNAB untuk memastikan bahwa nodul bersifat jinak. Setelah itu, tindakan RFA dilakukan dalam kondisi steril dengan panduan USG secara real-time.

Dokter akan mengarahkan elektroda ke area yang dituju, lalu memanaskan jaringan nodul secara bertahap dengan teknik “moving-shot”. 

"Proses ini berlangsung sekitar 30–60 menit. Setelah tindakan, pasien akan diminta beristirahat sejenak sebelum diperbolehkan pulang. Pasien biasanya mulai merasakan pengecilan nodul dalam beberapa minggu, dan hasil maksimal terjadi dalam 3–6 bulan setelah prosedur, dengan rata-rata pengurangan volume hingga 80%," jelas Ikhsan.

Dampak RFA terhadap kualitas hidup pasien

RFA menawarkan solusi yang lebih ringan, terutama bagi pasien dengan pekerjaan aktif, lansia, atau mereka yang memiliki kondisi medis tertentu di mana tindakan operasi merupakan sebuah risiko. 

Pasien yang menjalani RFA umumnya melaporkan kepuasan tinggi, baik dari sisi perbaikan gejala fisik maupun peningkatan kepercayaan diri akibat mengecilnya benjolan di leher. 

"Prosedur ini juga menghindarkan pasien dari kemungkinan hipotiroid jangka panjang yang sering muncul pasca operasi pengangkatan kelenjar tiroid total," pungkas Ikhsan. (Z-1)

Read Entire Article
Global Food