Pakar UGM Jelaskan Asal-Usul Sumber Air Pegunungan pada Produk Aqua

4 hours ago 3
Pakar UGM Jelaskan Asal-Usul Sumber Air Pegunungan pada Produk Aqua Ilustrasi(Istimewa)

POLEMIK mengenai asal-usul sumber air yang digunakan oleh Aqua mendapat penjelasan langsung dari pakar.

Profesor Heru Hendrayana, ahli hidrogeologi dari Universitas Gadjah Mada (UGM), menegaskan bahwa sumber air Aqua terbukti berasal dari sumber air pegunungan berdasarkan hasil riset ilmiah yang melibatkan Pusat Aplikasi Teknologi Isotop Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Menurut Prof. Heru, penentuan apakah suatu sumber air layak disebut sumber air pegunungan tidak bisa dilakukan sembarangan, tetapi harus didasarkan pada penelitian hidrogeologi dan analisis hidro isotop.

Sebagai salah satu tim ahli yang ikut meninjau sumber air di pabrik Aqua Subang, Prof. Heru memastikan bahwa sumber air yang digunakan memiliki karakteristik yang sama dengan sumber air pegunungan yang berasal dari wilayah tangkapan air di gunung Tangkuban Perahu.

"Sumber airnya memang berasal dari sistem hidrogeologi pegunungan. Itu dibuktikan lewat penelitian isotop yang menunjukkan kesamaan ‘DNA’ sumber airnya dengan air yang turun dan tersimpan di sumber air pegunungan dimana pabrik Aqua berada,” jelas Prof. Heru dikutip dari siaran pers yang diterima, Senin (27/10).

Ia menambahkan, sumber air pegunungan tidak selalu harus diambil dari puncak gunung. Secara ilmiah, sumber air yang berasal dari lereng, kaki, atau dataran tinggi yang masih termasuk dalam sistem sumber air pegunungan juga tergolong sumber air pegunungan, selama asal-usulnya memang dari kawasan tersebut.

"Jadi, lokasi pengambilan bisa di berbagai titik dalam sistem sumber air pegunungan, yang penting asal hidrologinya sama,” katanya.

Melalui riset isotop, lanjutnya, para ahli dapat mengetahui asal muasal sumber air dan ketinggian tempat hujan jatuh yang menjadi sumbernya.

“Setiap sumber air punya ‘DNA’-nya sendiri. Dari isotop air, kita bisa mendeteksi apakah sumber air itu benar berasal dari sumber air pegunungan atau bukan. Dalam kasus Aqua, hasilnya menunjukkan bahwa karakter sumber airnya sesuai dengan sumber air pegunungan,” ujarnya.

Prof. Heru juga meluruskan persepsi bahwa sumber air pegunungan harus selalu berasal dari mata air di permukaan gunung.

"Tidak semua mata air di gunung merupakan sumber air pegunungan. Ada yang hanya berasal dari air hujan dangkal yang cepat keluar kembali ke permukaan. Sumber air seperti itu berbeda dengan yang telah melalui sistem batuan dan proses alami di sumber air pegunungan,” jelas dia.

Ia menegaskan bahwa sumber air permukaan terbuka, seperti air hujan langsung atau genangan, tidak digunakan oleh industri AMDK besar karena berisiko terpapar cemaran.

"Aqua mengambil sumber air yang terlindungi di dalam sistem alamiah, namun secara asal-usul tetap satu sistem dengan sumber air pegunungan. Jadi DNA-nya sama,” tegasnya.

Prof. Heru juga mengingatkan masyarakat untuk berhati-hati terhadap produk air minum yang tidak melalui riset ilmiah mengenai asal-usul sumber airnya.

"Yang perlu diwaspadai justru produk kecil yang mengklaim sumber air pegunungan tanpa bukti ilmiah. Sementara perusahaan besar seperti Aqua memiliki riset komprehensif untuk membuktikan asal dan kualitas sumber airnya,” tandasnya. (E-4)

Read Entire Article
Global Food