Konsumsi Jajanan Hanya Boleh 10 Persen dari Kebutuhan Kalori Harian

3 weeks ago 14
Konsumsi Jajanan Hanya Boleh 10 Persen dari Kebutuhan Kalori Harian Ilustrasi(Freepik)

MEMBELI jajanan atau cemilan tentu menjadi hal yang disukai oleh masyarakat Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya pedagang cemilan yang berada di jalanan atau pun produk dalam kemasan yang ada di toko serba ada. 

Meski begitu, ternyata konsumsi jajanan juga harus diperhatikan karena dapat membuat peningkatan berat badan. Maka dari itu, pilihan jajanan sehat dapat menjadi alternatif bagi masyarakat yang terkadang membutuhkan makanan selingan. 

Dietisien PKIAN RSAB Harapan Kita Siti Dharma Azizah menjelaskan fungsi makanan selingan adalah untuk melengkapi kebutuhan gizi yang mungkin tidak tercukupi dalam kebutuhan sehari-hari. 

“Misalnya sedang tidak enak makan padahal kebutuhan makanan kita tiga kali sehari atau kebutuhan kalorinya 2.100 dan karena tidak enak badan terpenuhinya 1.500. Pelengkapnya adalah makanan jajanan yang sehat. Untuk orang yang sehat, makanan selingan ini hanya 10% dari kebutuhan kalori,” ungkapnya dalam Live Instagram RSAB Harapan Kita. 

“Tapi jajanan ini kadang suka kelebihan seperti makan mie ayam atau fast food yang akhirnya makanan selingan ini akan menjadi pemicu bertambahnya berat badan kita. Maka dari itu, jajanan ini bisa menjadi pelengkap yang baik atau tidak baik. Ini akan baik kalau melengkapi kebutuhan kalori yang kurang,” sambung Siti. 

Lebih lanjut, menurutnya, jajanan sehat dapat diartikan sebagai jajanan yang segar atau bukan berasal dari makanan kemasan dan pabrikan. Salah satu contohnya adalah buah-buahan, sayuran, dan lain sebagainya. 

“Tapi hati-hati juga salad buah ini biasanya kebanyakan mayones yang diambil daripada buahnya. Lalu kalau misalnya ternyata asupan kalorinya masih kurang, boleh makanan selingan lebih dari 10% misalnya roti sandwich yang punya gizi seimbang. Atau misalnya puding yang di dalamnya ada susu dan buah. Itu bisa melengkapi kebutuhan kalori,” jelasnya. 

Pada prinsipnya, Siti menekankan bahwa jajanan atau makanan selingan itu tidak salah. Tinggal bagaimana caranya agar masyarakat mampu memadankan kebutuhan agar mampu memenuhi kebutuhan kalori. 

Terkait dengan makanan kemasan yang sering dijadikan sebagai jajanan, Siti mengimbau agar masyarakat memperhatikan kandungan yang ada dalam makanan kemasan tersebut.

“Makanan kemasan harus menjadi perhatian masyarakat karena pada prinsipnya kandungan gula yang terdapat pada makanan kemasan, garam dan lemaknya yang tersembunyi dalam kemasan itu juga harus kita lihat. Kemenkes kan sudah memberikan batasan pada kita bahwa konsumsi gula itu tidak boleh lebih dari 4 sendok makan, begitu juga garam dan lemak. Maka dari itu bijaknya kita harus melihat kandungan dalam makanan kemasan yang mau kita beli,” ujar Siti.

Untuk itu, menurutnya, makanan yang harus dikonsumsi masyarakat sebaiknya mengandung gizi seimbang atau mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. 

“Untuk makanan selingan dalam kemasan, kita bisa melihat bagaimana kandungan zat gizi yang ada di dalamnya. Lalu kalau kita mau beli jajanan di luar juga harus diperhatikan tempatnya bersih, tidak dikerubungi lalat, lalu penjualnya juga apakah memakai sarung tangan atau tidak, dan lainnya,” tandasnya. (Z-1)

Read Entire Article
Global Food