Pemulangan jenazah sandera Israel.(Xinhua)
PRESIDEN Amerika Serikat Donald Trump menyoroti sikap Hamas yang dinilai berpotensi menghambat kelanjutan kesepakatan gencatan senjata. Dalam unggahannya di Truth Social, Trump menyebut akan memantau langkah Hamas dalam 48 jam ke depan dan mendesak agar pemulangan jenazah sandera segera dilakukan.
Menurut laporan Channel 12, pernyataan tersebut bukan merupakan tenggat waktu resmi, namun sinyal kuat bahwa Washington menginginkan respons cepat dari Hamas.
Di pihak lain, Israel dilaporkan tengah menimbang opsi memperluas garis kuning pasukan IDF ke barat Gaza untuk menekan Hamas agar mematuhi perjanjian gencatan senjata. Meski Amerika Serikat menolak pembatasan bantuan kemanusiaan, Washington disebut membuka peluang tindakan militer terbatas jika Hamas terus menahan jenazah sandera.
Utusan Trump, Steve Witkoff dan Jared Kushner, menyampaikan AS memberikan tekanan maksimal kepada Hamas untuk melanjutkan proses pemulangan. Dalam pertemuan Trump dengan Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani, Trump menegaskan prioritas utamanya adalah memulangkan jenazah warga negara AS, Itay Chen dan Omer Neutra.
Serakan satu jenazah sandera Israel
Hamas sebelumnya menyerahkan satu jenazah sandera yang telah meninggal dunia kepada Palang Merah pada Senin malam. Jenazah itu kemudian diserahkan kepada otoritas Israel untuk proses konfirmasi identitas.
Penyerahan ini menjadi yang pertama dalam enam hari terakhir, di tengah tuduhan bahwa Hamas belum memenuhi kesepakatan gencatan senjata yang disepakati sejak 10 Oktober.
Dalam perjanjian yang dimediasi Amerika Serikat, Hamas diwajibkan memulangkan seluruh 48 sandera, baik hidup maupun meninggal dunia, dalam waktu 72 jam. Namun hingga kini, Hamas baru menyerahkan empat dari 28 jenazah yang ditahan, sementara 20 sandera hidup telah dibebaskan. Masih ada 13 jenazah sandera yang diyakini berada di Jalur Gaza.
Dalam keterangan resminya, Hamas menyebut telah mengambil jenazah seorang sandera tanpa memberikan detail tambahan. Menurut laporan Al Jazeera, jenazah itu ditemukan di kawasan Tuffah, Kota Gaza, sebelum diserahkan ke Palang Merah.
Peti jenazah kemudian dibawa ke pasukan IDF, diperiksa, dibungkus bendera Israel, dan dilakukan upacara kecil oleh rabi militer sebelum dibawa ke Tel Aviv untuk identifikasi forensik di Abu Kabir.
Laporan Channel 13 menyebut intelijen Israel yakin Hamas masih menahan sedikitnya 10 dari 13 jenazah yang diketahui keberadaannya. Di antara mereka terdapat Kolonel Asaf Hamami dan Letnan Hadar Goldin, dua perwira IDF yang tewas pada 2014 dan kini dianggap sebagai simbol nasional. Israel menuduh Hamas sengaja menyembunyikan jenazah-jenazah tersebut, melanggar perjanjian gencatan senjata.
Tanggapan Hamas dan Reaksi Israel
"Klaim pendudukan bahwa Hamas mengetahui keberadaan para sandera adalah salah, terutama setelah agresi di Jalur Gaza yang telah mengubah wajah wilayah tersebut," kata Juru Bicara Hamas Hazem Qassem, membantah tuduhan Israel.
Sementara itu, Kepala Staf IDF Letnan Jenderal Eyal Zamir menegaskan bahwa perang tidak akan berakhir sampai seluruh sandera yang tewas dipulangkan. Ia menyebut pemulangan mereka sebagai misi suci dan menyerukan kelanjutan operasi militer terhadap Hamas.
Forum Sandera dan Keluarga Hilang mendesak pemerintah Israel dan para mediator internasional untuk menunda tahap lanjutan rencana perdamaian Gaza sampai Hamas mematuhi perjanjian.
"Hamas tahu persis di mana setiap sandera yang tewas ditawan. Dua minggu telah berlalu sejak batas waktu pengembalian 48 sandera, namun 13 orang masih ditahan Hamas," tulis forum tersebut. (Fer/I-1)

4 hours ago
1
















































