Ribuan siswa menandatangani petisi pembatalan TKA.(Dok. Change.org)
Gladi bersih Tes Kemampuan Akademik (TKA) yang dilaksanakan pada 27-30 Oktober 2025 menuai beragam reaksi dari peserta. Di hari pertama pelaksanaan, banyak siswa meluapkan kekecewaan karena menilai penyelenggaraan tes tersebut kurang matang.
Kritik terhadap pelaksanaan TKA 2025 bahkan berujung pada munculnya petisi pembatalan di situs Change.org. Petisi yang dibuat oleh akun bernama Siswa Agit itu, hingga Selasa, 28 Oktober 2025 pukul 10.13 WIB, telah mengumpulkan 157.643 tanda tangan.
Dalam keterangan di petisinya, Siswa Agit meminta pemerintah untuk meninjau ulang keputusan menggelar TKA. “Kami berharap adanya penundaan atau pembatalan TKA 2025 agar siswa memiliki waktu lebih untuk mempersiapkan diri dengan baik,” tulisnya.
Kritik Terhadap Kurikulum dan Persiapan yang Minim
Siswa Agit menilai pelaksanaan TKA tidak hanya menambah tekanan mental, tetapi juga “mempermainkan masa depan pendidikan siswa.” Ia menyoroti bahwa penerapan Kurikulum Merdeka di sekolahnya justru menimbulkan banyak kendala di sisi peserta didik.
“Kami baru saja beradaptasi dengan Kurikulum Merdeka, lalu tiba-tiba TKA diumumkan. Ini membuat kami kehilangan kepastian dalam proses belajar,” ungkapnya, dikutip dari Medcom, Selasa (28/10).
Ia juga menyoroti minimnya waktu persiapan. Berdasarkan penjelasannya, guru dan siswa hanya memiliki waktu sekitar 3,5 bulan untuk mempersiapkan diri. Bahkan, setelah kisi-kisi TKA dibagikan pada Juli, banyak guru bimbel yang berusaha memprediksi soal, namun hasilnya jauh dari akurat. “Perkiraan soal baru mulai disusun ulang setelah simulasi TKA online pertama. Waktu kami sangat terbatas,” tulisnya.
Cakupan Materi dan Ketimpangan Antarsekolah
Selain keterbatasan waktu, luasnya cakupan materi disebut menjadi masalah besar. Siswa mengaku kesulitan memprediksi jenis soal yang akan keluar, sementara ketidakpastian tersebut menambah tekanan mental.
Masalah lain yang disorot adalah ketimpangan mutu pendidikan antar sekolah. Menurut Siswa Agit, beberapa guru memanfaatkan “kebebasan mengajar” sebagai alasan untuk tidak memberikan pembelajaran secara maksimal. “Banyak siswa hanya belajar dari presentasi teman tanpa bimbingan yang memadai,” tulisnya.
Ia menilai kombinasi antara Kurikulum Merdeka dan TKA menjadi hal yang kontradiktif. “Kedua hal ini bukanlah pasangan yang ideal. Setelah pengumuman TKA, banyak sekolah masih dibebani ujian praktik, membuat jadwal siswa kelas 12 semakin padat,” tambahnya.
Menanggapi gelombang kritik dan petisi tersebut, Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan, Toni Toharudin, menyatakan bahwa pemerintah tetap melanjutkan pelaksanaan TKA sesuai jadwal.
“Disikapi dengan semangat saja, kita sedang berikhtiar untuk pendidikan yang bermutu,” ujarnya.
Ketika ditanya soal kemungkinan penundaan jadwal, Toni menegaskan, “Tidak ada perubahan.”
TKA merupakan ujian standar nasional yang dapat diikuti oleh siswa kelas akhir di berbagai jenjang pendidikan, mulai dari SD hingga SMA/SMK, baik jalur formal maupun nonformal. Tes ini bertujuan mengukur kemampuan akademik individu berdasarkan penguasaan materi pelajaran.
Nilai TKA juga akan menjadi salah satu syarat utama dalam Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) 2026. Berdasarkan jadwal resmi, pelaksanaan TKA 2025 untuk siswa SMA/SMK/sederajat akan berlangsung pada 3-9 November 2025. (Z-10)

5 hours ago
2
















































