Dasamukanomics

15 hours ago 3
Dasamukanomics Ono Sarwono Penyuka Wayang(MI/Seno)

PADA suatu kesempatan belum lama ini Presiden P rabowo Subianto menyatakan adanya mazhab serakahnomics di negeri ini. Itu sindiran terhadap sebagian pengusaha yang serakah, praktik ekonomi tidak beretika dan tidak berkeadilan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) , serakah itu artinya selalu hendak memiliki lebih dari yang dimiliki; loba; tamak; rakus. Jadi, mereka yang serakah itu merasa tidak pernah cukup dan terus menumpuk kekayaan dengan cara apa pun.

Dalam perspektif dunia wayang, mazhab demikian itu disebut Rahwananomics atau Dasamukanomics. Dasamuka ialah titah angkara yang tidak pernah puas dengan segala kemewahan yang telah digenggam dan terus memburu nafsu duniawi.

Perilaku rakus seperti itu dalam kearifan lokal dikenal dengan ungkapan ngemperi jagad, dunia halaman rumahnya. Maknanya, dunia seisinya ingin dikuasai sendiri. Gambaran tentang makhluk yang terus memuaskan syahwat dengan segala cara.

NAIK TAKHTA

Rahwana menjadi simbol keserakahan ialah karma dari kelakuan hina-ria orangtuanya. Ia buah nafsu terlarang dua insan berlainan jenis yang lupa daratan. Wisrawa-Sukesi bersanggama dalam gelora birahi yang belum terikat suami-istri.

Sejatinya dari bibit dan bobot, Rahwana bukan keturunan insan sembarangan. Wisrawa ialah resi kondang yang menjadi guru banyak orang. Sukesi putri tunggal Raja Alengka Prabu Sumali yang juga sangat terkenal seantero jagat.

Pertemuan bapak dan ibunya terjadi ketika Sukesi mengadakan sayembara bertitel Sastrajendra hayuningrat pangruwating diyu. Siapa pun yang bisa mengajarkan ilmu tersebut, bila lelaki, menjadi suaminya dan kalau wanita, menjadi saudaranya.

Suatu hari Wisrawa datang ke Alengka melamar Sukesi untuk dinikahkan dengan putranya, Danapati, Raja Lokapala. Namun, Sukesi kukuh dengan sayembaranya. Karena itu, tidak ada jalan lain, Wisrawa harus membeberkan ilmu wingit tersebut.

Syarat mengajarkan ilmu itu tidak boleh ada orang lain dan dalam kamar tertutup. Di situlah Wisrawa dan Sukesi saling tertarik dan kemudian terperangkap dalam gelegak libido. Akhirnya, terjadilah sesuatu yang semestinya tidak boleh terjadi.

Pascaperzinaan itu keduanya menikah. Jadi, Sukesi yang awalnya dilamar Wisrawa untuk dijadikan menantu malah menjadi istri. Tak lama kemudian lahirlah Rahwana dan menyusul Kumbakarna, Sarpakenaka, dan Gunawan.

Ketika dewasa, Rahwana nglungsur kawibawan menjadi raja bergelar Prabu Dasamuka menggantikan Prabu Sumali yang turun takhta karena menua. Prahasta (adik Sukesi) mendapat tugas mendampingi raja muda dengan jabatan patih.

Sebelum berkuasa, Dasamuka sudah menunjukkan bakat serakah. Misalnya dalam segala hal ingin lebih dari yang lain, selalu menang sendiri, kehendaknya harus dituruti. Itu berbeda dengan Kumbakarna dan Gunawan yang berwatak kesatria.

Keserakahan itu yang menjadi kisah sepanjang perjalanan hidup Dasamuka hingga ajal. Pada akhirnya, ketamakan itulah muara tamat riwayatnya. Kedigdayaan dan kesaktiannya yang luar biasa tidak bisa menyelamatkan pengembaraan nafsunya.

NAFSU DUNIAWI

Sederhananya, keserakahan Dasamuka itu sekitar urusan harta, takhta, wanita, yang artinya terkait dengan kekayaan, kekuasaan, dan kesukaan terhadap seks. Itu nafsu duniawi yang banyak diakui sebagai puncak kenikmatan hidup.

Dalam urusan kekayaan, hartanya berlimpah, tidak terbilang. Istana Alengka dan seluruh isinya diklaim sebagai milik pribadi raja. Belum cukup, semua warga wajib membayar pajak (upeti) untuk raja yang besarannya ditentukan tanpa kompromi.

Pada aspek kekuasaan, Dasamuka tidak puas dengan hanya berkuasa atas Alengka. Ia ingin menguasai jagat dan menobatkan diri sebagai rajanya para raja di seluruh dunia. Semua negara harus tunduk dalam kekuasaannya.

Demi ambisinya itu Dasamuka tidak peduli itu saudara atau bukan. Misalnya, pada suatu ketika ia langsung menyerbu Negara Lokapala untuk dikuasai. Padahal, raja negara tersebut, Danapati, kakaknya sendiri lain ibu. Bahkan ia tega membunuhnya.

Sebelum menikahi Sukesi, Wisrawa memiliki istri bernama Dewi Lokawati. Dari pernikahan itu lahir Danapati dan dewasanya menjadi raja Lokapala menggantikan bapaknya. Wisrawa, ketika menjadi raja bergelar Prabu Lokawana, lengser dan menjadi pandita di Pertapaan Girijembangan.

Masih banyak petualangan Dasamuka menaklukkan negara-negara lain tanpa pandang bulu. Kebetulan raja bermuka raksasa itu sangat sakti. Ia menguasai aji Pancasona yang membuatnya tidak bisa mati bila wadak masih menyentuh bumi.

Dalam pengembaraan keserakahannya, petualangan seks (cinta) yang paling mendominasi kisah hidupnya. Dasamuka memiliki istri bidadari Kahyangan, yaitu Bathari Tari. Ia tidak cukup hanya beristri wanita-wanita ayu berkasta marcapada.

Dari sejumlah perempuan yang menjadi istri dan wanita simpanannya, satu di antaranya yang terkenal bernama Sayempraba. Wanita berparas cantik jelita itu tidak tinggal di Istana Alengka, tetapi di sebuah pura indah di Hutan Goawindu.

LENYAP SELAMANYA

Kisah dramatik perburuan cinta Dasamuka dimulai ketika ingin meminang Bathari Sri Widawati dan dilanjutkan kepada para perempuan titisannya yang diyakini sebagai pembawa kemakmuran. Upaya pertama gagal karena Widawati menolak.

Tidak lama kemudian Dasamuka kepincut Kausalya, permaisuri Dasarata, Raja Ayodya, tapi gagal juga. Tak berhenti di situ, Dasamuka menggaet Citrawati, istri Arjunasasrabahu, raja Maespati. Kali ini tidak hanya gagal, satu tangannya cacat.

Pengalaman pahit itu tidak membuat Dasamuka kapok. Ia menculik Sinta ketika bersama suaminya, Rama, dan adiknya, Leksmana, sedang menjalani tapa brata di Hutan Dandaka. Upayanya berhasil, tapi tidak pernah mendapatkan cinta Sinta.

Kelancangannya menyembunyikan Sinta di Taman Argasonya, Alengka, menjadi penyebab lenyapnya Dasamuka. Namun, meski sudah berada di alam baka, rohnya yang bernama Godakumara masih mengejar-ngejar wanita (Sembadra), tapi lagi-lagi gagal.

Barangkali, sukma Dasamuka itulah yang kini ‘menitis’ kepada para pengusaha tamak dan rakus yang oleh Presiden disebut bermazhab serakahnomics. Semoga keserakahan segera berakhir di negeri ini dan rakyat sejahtera selamanya. (M-3)

Read Entire Article
Global Food