Bahaya Timbal dalam Makanan: Begini Cara Terbaik Melindungi Diri

3 hours ago 1
 Begini Cara Terbaik Melindungi Diri Ilustrasi(Freepik)

TIMBAL kembali menjadi perhatian publik. Zat berbahaya ini ditemukan dalam berbagai produk makanan dan suplemen — mulai dari bubuk protein hingga saus apel dan bubuk kayu manis.

Padahal, jelas timbal tidak seharusnya ada di makanan kita.

Paparan timbal telah lama dikaitkan dengan beragam dampak kesehatan serius: gangguan perkembangan dan kerusakan saraf pada anak-anak, hingga tekanan darah tinggi, nyeri sendi, dan masalah reproduksi pada orang dewasa.

Namun, laporan demi laporan terus muncul, menunjukkan tingginya kadar timbal dalam sejumlah produk populer. Tahun ini, Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) bahkan mengeluarkan pedoman baru tentang batas aman kandungan timbal dalam makanan bayi.

Jadi wajar jika muncul pertanyaan: mengapa timbal bisa ada di dalam makanan kita?

Bagaimana Timbal Masuk ke Dalam Makanan

Timbal adalah logam alami yang terdapat di kerak bumi. Selama berabad-abad, manusia telah menggunakannya dalam berbagai produk seperti bensin, cat, pipa air, kosmetik, keramik, hingga baterai.

Menurut Dr. Joseph Zagorski, ahli toksikologi dari Michigan State University, sumber utama timbal dalam makanan biasanya berasal dari tanah.

“Seperti logam berat lainnya, timbal memang bagian dari unsur alami Bumi,” jelasnya.

Beberapa jenis tanaman bahkan lebih mudah menyerap timbal dari tanah dan menyimpannya di jaringan mereka. Artinya, jika tanaman tumbuh di daerah dengan tingkat timbal tinggi, kandungannya juga bisa meningkat.

Namun, tidak semua timbal bersumber dari alam. Aktivitas manusia seperti peleburan logam, penggunaan pestisida tertentu, dan bensin bertimbal turut memperburuk pencemaran lingkungan.

Meski bensin mobil kini tak lagi mengandung timbal, zat ini masih dipakai dalam beberapa jenis bahan bakar lain dan dapat terbawa lewat udara lalu mengendap ke tanah dan tanaman.

Dalam kasus tertentu, kontaminasi bahkan terjadi karena timbal sengaja atau tidak sengaja ditambahkan ke makanan—seperti yang ditemukan pada kemasan saus apel anak-anak pada 2023. Meski begitu, kejadian semacam itu jarang terjadi.

Paparan dapat Diminimalisir

Karena logam berat seperti timbal sudah ada di lingkungan kita, hampir mustahil mencapai paparan nol. Meski begitu, bahkan kadar kecil pun bisa berdampak buruk bagi kesehatan, terutama pada anak-anak yang lebih rentan akibat ukuran tubuh dan metabolisme mereka.

FDA berupaya menekan paparan timbal dalam makanan seminimal mungkin, khususnya untuk produk anak-anak.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) menegaskan bahwa tidak ada batas paparan timbal yang benar-benar aman.

Sebagai acuan, FDA menetapkan tolok ukur paparan harian: 2,2 mikrogram untuk anak-anak dan 8,8 mikrogram untuk perempuan usia subur. Angka ini membantu menentukan kapan suatu produk perlu diinvestigasi lebih lanjut.

Cara Terbaik Melindungi Diri

Meski ada panduan resmi, sulit bagi masyarakat untuk mengetahui berapa banyak timbal yang sebenarnya terkandung di dalam makanan sehari-hari.

Menurut Dr. Tasha Stoiber, peneliti senior di Environmental Working Group, langkah paling bijak adalah memilih merek yang secara rutin menguji produk mereka terhadap kandungan logam berat.

Namun, strategi pertahanan terbaik—kata Zagorski—adalah mempertahankan pola makan yang beragam dan bergizi seimbang.

Ada dua alasan utama. Pertama, variasi makanan membantu mengurangi kemungkinan kamu mengonsumsi terlalu banyak dari satu jenis produk yang mungkin terkontaminasi timbal.

Contohnya, meskipun bubuk protein pernah dilaporkan mengandung timbal, penggunaan sesekali tidak akan terlalu berisiko dibanding seseorang yang mengonsumsinya tiga kali sehari. 

“Bubuk protein itu suplemen, bukan sumber utama makanan,” tegas Zagorski.

Kedua, makanan bergizi juga memperkuat pertahanan alami tubuh terhadap zat berbahaya. Misalnya, tubuh lebih mudah menyerap zat besi dibanding timbal. Jadi, jika tubuh mendapatkan cukup zat besi, sistem pencernaan akan cenderung “menolak” timbal dan mengeluarkannya.

“Segalanya tergantung pada dosis,” ujar Zagorski. “Tubuh kita sebenarnya sangat pintar membuang racun. Tugas kita adalah memberinya asupan yang tepat, bukan justru membebani dengan satu jenis makanan secara berlebihan.” (CNN/Z-1)

Read Entire Article
Global Food