Astronom Temukan "Super-Bumi" Dekat Tata Surya, Berpotensi Mendukung Kehidupan

4 hours ago 2
Astronom Temukan Ilustrasi Super-Earth GJ 251 c.(Universitas California, Irvine.)

SEBUAH tim peneliti internasional berhasil menemukan kandidat kuat planet di luar tata surya yang berpotensi memiliki kondisi layak huni. Planet tersebut, bernama GJ 251 c, terletak sekitar 19,6 tahun cahaya dari Bumi dan memiliki massa hampir empat kali lebih besar dari planet kita. Para ilmuwan menyebutnya sebagai “super-Bumi” jenis planet yang ukurannya lebih besar dari Bumi namun masih mungkin memiliki permukaan berbatu.

“Kami mencari planet seperti ini karena mereka memberi peluang terbaik untuk menemukan kehidupan di luar sana,” ujar Suvrath Mahadevan, Profesor Astronomi di Penn State sekaligus salah satu penulis studi yang diterbitkan di The Astronomical Journal.

“Planet ini berada di zona layak huni atau Goldilocks Zone jarak yang pas dari bintang induknya, di mana suhu memungkinkan air cair ada di permukaannya, jika atmosfernya mendukung.”

Penemuan ini merupakan hasil kerja panjang selama lebih dari dua dekade, menggunakan metode radial velocity, yakni perubahan kecil pada cahaya bintang akibat tarikan gravitasi planet yang mengorbitinya. Data jangka panjang itu kemudian dianalisis ulang dengan bantuan dua instrumen canggih buatan Penn State: Habitable-Zone Planet Finder (HPF) di Teleskop Hobby-Eberly, Texas, dan NEID di Observatorium Nasional Kitt Peak, Arizona.

HPF adalah spektrograf presisi tinggi yang dirancang khusus untuk mencari planet seukuran Bumi di sekitar bintang-bintang dingin dan dekat. “Kami menyebutnya Habitable Zone Planet Finder karena kami memang ingin menemukan dunia yang berada di jarak yang tepat dari bintangnya sehingga air bisa ada di permukaannya,” jelas Mahadevan.

“Penemuan ini adalah salah satu kandidat terbaik untuk mencari tanda-tanda atmosfer dan kehidupan di luar Bumi dalam lima hingga sepuluh tahun ke depan.”

Bintang induk GJ 251 sebelumnya sudah diketahui memiliki satu planet, GJ 251 b, yang mengorbit setiap dua minggu. Dengan memperbaiki model gerakan bintang berdasarkan data selama 20 tahun dan menambahkan pengukuran presisi dari HPF, tim peneliti menemukan sinyal baru yang lebih kuat tarikan selama 54 hari yang menandakan keberadaan planet kedua, GJ 251 c. Pengamatan NEID kemudian berhasil mengonfirmasi temuan tersebut secara independen.

Dengan massa sekitar empat kali Bumi, GJ 251 c berada di batas antara planet berbatu padat dan mini-Neptunus dengan atmosfer tebal. Namun karena posisinya berada di zona suhu sedang dan jaraknya relatif dekat, planet ini menjadi target utama untuk penelitian atmosfer di masa depan.

Walau teleskop saat ini belum mampu menangkap gambar langsung atau menganalisis atmosfernya, teleskop raksasa generasi berikutnya berdiameter 30 meter yang sedang dikembangkan diharapkan dapat melakukannya. Jika GJ 251 c memiliki atmosfer yang mengandung gas seperti air, oksigen, metana, atau karbon dioksida, hal itu dapat menjadi petunjuk adanya aktivitas biologis atau geologis.

Peneliti Eric Ford, Profesor Astronomi dan Astrofisika di Penn State, menekankan pentingnya kolaborasi lintas bidang dalam penemuan ini. “Untuk mengurangi gangguan dari aktivitas bintang, kami membutuhkan bukan hanya instrumen canggih dan akses teleskop, tapi juga metode analisis data yang disesuaikan secara khusus untuk karakter bintang dan instrumen ini,” jelasnya.

Saat ini, bukti keberadaan GJ 251 c masih bergantung pada tarikan gravitasinya terhadap bintang induk. Namun, jika pengamatan lanjutan di masa depan dapat mengukur radius planet ini misalnya saat melintas di depan bintangnya astronom bisa menentukan kepadatannya dan memastikan apakah planet tersebut benar-benar berbatu atau lebih menyerupai mini-Neptunus.

“Kami selalu menatap ke depan baik dengan melibatkan mahasiswa dalam riset mutakhir maupun merancang teknologi baru untuk mendeteksi planet layak huni,” kata Mahadevan.

Ia menambahkan bahwa timnya kini tengah menyiapkan strategi observasi untuk teleskop generasi baru. Dengan instrumen yang lebih sensitif terhadap cahaya bintang, mereka berharap suatu hari bisa benar-benar mempelajari atmosfer GJ 251 c dari kejauhan.

“Meski kita belum bisa memastikan adanya atmosfer atau kehidupan di planet ini,” ujar Mahadevan, “GJ 251 c tetap menjadi target yang sangat menjanjikan untuk eksplorasi di masa depan.”

Sumber: ZME Science

Read Entire Article
Global Food